Tak berapa lama suara langkah kaki masuk rumah dan mengucap salam,
"assalamu'alaikum".
" Waalaikumsalam ... " jawab semua yang ada di dalam rumah.
Teguh melepaskan sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu dan segera meraih tangan mamanya mencium tangan mamanya.
" Wah ... enak sekali kelihatannya," ucap Teguh sambil memainkan lidah di bibirnya.
" Hallo ... cuci tanganmu dulu... ucapkanlah bismillah...,"serentak Ayda dan Nissa menyanyikan lagu Nissa dan Rara tersebut mengingatkan Teguh.
Tak menunggu lama Teguh meletakkan tas sekolahnya di kamar dan mengganti baju seragamnya dengan kaos oblong dan bercelana pendek. Kemudian pergi ke dapur untuk cuci tangan.
Dalam sekejap dia sudah duduk di dekat tumpukan kue dadar gulung cokelat yang tampak menggoda.
" Sayang ... hari ini belajar apa Nak?" tanya Ayda pada putranya yang asyik menikmati dadar gulung.
" Hmmm enaknya," sekali lagi ia bergumam memuji kue buatan mamanya.
" Iya Ma, hari ini belajar berhitung dan menempel," jawab Teguh .
" Oh ya, tadi di sekolah aku ada teman baru cewek, anaknya cantik berambut panjang, namanya Janet,"Teguh menceritakan Janet pada mamanya.
" Janet ...," ucap Ayda dan Nissa bersamaan.
" Kalian sudah tau nama itu?" tanya Teguh terheran-heran.
Ayda dan Nissa menganggukkan kepalanya bersamaan pula, membuat Teguh semakin terheran - heran.
" Kok bisa Ma?" tanya Teguh ulang.
" Ya bisa Nak ... , Janet itu putri temannya papa, kemaren sempat main ke sini, pas kesini Kak Teguh sedang bobok siang ," jelas Ayda.
" Oh ... papa punya teman perempuan juga ya Ma?" ujar Teguh sambil mengambil sepotong lagi dadar gulung.
" Ya gak pa pa Nak ... jauh sebelum menikah dengan mama, papa sudah berteman baik dengan mama Janet".
Teguh hanya mengangguk tanda mengerti, namun di usianya yang masih 6 tahun tak banyak pertanyaan yang ia sampaikan pada Ayda.
***
Di tempat kerjanya, Fattah berusaha tak mengecewakan atasannya, mandor yang sebelumnya saat ini dipindahkan ke luar pulau. Jadi, posisi yang dijalankan Fattah penuh dengan tanggung jawab.
Terkadang ada teman yang mendukung kinerja Fattah ada juga yang berusaha menjatuhkan posisinya.
Jam istirahat telah tiba, semua kuli ataupun tukang menghentikan aktivitasnya. Ada beberapa yang membuka bekal bawaannya ada pula yang pergi ke warung untuk makan siang.
Ada tiga orang sedang berkumpul bersama membuka bekal bawaan mereka seorang dari mereka berbadan kekar berkulit gelap dan berambut keriting, memakai topi terbalik berkata sesuatu ketika Fattah lewat di sampingnya.
" Enaknya, dari kuli tiba - tiba sekarang naik pangkat jadi mandor, pakai cara apa dia memikat hati pak bos".
Fattah menghentikan langkahnya dan menghampiri mereka sambil berkata,
" Pak, yang namanya rejeki sudah diatur Pak, jadi tinggal kita menerima, menjalankan dan jangan lupa mensyukurinya".
" Saya diangkat jadi mandor, semua di luar bayangan saya Pak, mungkin. memang ini rejeki buat anak juga istri saya".
Seorang kuli yang membicarakan Fattah merasa tak senang dengan ucapan Fattah membuat omongan pedas untuk Fattah.
" Sudahlah jujur saja kau pada kita semua, kalau kenaikan jabatan kamu di sini semua tidak murni, entah pakai ilmu atau bantuan dukun mana ".
Fattah hanya membalas dengan senyuman ucapan seorang kuli tersebut, ia tak menunjukkan emosi mendengar perkataan tersebut.
Sementara kedua teman kuli tersebut hanya diam tak ikut bicara apapun, mereka menikmati bekal makan siangnya tanpa menghiraukan perkataan temannya.
Kuli yang menyindir Fattah memang terkenal kasar dan suka mengganggu temannya yang lain, namanya Joni.
" Sekarang mau anda apa Pak?" tanya Fattah berusaha meredam suasana.
" Kamu harus kasih bonus tambahan pada kita untuk satu bulan kedepan".
Sikap Joni semakin menjadi seolah dia yang berkuasa.
" Pak, kita di sini sama - sama cari rejeki untuk anak istri, kalau bisa ya gak perlu seperti itu !" kata Fattah dengan nada emosi.
Suasana semakin memanas, Joni mendekat ke arah Fattah, ia membusungkan dadanya dan mendorong Fattah tubuhnya. Fattah tersungkur ke tanah, tapi Fattah tak menunjukkan rasa takut dan ia langsung terbangun, dan melayangkan sebuah bogem tepat mengenai muka Joni.
Joni semakin menjadi dan hendak membalas bogeman Fattah.
Kedua teman Joni berusaha menahan tubuh Joni agar menghentikan niatnya mau membalas Fattah.
" Sudah Bang, memang semua kamu yang mulai, Fattah samasekali tak bersalah," kata seorang teman Joni.
Mendengar suara ribut-ribut, beberapa tukang juga kuli lain mendatangi mereka.
" Hey ... ada apa ini ribut - ribut, di sini kita bekerja cari rejeki bukan cari sensasi," ucap seorang tukang yang sangat dihormati semua pekerja di proyek tersebut karena pengalaman juga usia paling tua dari semua, tapi masih sangat sehat namanya Pak Ahmad.
"Ini Pak, Joni ... menuduh Fattah memakai dukun untuk mendapatkan posisinya saat ini ," jawab seorang teman Joni yang menjadi saksi keributan.
" Apa benar Jon, yang dikatakan Dani tersebut?" tanya Pak Ahmad pada Joni yang masih meringis kesakitan kena bogem genggaman tangan Fattah yang sangat keras.
" Iya Pak," jawab Joni tertunduk dengan tetap menahan sakit pipinya lebam.
" Ya sudah, bubar semuanya," kata Pak Ahmad pada semuanya.
" Kamu gak pa pa kan, Fat..." Pak Ahmad mendekati Fattah yang masih diam terpaku atas apa yang terjadi barusan.
" Gak pa pa Pak, makasih ya Pak udah menghentikan ini keributan tadi," ujar Fattah sambil menjabat tangan Pak Ahmad.
" Sama - sama Fat, kita di sini mencari rejeki untuk anak juga istri jadi rasa kekeluargaan harus terjalin dengan baik agar pekerjaan terselesaikan dengan baik ," kata Pak Ahmad.
" Ya sudah saya mau melanjutkan pekerjaan lagi, sepertinya kamu belum istirahat dari tadi," ujar Pak Ahmad meninggalkan Fattah dengan menepuk pundaknya.
" Iya Pak saya mau makan siang dulu, sekali lagi terimakasih Pak Ahmad," ucap Fattah.
Fattah pergi ke warung dekat proyek, memesan nasi rawon dan minuman es jeruk.
***
Jam kepulangan sudah tiba, semua menghentikan pekerjaannya. Tampak Pak Ahmad berjalan menuju parkiran sepeda motor sendirian, Fattah berlari ke arah Pak Ahmad dan menegurnya sopan.
" Pak Ahmad, mau langsung pulangkah?" .
" Belum Fat..., ada apa?" .
" Saya mau mengajak Pak Ahmad minum kopi sambil ngobrol tentang pekerjaan, apa bapak bersedia?".
" Boleh juga asal tidak terlalu lama".
" Siap Pak, mari ," ajak Fattah dengan sopan.
Pak Ahmad dan Fattah berjalan menuju warung dekat proyek.
" Kopi hitam atau kopi susu Pak?" tanya Fattah .
" Kopi hitam saja," kata Pak Ahmad.
" Buk kopi hitamnya segelas dan kopi susunya segelas juga," Fattah memesan kopi.
" Iya Mas," jawab mbak pelayan warung tersebut.
Tak berapa lama menunggu, kopi pesanan mereka datang , perlahan mbaknya meletakkan gelas kopi di meja dekat Fattah dan Pak Ahmad.
" Silahkan kopinya ...," ucap mbak pelayan warung.
" Makasih Mbak ...," sahut Fattah dan Pak Ahmad.
- bersambung-
Yuk dukung karya aku jangan lupa kasih like dan komentar ya, yang bersedia tolong kasih vote juga ya ... semoga semuanya senantiasa diberikan kelancaran rejeki dan kesuksesan.
Terimakasih semuanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Nurwati Nurwati
lanjuttttt
2021-06-12
0
🍃🥀Fatymah🥀🍃
10 like kak mendarat 😍😍
2020-11-28
0