8

Sebenarnya ada 2 hal yang ingin ia tanyakan pada suaminya. Pertama nomor hp tidak bisa dihubungi yang kedua bau parfum cewek yang melekat di jaketnya.

Bagi Ayda waktu malam terasa lambat, ia berharap segera mungkin pagi datang, dan ia menyampaikan kegelisahannya.Ayda tak bisa tidur dengan nyenyak, sementara Fattah terlihat sangat nyenyak.

Apa aku bangunin saja Papa ya, mumpung anak - anak tidur pulas, tapi ah...ini masih jam 2 pagi masih terlalu dini.

Ayda bertambah gelisah dalam hatinya, terlalu capek juga tertidur pula akhirnya.

Saat terbangun ia membuka matanya, mengarah pada jam dinding dekat lemari.

" Oh, masih jam 3 pagi," ucapnya.

" Cuma sejam aja rupanya aku tertidur ", gumamnya.

Ayda menuju kamar mandi, dan menengok nenek belum bangun.Ayda membersihkan diri dengan air yang sangat dingin. Ia sudah terbiasa dengan semuanya.

Bergegas ia membuat secangkir kopi susu untuk menghangatkan diri sejenak ditemani roti tawar kesukaannya.

Bayangan parfum perempuan yang melekat di jaket suaminya masih menghantuinya.

Mudah - mudahan semua tak seperti dugaanku.

Dalam hatinya berusaha menenangkan dirinya sendiri.Secangkir kopi dan sepotong roti telah ia habiskan dengan melamun.

Suara adzan subuh berkumandang, terdengar suara langkah pelan Nenek Yati. Ayda mendahulukan Nenek untuk ke kamar mandi, karena beliau terbiasa berjamaah di masjid.

Jarak masjid dengan rumah tidak terlalu jauh jadi nenek mampu menempuhnya dengan jalan kaki.

Nenek sudah berangkat ke masjid, Ayda sholat sendiri di rumah. Selesai sholat ia membuat secangkir teh hangat dan membangunkan suaminya.

" Pa, bangun ".

Tak ada jawaban dari Fattah , justru ia cuma menggeliatkan tubuhnya. Ayda tetap membangunkan suaminya.

" Bangun Pa," bujuk Ayda.

" Kan, masih pagi ," ucap Fattah tanpa membuka matanya.

" Bangun, ada sesuatu yang ingin Mama sampaikan, penting banget ," kata Ayda.

" Masih ngantuk Ma..." . Jawaban Fattah membuat Ayda sedikit emosi.

" Ayolah Pa, keburu anak - anak bangun ".

" Ada apa sich Ma?" , Ayda tak menjawab pertanyaan suaminya.

" Bangunlah..., bangun Pa...", pinta Ayda pada suaminya.

Fattah bangun, dan mencium kening Ayda.

" Kenapa sayang, kamu bangunin aku mau yang itu ya". Bisikan Fattah sambil memeluk erat-erat Ayda.

" Apaan sich Pa ".

Ayda melepaskan pelukan suaminya dan menarik tangan Fattah. Mengajaknya ke dapur.

" Aku ke kamar mandi dulu, lalu sholat dulu ," ujar Fattah.

Sambil menunggu suaminya selesai sholat, Ayda menyiapkan menu masakan untuk hari ini.

Tak berapa lama Fattah sudah duduk di kursi dapur dekat Ayda memetik sayur . Fattah meminum teh hangat dan sepotong roti tawar yang ia celupkan ke dalam teh hangat.

Sebentar saja Fattah menghabiskan teh dan rotinya.

" Sudah, mau ngomongin apa Ma ?" tanya Fattah.

Ayda meletakkan sayurnya baik - baik dan menghentikan aktivitasnya.

" Kenapa kemaren seharian, nomor hp Papa sama sekali tak bisa dihubungi, padahal siangnya, Papa sempat menghubungi Mama ".

" Cuma tanya itu aja Ma," ucap Fattah.

" Jawab saja dulu, masih ada lagi hal yang lain ," tegas Ayda.

" Iya...sayang, kemaren sehabis telfon mama, hpnya papa taruh di dalam tas, papa silent terus aku tinggal kerja lagi jadi meskipun ada telfon gak kedengaran sayang," jelas Fattah.

" G mungkin papa gak dengar, mama telfon papa sehabis sholat isya' , kan kalau jam segitu pastinya tas udah di papa dong ," sangkal Ayda.

" Beneran Ma..., aku lembur karena mandor proyek minta agar bangunan yang dikerjakan saat ini cepat selesai ," kata Fattah meyakinkan istrinya.

" Tapi mama menelfon berulangkali dan hasilnya tetap nihil". Ayda merasa tak puas dengan jawaban suaminya.

" Aku fokus kerja karena hasil lemburan kali ini mandor proyek berani bayar gede Ma," tegas Fattah.

" Tapi kenapa Papa pulangnya semalam, jam 11 baru sampai rumah , terus kenapa jaket ini baunya parfum perempuan ", tanya Ayda bertubi-tubi sambil mengambil jaket suaminya yang di letakkan di tempat jemuran baju.

" Iyakah?" Fattah berpura-pura bertanya balik.

" Udah Pa, jawab saja ! " nada suara Ayda mulai meninggi.

Sambil tersenyum Fattah mencubit hidung istrinya yang mulai terlihat emosi. Dan membuat Ayda semakin tak sabar menunggu jawaban suaminya.

" Beneran mau tahu atau mau tahu ", kata Fattah yang tetap menggoda istrinya.

" Iiihhh... Papa!!!" Ayda bertambah kesal pada Fattah.

" Papa gak bohong Ma, memang papa lembur sedangkan jaket kok bisa bau parfum karena..." kata - kata Fattah terhenti saat mendengar langkah kaki mendekat.

" Serius amat, lagi membicarakan apa sich?" tanya wanita lanjut usia yang biasa dipanggil Nenek Yati.

" Enggak Nek..., urusan kerjaan", jawab Fattah singkat.

"Tapi Ayda, tampak tak ceria, pasti ada sesuatu yang membuatnya tak seceria biasanya", ujar Nenek Yati sambil memperhatikan raut wajah Ayda.

" Enggak Nek, aku baik - baik aja kok", ucap Ayda menenangkan wanita lanjut usia tersebut sambil mengusap bahunya.

" Beneran, kamu gak papa ?" tanya Nenek Yati berusaha meyakinkan dirinya.

" Beneran Ayda gak kenapa-kenapa Nenekku sayang", jelas Ayda sambil menuntun Nenek Yati ke ruang tengah.

" Mama...", suara Ana memanggil.

Ayda beranjak ke kamar dan mendekati Ana.

" Iya sayang, kok sudah bangun?" sapa Ayda sambil mengusap rambut putri kecilnya.

" Adik haus ma, mau minum air putih", kata Ana.

" Kasihan adik cantik, tunggu sebentar ya Nak, mama ambilkan".

Ayda pergi meninggalkan Ana di kamar untuk mengambil segelas air putih.

Sementara di dapur Fattah menikmati teh hangatnya dan roti tawar yang sudah disiapkan Ayda.

Ayda masuk ke kamar dengan membawa segelas air putih untuk Ana.

" Ini sayang, ayo diminum air putihnya", Ayda menyodorkan gelas berisi air putih untuk putri kecilnya.

Tak berkata apapun Ana langsung meminumnya dan hanya tersisa sedikit, kemudian memberikan gelasnya pada Ayda.

" Adik mau bobok lagi?" tanya Ayda.

Ana tak menjawab pertanyaan Ayda, dia hanya menganggukkan kepalanya dan langsung tidur lagi, memang masih tampak terlihat mengantuk putri kecilnya. Kedua kakaknya juga masih tertidur pulas.

Sebelum meninggalkan kamar, Ayda mencium kening ketiga buah hatinya, juga mengambil selimut Teguh yang terjatuh ke lantai, dan menyelimutkannya di tubuh Teguh yang tidur melingkarkan tubuhnya.

Sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya Ayda beranjak meninggalkan kamar dan menutup kembali pintu kamar dengan pelan - pelan.

Ayda menuju dapur sambil memperhatikan jam dinding di ruang tengah masih menunjukkan jam 05.40, dan langkah kakinya tak henti mengarah dan mendekati suaminya.

" Pertanyaanku tadi belum Papa jawab, dan sekarang mama minta tolong dijawab ", tegas Ayda dengan bisikan di daun telinga suaminya.

Ayda kuatir pembicaraan mereka terdengar oleh nenek ataupun Bara.

Dengan bisikan pula, Fattah berkata pada istrinya " Sayangnya, papa pengen ke kamar mandi kebelet ma..., mau buang air besar".

Dhutt...suara kentut yang keluar disertai aroma tak sedap.

- bersambung Yach, maaf beberapa hari gak up agak g enak badan.

Ikutin kisah selanjutnya ya... Mohon dukungan nya, terimakasih

Terpopuler

Comments

Harmia Nurlindasahril

Harmia Nurlindasahril

buat Fattah nyesal dhong thorr,klw AIDA buat dia bahagia thoor

2022-04-02

0

V⃝🌟Clara Vi@reX

V⃝🌟Clara Vi@reX

uhuy

2020-11-27

0

🇵🇸 Mia Rina 🇵🇸

🇵🇸 Mia Rina 🇵🇸

lanjut lagi... bagus ceritanya

2020-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!