Bab 9.

"Kaivan!" Teriak Sherly begitu keras.

Thomas dan Noah pun kaget karena teriakan itu, benar-benar membuat telinga orang yang mendengarnya menjadi berdenging.

Nampak begitu sedang emosi, Sherly menghampiri Kaivan bersama Laraz. Tatapan tidak suka itu ia berikan kepada Laraz, karena yang ia tahu jika Kaivan tidak pernah dekat ataupun mempunyai teman wanita.

"Kamu siapa? Jangan coba-coba merayu ataupun menggoda milik orang, dasar perempuan tidak tahu diri." Ketus Sherly dengan menatap Laraz.

"Jaga sikap kamu, Sherly." Kaivan membela Laraz.

"Kamu yang seharusnya menjaga sikap, Kaivan. Aku disini dari tadi dengan bermaksud baik, mengajak kamu untuk makan siang bersama. Tapi dengan tanpa malunya perempuan ini datang, lalu kamu menganggap keberadaan aku disini hanyalah patung. Iya?!" Kali ini Sherly terlihat begitu marah dan geram.

"Nona, tahan emosinya." Mona mencoba menahan emosi Sherly yang begitu meninggi.

"Lepas! Memang perempuan ini tidak tahu diri, dari penampilannya saja sudah tidak layak. Kamu itu tidak layak menjadi wanita disisi Kaivan, hanya aku. Aku yang pantas." Ucapan itu sangat membuat Laraz tidak bergeming.

"Noah! Thomas! Bawa kedua wanita ini keluar dari sini, cepat!" Kaivan mengepalkan telapak tangan kanannya untuk meredam emosinya saat itu.

Lalu Laraz merasa jika dirinya menjadi sumber permasalahan yang ada, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Karena Kaivan masih menggenggam tangannya, terlihat jelas jika Sherly cemburu dengan Laraz.

"Lepas! Kalian jangan menyentuhku." Bentak Sherly yang tidak terima saat Noah dan Thomas akan membawanya keluar.

"Menurut lah nona, jangan membuat keributan." Noah mulai bersikap tegas.

"Siapa yang membuat keributan, hah? Dia, dia yang memulainya. Seharusnya perempuan itu yang kalian usir keluar, bukan aku."

"Bawa mereka keluar, cepat!" Kaivan semakin tegas.

Noah dan Thomas sudah meminta secara baik-baik kepada kedua perempuan itu, tapi sepertinya Sherly masih tetap dengan sikapnya yang keras kepala. Dan itu membuat Noah mengambil sikap untuk menariknya keluar, sedang Mona sudah mengerti akan situasi yang ada.

"Tuan, saya pulang saja. Lagian, tugas saya sudah selesai membawakan anda makan siang." Laraz tidak tahu harus bagaimana dalam situasi tersebut.

Kaivan tidak menjawab ucapan Laraz, hanya saja genggaman tangan itu semakin kuat terasa, bahkan Laraz sedikit meringis karena genggaman itu terasa sakit.

Sementara itu, Noah dan Thomas terus terlibat percekcokan dengan dua perempuan itu. Dimana Sherly begitu terkesan cerewet dan juga bising, untung saja Noah sudah terlatih untuk menghadapi orang seperti itu.

"Lihat saja kalian, aku tidak terima dengan semuanya ini. Awas saja." Geram Sherly.

"Saya menantikannya, nona." Kini Thomas yang menjawabnya, karena ia juga berang dengan sikap Sherly yang selalu bertindak semena-mena kepada orang dibawahnya.

Menatap kepergian dua wanita yang membuat kegaduhan itu, Noah melirik Thomas yang sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkannya.

"Ada kemajuan dengan sikapmu." Noah menyindir Thomas.

"Jika aku bisa melenyapkannya dari muka bumi ini, sudah aku lakukan. Namun sayangnya tidak bisa, maka lebih baik membinasakannya dari pandangan saja. Siapa wanita yang bersama tuan? Aku baru melihatnya." Thomas menjadi ingin tahu, karena tuannya itu tidak biasanya begitu dekat dengan seorang wanita.

"Mana aku tahu, tanya saja sendiri sana." Noah meninggalkan Thomas dengan cepat, ia tidak ingin diberikan pertanyaan lagi olehnya.

......................

Dengan rasa canggung dan malu, Laraz menemani Kaivan menikmati makan siangnya. Pria itu sangat manja dan tiba-tiba saja sikapnya berubah seperti anak kecil.

"Masakanmu selalu enak, sepertinya aku akan berubah menjadi gemuk setelah hari ini." Kaivan terus mengunyah makanan yang Laraz berikan padanya.

Beralasan dengan pekerjaan, Kaivan sengaja membuat Laraz menjadi menyuapinya. Bahkan ia sengaja memberikan pujian agar bisa melihat wajah Laraz yang tersipu malu.

"Sekarang gantian, kamu juga harus makan. Jangan hanya sibuk memasak tapi tidak menikmati hasil masakan sendiri, ayo buka mulutmu." Kaivan mengambil alih makanan itu dari tangan Laraz.

"Tapi tuan, saya belum lapar." Laraz menolak hal tersebut, karena ia merasa tidak pantas dan juga memang saat itu belum terasa lapar.

"Tidak ada penolakan, ayo makan." Jarak diantara mereka semakin dekat dan bahkan tubuh Laraz tidak bisa lagi menjauh.

Begitu terpaksanya, Laraz menerima suapan dari Kaivan kepadanya. Benar-benar hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya, disaat yang bersamaan. Noah dan Thomas yang akan melaporkan tugasnya kepada Kaivan, dibuat kaget ketika melihat apa yang terjadi disana.

Mereka menyaksikan seorang Kaivan yang terkesan dingin, dan tidak tersentuh oleh wanita. Namun kini, penilaian itu telah terbantahkan.

"Apa isi di kepalamu sama dengan isi kepalaku?" Thomas mengatakan kepada Noah namun pandangannya masih tertuju dengan orang yang ada disana.

"Sepertinya sama, aku duluan atau kamu?" Noah bersiap mengambil langkah.

Seperti sedang berebutan untuk mendapatkan sesuatu, Thomas dan Noah menjadi heboh sendiri untuk segera kabur. Hal itu membuat Kaivan dan Laraz menyadari keberadaan keduanya, Laraz pun langsung menundukkan wajahnya yang terasa panas menahan maku. Sedangkan Kaivan, ia menatap tajam ke arah kedua pria yang selalu membuatnya geleng-geleng kepala.

Atas kejadian itu, membuat Laraz semakin merasa tidak enak. Setelah makanannya habis, Laraz bermaksud untuk segera kembali ke apartemen dan merapikan semuanya dan pulang ke rumah.

"Tidak usah pulang, temani aku bekerja. Di apartemen juga sudah tidak ada yang harus dikerjakan, tetap disini." Kaivan membawa Laraz untuk duduk disampingnya, namun sebelum itu mereka telah membereskan semua perlengkapan yang digunakan saat maka siang.

"Tapi..." Laraz tidak bisa mengelak, karena Kaivan tidak menggubris ucapannya.

Hanya bisa duduk dengan sangat manis, tanpa melakukan apapun. Laraz merasa seperti menjadi patung hidup yang hanya bisa menyaksikan orang di hadapannya bekerja dan bergerak bebas, tapi tidak untuk dirinya.

"Huaha." Laraz menguap karena menahan rasa kantuk yang luar biasa, dengan kedua mata yang memerah dan sudah mengembun.

Hal tersebut membuat Kaivan menghentikan pekerjaannya, ia melirik ke arah Laraz yang sedang mencoba menahan kedua matanya untuk tertutup.

"Aaaa! Tuan, turunkan." Laraz kaget dan berteriak saat Kaivan mengangkat dirinya menuju sebuah ruangan yang seperti kamar pribadi.

"Jangan bergerak, atau kamu akan terjatuh." Kaivan menatap Laraz yang sangat kaget.

"Tapi tuan, saya bisa jalan sendiri. Tolong, turunkan aku." Jika dari mulutnya menolak, namun tidak dengan bahasa tubuh dari Laraz yang sudah melingkarkan kedua tangannya pada leher Kaivan.

"Tidurlah, nanti akan aku bangunkan jika pekerjaanku sudah selesai." Kaivan mengacak rambut Laraz setelah ia meletakkannya di atas tempat tidur di ruangan pribadi miliknya.

Kaivan berlalu begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Laraz, karena dirinya memang merasa mengantuk. Laraz pun memilih untuk meneruskan rasa kantuknya, hingga ia terlelap dengan begitu nyaman.

Terpopuler

Comments

vj'z tri

vj'z tri

🤭🤭🤭 gimana gak meleleh hati adek bang Karana kelakuan Abang KAI 🤣🤣🤣

2025-01-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!