Warning 18+
Pembaca diharap bijak membaca.
Belum cukup umur bisa di skip.
Thomas kembali ke dalam butik. Pandangannya tidak sengaja melihat sebuah dress berwarna putih selutut dengan model kerah sabrina terpajang di manequin.
Ia tersenyum menatap ke dress tersebut.
"Bisa tolong bungkus ini untukku." Ucap Thomas pada karyawan butik itu.
"Baik pak." Karyawan butik itu lalu membungkus dress itu.
"Aku minta tolong kirimkan langsung ke luxury hotel atas nama Sarah. Dan tolong jangan bilang pada wanita yang tadi datang bersamaku. Ini ambilah juga tips untuk kalian semua." Kata Thomas sambil menyerahkan black card miliknya.
Karyawan tersebut mengangguk sambil tersenyum.
Tidak lama kemudian Rachel keluar dengan beberapa potong dress. Tanpa basa-basi Thomas kembali mengeluarkan kartunya untuk membayar. Namun Rachel menepisnya.
"Jangan keluarkan uangmu sepeserpun untukku. Aku yang akan membiayaimu seumur hidupmu." Bisik Rachel di telinga Thomas.
Thomas bergidik ngeri mendengar ucapan Rachel. Ia tidak bisa membayangkan jika harus seumur hidup terikat dengan Rachel. Baginya Rachel lebih mirip seorang psikopat yang terobesi padanya.
Thomas akhirnya mengalah menuruti keinginan Rachel. Karyawan tadi pun hanya mengulas senyum melihat Thomas yang wajahnya sudah kelihatan pucat.
Rachel kembali bergelayut manja pada Thomas. Dengan hati-hati Thomas merekam momen itu agar tidak ketahuan Rachel. Bisa salah paham jika Rachel tau. Mungkin Ia akan berpikir jika Thomas juga menyukainya.
Ia memutuskan untuk mengirim video tersebut ke Charlie sesuai ide Valery. Harus diakui Thomas, kecerdasan Valery diatas rata-rata. Ada saja ide gilanya yang dapat membantu permasalahan Thomas.
Thomas: *Video
Wanita itu sudah tergila-gila padaku Charlie. Aku ingin pulang ke markas. Tapi dia menahanku. Aku rasa tetap harus aku yang menjalankan misi ini.
Charlie : Kau melakukan ini demi Sarah kan?
Thomas : Andai kau bisa lihat Sarah disini. Dia sangat membenciku. Bahkan tatapannya hampir bisa membunuhku. Aku pasrah jika kau menyuruhku pulang ke markas. Aku sudah tidak berharap lagi pada Sarah. Aku menyerah.
Charlie : Lanjutkan saja misimu. Aku suka menyiksamu di sana. Biar kau bisa menerima kalau kau dan Sarah tidak mungkin bersatu lagi. Nikmatilah pertemuan kalian setiap hari. Walau dalam kebencian Sarah padamu.
Thomas : Baiklah. Aku melakukan ini demi organisasi. Bukan demi diriku lagi.
Thomas tersenyum senang. Benar kata Valery. Cara ini pasti berhasil.
Ia segera mengirimi pesan pada Valery tentang keberhasilan Ia mendapat misi ini. Dan segera menepati janjinya pada Valery.
Valery pun tersenyum puas saat membaca pesan dari Thomas.
Sementara itu, saat hendak berjalan menuju pantry, pandangan Valery melihat dari jendela kantornya. Ia lalu memutuskan untuk menghampiri pimpinannya itu.
Tok...Tok...Tok...
Valery membuka pintu sebelum Charlie mempersilahkannya.
"Ada apa Valery?"
Valery tersenyum simpul. "Aku yang harusnya bertanya kau kenapa? Kenapa kau tiba-tiba murung begini? Kau boleh cerita padaku. Agar kau bisa sedikit lega.
Charlie menghela nafasnya.
"Aku merasa menjadi manusia paling berdosa Valery. Aku memisahkan Thomas dan Sarah. Tapi jika aku tidak melakukan ini, aku takut kisahku dan mendiang istriku akan terulang lagi. Jika aku, aku masih sanggup bertahan hidup hingga hari ini. Tapi jika Sarah kehilangan nyawanya, maka Thomas pasti akan ikut menyusulnya. Aku tidak mau lagi kehilangan orang terdekatku Valery. Aku menyayangi kalian semua." Ucap Charlie terisak.
Kali ini Valery melihat Charlie dari sisi yang berbeda. Kini Charlie tampak sangat rapuh. Ia terakhir melihat Charlie menangis 12 tahun lalu saat istrinya meninggal. Tapi kali ini Charlie kembali menangis. Hatinya begitu iba melihat pria berusia 40 tahun itu yang terus terisak.
Valery mendekat pada Charlie. Ia terbiasa menyentuh laki-laki lain. Tapi Charlie, berjabat tangan pun hanya 1 kali selama 15 tahun mereka bekerja sama. Ia nampak ragu. Namun Ia berdiri di samping Pria yang berbeda usia 5 tahun dengannya itu.
Perlahan tangan Valery merangkul Charlie. Ada perasaan hangat saat Ia menyentuh Charlie. Seketika Charlie berbalik menghadap Valery. Kali ini Charlie memeluk erat tubuh Valery, menumpahkan semua kesedihannya pada Valery.
Valery pun membalas pelukannya. Ia bahkan mengusap lembut pundak Charlie dan berusaha menenangkannya. Dalam beberapa tangis Charlie melemah. Ia menarik tubuhnya dari Valery.
Keduanya kembali canggung sehabis berpelukan. Valery sebenarnya paling tidak kuat jika bersentuhan dengan laki-laki. Ia langsung merasa gairahnya seketika memuncak. Tanpa Ia sadari, ternyata seperti yang dikatakan Thomas. Kini Charlie juga merasakan hal yang sama.
Valery kembali menatap Charlie. Pandangannya terlihat berbeda. Charlie pun menatap Valery dengan tatapan penuh arti.
Cup...
Valery seketika mengecup bibir Charlie.
"Maafkan aku Charlie." Ucap Valery sambil berlari menuju pintu.
Saat tiba diujung pintu. Tangan Charlie menahannya. Charlie langsung mengunci pintu ruangannya.
Bertepatan dengan tibanya jam makan siang. Karyawan di markas tampak ramai meninggalkan markas untuk makan siang di luar.
Hanya tersisa Charlie dan Valery di satu ruangan bersama.
Tubuh Valery kini terhimpit oleh Charlie.
"Benarkah rumor yang aku dengar Valery?"
Valery yang gugup, tidak mengerti maksud Charlie.
"Rumor apa maksudmu?"
Charlie tersenyum penuh arti.
"Rumor jika kau mempunyai libido yang tinggi."
"Hentikan Charlie! Aku malu, aku ingin keluar dari sini." Pekik Valery.
Namun tangan Charlie dengan liar menyentuh leher Valery dan membuat Valery mendesah.
"Aku juga punya masalah yang sama denganmu. Maukah kamu membuktikannya?"
Valery menatap Charlie dalam.
Tapi Charlie dengan cepat mencium Valery dengan ganas. Valery juga terhanyut dalam permainan yang dimulai oleh Charlie.
Charlie menariknya ke atas ranjang yang ada di balik lemari berkas diruangan itu. Entah siapa yang memulai, keduanya kini sudah dalam kondisi polos tanpa sehelai benang pun. Tidak selesai dalam waktu singkat, mereka hampir 2 jam bergulat disana.
Setelahnya keduanya terkulai lemas karena kelelahan dan berbaring bersebelahan.
"Kau sungguh luar biasa Valery."
"Kau juga sama Charlie."
"Bisakah kau berhenti mengajak pria muda melayanimu bergantian Valery? Mereka tidak sebanding denganku."
"Tapi kita tidak ada hubungan apapun Charlie. Kau tidak bisa mengaturku."
Charlie menghela nafasnya. Ia membalik badannya menghadap Valery. "Bagaimana jika kita mulai berkencan?"
"Apa? Aku tidak salah dengar Charlie?" Tanya Valery kaget.
"Ya, kita memang belum saling menyukai. Tapi kita bisa imbang dalam permainan ini. Kita bisa mengatur jadwalnya sesuka hati kita. Dan kau tidak perlu lagi meminta pria lain menemanimu. Cukup aku."
Valery masih diam memikirkan.
Cup...
Seketika Kening Valery di kecup oleh Charlie.
"Aku anggap kau setuju. Mulai hari ini kita sepasang kekasih."
Valery nampak tersipu malu. Ia menutup wajahnya dengan selimut. Charlie sangat gemas melihat tingkah Valery.
Di Hotel Luxury.
Sarah baru saja kembali dari makan siang di luar. Ia dipanggil oleh receptionist karena ada paket untuknya. Tanpa Curiga Ia membawa papper bag berwarna merah maroon itu menuju ruang kerjanya.
Dengan penasaran, Ia membuka kotak yang ada di dalamnya lalu mengeluarkan dress putih yang ada di dalamnya. Ia lalu membentangkan dress itu dihadapannya.
Matanya seketika berkaca-kaca. Ia meraih greeting card yang ada di dalam kotak itu.
"9 years ago, you look beautifull in white."
...----------------...
Bersambung ke Bab Selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments