Bab 13.

"Kamu tidak bekerja kak?" Leo meminum air didalam gelas yang ia ambil sebelumnya.

"Kerja kok, hanya saja sedikit terlambat. Kamu sudah mau berangkat?" Laraz merapikan beberapa benda miliknya di atas meja.

"Sebaiknya, kakak mencari pekerjaan ditempat yang lain saja." Leo berbicara dengan nada yang begitu dingin.

"Memangnya kenapa? Apa pekerjaan kakak salah?" Laraz pun menjadi bingung dengan apa yang adiknya katakan.

Begitu juga dengan bi Ana, dimana yang ia tahu jika tempat dimana mereka bekerja memiliki tuan yang baik. Belum pernah sekalipun Ana mendapat perlakuan yang kurang mengenakan dari tuannya, namun secara tiba-tiba Leo mengatakan untuk Laraz berhenti dari pekerjaannya.

"Ada apa nak? Tidak mungkin jika tidak ada alasan yang memberatkan mu." Bi Ana menghampiri kedua keponakannya itu.

"Aku hanya ingin, kakak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Bukan menjadi sekedar pesuruh pemuas keinginan pria g**la itu, masih banyak pekerjaan yang lainnya."

Namun apa yang terjadi, ucapan Leo tersebut tidak bisa dicerna dengan baik oleh pikiran Laraz saat itu. Dimana ia berpikir jika sang adik menuduhnya menjadi wanita simpanan, dan itu berhasil membuat Laraz menjadi marah.

"Apa maksud kamu, Leo?! Kakak tidak pernah mengajari kamu untuk menilai orang seperti itu?" Laraz pun tidak dapat menahan amarahnya.

"Terserah kakak saja, aku hanya tidak ingin kakak dipermainkan oleh orang lain. Aku pamit bi." Leo pun berangkat ke sekolah dan meninggalkan Laraz yang masih dalam keadaan penuh amarahnya.

Menjatuhkan tubuhnya di atas kursi, membuat Laraz harus ektra meredam amarahnya saat itu. Bi Ana pun mendekatinya, bagaimana pun juga. Kedua kakak adik itu adalah keluarganya, tanggung jawabnya.

"Jangan terlalu dipikirkan, Leo pasti mempunyai alasan yang kuat saat mengatakannya." Bi Ana menepuk nepuk punggung tangan Laraz, dimana ia berharap amarah keponakannya itu bisa mereda.

"Entahlah bi, kenapa Leo bisa berkata seperti itu? Padahal aku hanya bekerja seperti biasanya, apa yang salah?" Laraz berdengus kesal.

"Sudah, kamu tidak bekerja?" Karena Laraz masih duduk bersantai, bi Ana menjadi bertanya.

"Sebentar lagi bi, nanti sekalian mau berbelanja dulu buat kebutuhan dapur apartemen tuan Kaivan." Laraz yang sudah bisa tenang, ia mulai mengingat apa-apa saja yang diperlukan pada saat berbelanja nanti.

"Ya sudah, bersiaplah." Bi Ana lalu membereskan dapurnya, meninggalkan Laraz yang juga sedang bersiap-siap untuk pergi bekerja.

Berbeda dengan Leo, ia harus segera tiba di sekolah dikarenakan akan diadakannya ujian bersama seperti layaknya try out sebelum ujian besar.

Dengan sangat tergesa-gesa, dari parkiran motornya. Leo berlarian menuju kelasnya, namun sebelum ia tiba dikelasnya. Tanpa sengaja, seseorang menabrak dirinya hingga lengannya terluka.

"Akh!" Teriak Leo.

"Maaf, maafkan aku!" Seorang wanita yang tidak sengaja menabrak Leo saat sedang membawa peralatan kebersihan.

"Tidak apa-apa." Leo menyadari lengannya terluka, akan tetapi ia harus segera masuk ke dalam kelasnya untuk mengikuti ujian.

"Tunggu! Kamu, kamu yang waktu itu kan?" Mecca mengenali orang yang baru saja ia tabrak.

Leo hanya menatap Mecca sejenak, lalu ia segera berlari begitu saja meninggalkannya. Mecca pun akhirnya tahu, jika ia dan pria yang pernah menolongnya waktu itu berada dalam satu lingkungan sekolah yang sama.

"Mel, kamu kenal tidak sama yang tadi?" Tanya Mecca yang bertanya pada temannya.

"Oh itu, itu kak Leo. Dia anak IPA 1, memangnya kenapa? Kamu kenal?" Melati pun menatap Mecca dengan penuh tanda tanya.

"Kakak kelas?" Beo Mecca.

"Iya, itu kak Leo terkenal malahan. Orangnya tampan, pinter, mana lagi berprestasi loh. Kamu beneran tidak kenal dia Mecca? Wah, kebangetan banget kamu." Melati menyentil kening sahabatnya itu dengan cukup keras.

"Apa-apaan sih, sakit tahu! Aku pernah ditolong olehnya, tapi tidak tahu namanya. Makanya aku tanya sama kamu." Ujar Mecca yang mengusap keningnya.

Semua yang diketahui oleh Melati mengenai Leo pun ia ceritakan pada Mecca, ada perasaan kagum dengan kepribadian seorang Leo Dimata Mecca. Namun, semuanya tertutupi oleh gengsinya yang begitu tinggi dan hampir menyamai sang kakanya.

Setelah mendapatkan cerita tersebut, ternyata Mecca menjadi penasaran dengan sesosok Leo. Mecca mulai mencari tahu dan mengamati semua yang dilakukan oleh pria itu, entah apa yang sedang ia pikiran.

"Aduh, sorry." Mecca sengaja menabrakkan dirinya pada Leo yang sedang berjalan di saat jam istirahat tiba.

Tidak ada yang Leo ucapkan pada Mecca, ia hanya menatapnya sejenak lalu berjalan meninggalkannya begitu saja. Hal itu membuat Melati mengkerutkan keningnya, dimana biasanya Leo selalu akan bersikap ramah pada semua orang.

"Lu kenapa sih, aneh? Orang lewat main tabrak aja, untungnya tu orang kak Leo. Kalau tidak, habis lu di maki." Melati tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Mecca.

"Diem aja lu, bawel." Ketus Mecca yang masih mencari keberadaan Leo setelah pergi.

"Jam istirahat begini, kak Leo biasanya ngebantuin wak Suti di warungnya. Katanya si sambil kerja gitu. Lagian lu kenapa si ngikutin kak loe terus? Suka lu?" Melati menatap Mecca dengan penuh pertanyaan.

Belum saja menjawab, Mecca menarik tangan Melati untuk menunjukkan dimana warung yang dia katakan. Ketika mereka disana, benar adanya Leo sedang membantu pemilik warung untuk melayani pembelinya yang merupakan siswa siswi dari sekolah mereka.

Leo dengan cekatan melayani pembeli yang merupakan teman-temannya dan juga warga sekolah tersebut, yang diketahui Mecca dari berbagai cerita teman-temannya adalah jika Leo melakukan semuanya itu dengan berbagai alasan. Namun tentunya pekerjaan itu tidak membuatnya melupakan kewajibannya untuk belajar, bahkan bisa dikatakan jika Leo merupakan siswa berprestasi di sekolahnya.

Kembalinya jam pelajaran, membuat Mecca menghentikan kegiatannya untuk mengikuti Leo.

"Tunggu!" Mecca mencegat Leo disaat jam pelajaran telah usai.

"Ada apa?" Leo membenarkan tasnya yang ia bawa.

"Eh ada adek Eca, tumben nih?" Tegur Bagas, teman Leo.

"Eee ada perlu sama dia?" Mecca menunjuk ke arah Leo.

"Leo? Emang bener ni teman aku, ada fans baru rupanya. Silahkan atuh, masih jomblo orangnya." Goda Bagas dengan semangat.

Sedangkan orang yang dibicarakan malah menghela nafasnya dengan cukup berat, Bagas adalah sahabat Leo yang super kocak. Walaupun mereka memiliki perbedaan status sosial, namun Bagas tidak memandangnya dari sisi itu.

"Ada apa? Aku harus bekerja." Ujar Leo dengan cepat.

"Eeee apa ya, kamu sekolah disini juga rupanya?" Mecca merasa kebingungan atas apa yang ingin ia katakan.

"Hanya itu?" Tidak ada pertanda jika Mecca akan bertanya lagi, Leo pun kembali menghela nafasnya dan berjalan menjauhinya.

"Tunggu!"

"Duh, sepertinya akan panjang ini. Aku duluan Leo, siapa tahu nanti kamu dapat bingkisan lagi. Hahaha." Tawa renyah Bagas yang berlalu.

"Ada apa lagi sih? Aku harus segera bekerja." Tegas Leo.

"Ish, galak bener. Aku bayar gaji kamu hari ini."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!