"Laraz, nanti siang tolong kamu hantarkan makan siang aku ke kantor ya. Nanti biar Noah yang menjemput, kamu hanya perlu menyiapkan semuanya. Dan ingat, porsi makanannya dilebihkan saja." Ujar Kaivan saat Laraz baru saja tiba di apartemen.
"Baik tuan, apa ada lagi?" Tanya Laraz, ia takut jika nanti ada sesuatu yang terlupakan.
"Sementara itu saja, nanti kalau ada akan aku kabari. Aku berangkat dulu." Kaivan menatap Laraz dengan tatapan yang berbeda.
Yang ditatap pun merasa aneh, Laraz melambaikan tangannya dihadapan wajah Kaivan. Bukannya melamun, Kaivan malah menangkap tangan Laraz.
"Ah!" Laraz kaget.
"Aku kau pergi bekerja, kamu tidak memberikan sesuatu padaku?" Ucap Kaivan dengan pandangan yang semakin dalam.
"Aaaa eee apa memangnya tuan?" Begitu takutnya Laraz menjawabnya.
Kaivan terdiam namun tatapannya masih begitu tajam dam sangat dalam kepada Laraz, dengan sangat malu dan takut. Laraz menundukkan pandangannya, ia pun menarik tangannya dengan sekuat tenaga.
"Tuan lepas, ingat tuan. Kita hanya majikan dan pekerja, aku hanya mau bekerja." Laraz berhasil melepaskan tangannya dan segera berlari menuju dapur.
"Itu menurut penilaianmu, tapi tidak bagiku. Ya sudah, nanti jangan lupa." Kaivan mengacak rambut Laraz namun tidak sampai berantakan.
Mendapatkan sikap Kaivan seperti itu, membuat Laraz menjadi merasa ada sesuatu yang berbeda. Namun hal tersebut segera ia sadari, dimana dirinya hanya berniat dan fokus untuk bekerja. Bukan karena hal yang lain.
Seiring berjalannya waktu, persiapan untuk dibawa sudah selesai dan hanya menunggu kabar dari Kaivan. Sedangkan untuk Kaivan sendiri, saat ini ia baru saja menyelesaikan pertemuan dengan beberapa investor dari negara lain. Mereka membicarakan mengenai kerja sama yang akan disepakati, hingga saat ia kembali ke ruangannya.
"Tuan, saya akan menjemput nona Laraz." Noah meminta izin terlebih dahulu, jika tidak akan panjang urusannya.
"Jangan sampai terjadi apapun, jika terjadi dan akan aku potong langsung gaji dan bonusmu juga akan hilang." Ketus Kaivan karena ia tidak ingin Noah berbuat macam-macam pada Laraz.
"Heh, menjemput saja sudah banyak.v ancamannya." Noah bergumam.
"Aku mendengar mu, Noah." Kaivan dengan tatapannya yang tajam.
"Maaf kan saya tuan, baik." Noah kaget jika ucapannya didengar oleh Kaivan.
Belum saja Noah keluar dari ruangan tersebut, pintu itu terbuka sendiri dan terlihatlah dua orang wanita dengan pakaian yang cukup terbuka. Jika di lihat dari wajahnya, sangat tidak asing.
"Hai, sudah lama kita tidak bertemu." Suara yang begitu lembut namun membuat Kaivan dan Noah menghela nafas beratnya.
Dia adalah Sherly, wanita yang selalu mengejar Kaivan dalam sisi hati. Memang mereka terlibat dalam suatu proyek kerjasama, akan tetapi itu murni hanya hubungan kerja sama dan tidak lebih. Wanita itu selalu bersama dengan orang kepercayaannya yang sikap dan sifatnya hampir sama saja dengan dirinya, dia adalah Mona.
"Tuan, saya permisi." Noah memilih segera pergi dari kedua wanita itu, jika ia berlama-lama disana yang ada akan ada drama.
"Tunggu Noah." Mona mencoba menahan pria itu, namun tidak berhasil.
Melihat Noah yang sudah pergi, membuat darah Kaivan mendidih seketika. Bagaimana bisa ia ditinggalkan bersama dua wanita yang seperti nenek lampir baginya, sama saja itu membuat dirinya bunuh diri.
Sebelum dua wanita itu mendekat, Kaivan terlebih dahulu menekan tombol ruangan Thomas untuk datang ke ruangannya.
"Kamu sedang sibuk? Aku hanya mampir, kita makan siang bersama ya." Sherly mendekati Kaivan dengan sikapnya yang begitu manja.
"Terima kasih, aku tidak bisa." Jawab singkat Kaivan yang menyibukkan diri memeriksa berkas di mejanya.
"Hayolah, hanya makan siang Kaivan. Kamu selalu saja sibuk jika aku memintanya, bisakah kamu meluangkan waktu sebentar. Aku juga akan membicarakan mengenai kerjasama kita." Bujuk rayu itu terdengar tidak pantang mundur.
Sedangkan Mona, ia duduk tak jauh dari Sherly. Ia tidak mau ikut campur mengenai hubungan bos nya itu untuk mengejar cintanya, yang sampai saat ini hanya bertepuk sebelah tangan.
Saat Thomas masuk ke dalam ruangan Kaivan, alangkah kagetnya ia melihat Sherly yang bersikap manja kepada Kaivan. Dengan kondisi pakaian yang cukup begitu minim akan bahan, mencoba menarik perhatian yang berakhir dengan penolakan.
"Thomas, kamu kemari. Bantu aku memeriksa berkas-berkas ini, kepalaku sudah pusing dengan aroma apa ini." Kaivan benar-benar merasa mual, saat aroma parfum milik Sherly menusuk indera penciumannya.
"Dan kau, tolong menjauhlah." Kaivan menggerakkan tangannya seperti sedang mengusir Sherly dari hadapannya.
"Apa kamu bilang?! Kaivan, aku kemari mau makan siang bersama kamu." Dengan nada seperti sedang kesal, Sherly tidak terima jika Kaivan bersikap seperti itu padanya.
"Permisi nona, saya mau bekerja." Thomas tahu jika wanita itu sudah membuat dirinya ikut dalam permasalahan yang ada.
"Kamu!" Sherly tidak terima jika dirinya disingkirkan oleh Thomas.
Tanpa memikirkan siapa Sherly, Thomas bersikap dingin tanpa bisa disenggol. Mona pun menghampiri bos nya dan mencoba menenangkannya agar tidak menimbulkan keributan, namun sayangnya Sherly bertahan dengan sikapnya.
Meninggalkan kondisi ruangan Kaivan yang cukup menengangkan, Noah kini telah sampai di perusahaan setelah menjemput Laraz.
"Ayo nona, tuan Kaivan sudah kelaparan." Noah mengarahkan Laraz untuk mengikutinya.
"Iya tuan." Untuk kedua kalinya Laraz menginjakkan kakinya di perusahaan milik Kaivan.
Seiring mereka berjalan, banyak sekali mata yang menatap ke arah mereka berdua. Tentunya hal itu membuat Laraz menjadi malu dan merasa begitu aneh, menjadi pusat perhatian orang disana.
"Tidak usah di hiraukan mereka." Mereka memasuki lift khusus yang langsung menuju dimana ruangan Kaivan berada.
Bagi Laraz, berada diantara orang-orang besar seperti mereka itu adalah suatu keberuntungan. Hanya saja nasib dirinya yang belum berpihak, hanya bisa mengagumi dari dalam hati saja.
Saat pintu lift terbuka, mereka menuju ke sebuah ruangan yang cukup berbeda dari ruangan yang lainnya. Noah tanpa mengetuk, membuka pintu tersebut.
"Tuan, nona Laraz sudah tiba." Noah sengaja membesarkan suaranya saat ia masih melihat keberadaan dari dua wanita tadi.
Kaivan beranjak dari tempatnya dan segera menghampiri Laraz, dengan menunjukkan siapa yang baru saja datang. Membuat Sherly dan Mona sangat kaget, dimana Kaivan membawa Laraz ke dalam dekapannya dan memberikan kecupan singkat pada rambut kepalanya.
"Eh, tuan." Laraz sangat tidak percaya dengan apa yang Kaivan lakukan padanya.
"Sayang, kamu lama sekali. Aku sudah sangat kelaparan, ayo." Kaivan melepaskan Laraz dari dekapannya dan mengandeng tangannya menuju pantry yang berada disudut ruangannya.
"Tuan, anda salah minum obat ya?" Laraz kebingungan dengan sikap Kaivan.
"Benar sayang, kamu adalah obatnya. Obat dari rasa rindu yang ada, masak apa hari ini? Aromanya enak." Kaivan semakin menunjukkan keromantisannya.
Sementara Laraz masih begitu bingung, dari sudut lainnya. Sherly sudah begitu marah, apalagi disaat kedatangan Laraz dan Kaivan malah memilih menyambut serta menemaninya.
"Kaivan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
vj'z tri
🤭🤭🤭🤭 kesempatan dalam kesempitan Pepet terus kai jangan kasih kendor 🤣🤣🤣
2025-01-27
2