Janet duduk terdiam dalam pangkuan mamanya, Nissa duduk terdiam pula di samping papanya. Melihat keadaan yang demikian Ayda berusaha mencairkan suasana. Ia menuangkan sirup dingin di tiga gelas kosong dan memberikannya untuk kedua putrinya juga buat Janet.
" Sudah gak pa pa namanya juga bermain lomba lari kalau gak sengaja menabrak ataupun tertabrak itu biasa, jadi lain kali kalau main bisa lebih hati - hati, ayo minum sirupnya biar dingin tenggorokannya ," ujar Ayda penuh dengan kelembutan.
Wajah cerah mulai tampak di muka Nissa dan Janet yang semenjak kejadian tadi membuat mereka terlihat murung.
" Segar banget ya sirupnya," ucap Nissa lirih.
" Iya, dingin di tenggorokanku," Janet ikut berkomentar.
" Alhamdulillah, sudah tampak ceria semuanya, ayo snacknya dimakan ," Ayda meraih toples snack dan mendekatkan ke Janet.
" Makasih Tante," ucapnya pelan.
Ana yang sudah merasa nyaman di gendongan papanya tampak mulai mengantuk dan akhirnya tertidur.
" Adik bobok Ma," seru Nissa.
" Iya, mungkin kecapean bermain tadi," jawab Ayda.
" Ya sudah, biar aku tidurkan di kamar ," ucap Fattah.
Fattah menggendong Ana ke kamar dan menidurkannya di kamar dan ternyata Teguh sudah tertidur dengan pulas memeluk guling.
Sementara Nissa dan Janet mulai bermain bersama lagi, Nissa mengeluarkan dua boneka buat bermain. Mereka bemain di ruang tengah.
Fattah keluar kamar dan menutup pintunya pelan - pelan.
" Teguh udah tidur duluan, mungkin ia kecapean bermain sama teman - temannya tadi," kata Fattah sambil menuangkan minuman dalam gelas.
" Biasanya Nissa jam segini juga udah bobok siang tapi kalau ada temannya bermain rasa kantuknya pasti hilang," ucap Ayda.
" Kalau Janet , gak pernah bobok siang Mbak," kata Anita.
" Iya, biasanya kalau siang gini dia main di kios neneknya sama anak- anak seusianya," ujar Fattah.
" Gimana urusan kamu sama Elin dan Jay ? " tanya Fattah pada Anita.
" Sebenarnya Jay sendiri yang sering main ke kios ibuku saat lihat aku jaga kios, kan tahu sendiri kios mertuanya gak jauh dari kios ibu," ucap Anita dengan kesal.
" Alasannya pasti mau ketemu Janet," tambahnya.
"Terus kenapa Bu Lasmi datang ke rumah dan marah- marah sama kamu," tanya Fattah mengintrogasi.
" Ya karena Elin ada cek cok sama Elin jadinya Jay cari aku minta pendapat".
" Memang sebelum menikah Jay sering curhat sama aku Mas".
" Elin sudah tau juga kalau sebenarnya Jay hanya sekedar main ke kios dan minum jus saja, cuma ada hasutan dari Bu Lasmi, Elinpun terpengaruh dan sering bertengkar dengan Jay dan akhir - akhir ini bawa -bawa namaku," jelas Anita panjang lebar.
" Sepertinya Bu Lasmi masih belum bisa bersaing bisnis sehat dengan ibu kamu," ucap Fattah.
" Beberapa hari kemaren ada yang aneh, padahal aku beli buah - buahan fresh dan bagus juga aku taruh kulkas, masak masih sehari aja semua buahnya busuk, tak ada yang bagus satupun," kata Anita .
" Loh, kok bisa Nit," ucap Ayda dengan nada terheran - heran.
" Iya Mbak, aku dan ibuku seperti mimpi saat akan membuat jus buat Janet, untung bukan buat pembeli ," jelas Anita.
" Sepertinya Bu Lasmi tersinggung dengan ibu kamu, karena sebelum ibumu buka kios di sana, kios Bu Lasmi paling ramai dan laris pembeli", ujar Fattah.
" Bisa juga Mas, kan aku dan ibu termasuk pendatang, kita merantau ke kota untuk kehidupan yang lebih baik", papar Anita.
" Tapi Nit, tak semua orang sama, kehidupan di kota itu keras orang yang kita lihat baik belum tentu baik juga sebaliknya," kata Fattah menerangkan.
" Iya Nit, makanya aku jarang nimbrung atau ngerumpi dengan tetangga, mungkin ngumpul atau ngobrol seperlunya saja," kata Ayda.
" Terus apa yang dilakukan ibumu menyikapi kejadian tersebut?" tanya Fattah.
" Makanya ibu minta aku kesini untuk mendapatkan sebuah solusi dari Mas Fattah," ujar Anita.
Mendengar keluhan Anita dan ibunya, Fattah terdiam sebentar, menyarankan agar Anita dan ibunya tak panik dengan setiap kejadian yang dirasa janggal. Tetap bersikap biasa dan tak usah menunjukkan emosi.
Menurut Fattah maksud Bu Lasmi ingin memancing emosi Bu Ratna melalui bahan jualan yang rusak, tapi karena tak berhasil ia pakai cara lain memanfaatkan putrinya sendiri Elin. Menghasutnya saat ada masalah dengan Jay, apalagi Jay sering bermain ketemu Anita.
" Masuk juga penjelasan Mas Fattah, terus apa yang harus kami lakukan selain tak panik Mas?" tanya Anita.
" Menurutku, hal semacam itu gak berlangsung lama, kalau kita bisa menetralkan diri dan tak terbawa suasana tersebut, cepat hilangnya, coba beli sebungkus garam kasar dan buang di sekeliling kios pas pagi sehabis sholat subuh, " terang Fattah.
Anita mengangguk, mengiyakan saran Fattah tanda mengerti maksud Fattah.
Memang selama ini Anita maupun ibunya percaya perkataan ataupun saran dari Fattah.
" Beruntung sekali kau Mbak Ayda, punya suami seperti Mas Fattah, selain pintar dia sangat bijak menghadapi setiap persoalan," kata Anita pada Ayda.
" Alhamdulillah, ini juga rejeki dari yang kuasa ," jawab Ayda.
" Kalau aku boro - boro dingertiin suami, semenjak menikah kita biasa aja, suami aku orangnya dingin, lagipula dulu aku menikah juga hasil perjodohan " ujar Anita.
" Tapi kamu kan bahagia, semua serba tercukupi tanpa harus memikirkan segala macam kebutuhan, uang juga ngalir terus ," kata Fattah menggoda Anita.
" Tapi kan, bukan itu saja yang dibutuhkan perempuan Mas, apalagi kalau sudah berumah tangga ... ," ujar Anita.
" Kan kamu yang minta suami kamu merantau, cari uang yang banyak biar bisa beli rumah sendiri ," kata Fattah memojokkan Anita.
" Bukan aku ya Mas, tapi memang pihak keluarganya suami aku yang mendukung suamiku merantau, karena ada beberapa saudaranya juga merantau dan berhasil," Anita membalas perkataan Fattah dengan tegas.
" Bagaimanapun, kamu juga terlibat langsung kenapa suami kamu lebih suka merantau daripada di rumah bisa lebih dekat dengan kamu dan anak kalian". Ucapan Fattah seolah memojokkan Anita.
Anita yang merasa tak nyaman dengan perkataan Fattah hanya terdiam dan tak menyangkal perkataannya. Sementara Ayda tak ikut berbicara masalah itu.
Karena selama ini memang Fattah jauh lebih kenal Anita sebelum menikah dengannya. Sikap Anita memang agak manja juga pada Fattah. Saat obrolan masih berlangsung, Janet datang ke pangkuan mamanya.
" Ayo Ma, kita pulang," pinta Janet pada mamanya.
" Loh kenapa, bukannya masih seru bermain bonekanya," ujar Ayda sambil mengarahkan pandangannya ke Nissa yang masih asyik main boneka.
" Itu lo Ma, Janet mau dibelikan mamanya boneka seperti ini juga Ma," kata Nissa.
" Oh ... , itukan bisa kamu pinjamkan Nak ... " kata Ayda pelan.
" Sudah Ma, tapi Janet mau punya sendiri Ma, katanya," jelas Nissa.
" Emang Janet sering seperti itu, terlalu manja selalu minta yang baru dan maunya selalu punya sendiri," ucap Anita.
Janet semakin merengek dan menangis menjadi, ajak mamanya cepat pulang.
- bersambung-
Terimakasih banyak atas dukungan karya saya ini, buat yang udah baca tolong tinggalkan jejak ya...kasih komentar yang banyak, jangan lupa like dan kasih vote buat aku ya....
Terimakasih pembaca yang baik hati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
V⃝🌟Clara Vi@reX
yuhuu
2020-12-25
0
Desisilvianasrida
ceritanya bagu thor
2020-11-21
0
Dima Lasky
hadir
2020-09-15
0