Anita menangis terisak-isak, sesungguhnya ucapan yang disampaikan Fattah berisi nasehat yang baik. Memang dari sisi usia Anita jauh lebih muda, saat menikah usianya juga baru dibawah 18 tahun. Mungkin itu juga faktor penyebab emosional yang ada pada diri Anita labil.
Fattah berusaha menenangkan Anita, ia beranjak ke dapur menuangkan segelas air putih dan memberikannya untuk Anita.
" Minumlah ... ," ucap Fattah pelan.
Anita meraih gelas berisi air putih tersebut dan menghabiskannya seketika itu.
" Terimakasih ," ucap Anita pelan.
Fattah menarik tangan Anita, membantunya berdiri dan mengajak untuk duduk di kursi. Perlahan Anita berjalan ke kursi, diikuti Fattah di belakangnya.
"Astaghfirullah ... ," ucap Fattah pelan.
Fattah baru teringat kalau tujuan ia keluar dari rumah tadi untuk membeli camilan buat anggota keluarga di rumah. Ia mengeluarkan hpnya nampak 2 panggilan tak terjawab dari nomor Ayda dan satu pesan masuk juga dari Ayda.
Melihat keadaan Anita mulai tenang duduk di kursi, Fattahpun pamit pulang, ia tak mungkin berlama lama di rumah Anita.
" Aku harus pergi, masih ada urusan yang harus aku selesaikan, istirahat lah, ganti bajumu dengan baju yang kering," pesan Fattah sebelum meninggalkan Anita.
" Iya Mas, makasih ... ," ucap Anita lirih.
" Hati - hati di perjalanan," pesannya untuk Fattah lirih.
" Oke, siap," balas Fattah.
Fattah melangkahkan kakinya keluar pintu menuju tempat ia memarkirkan sepeda motornya.Ia menyalakan mesin sepeda motornya dan sebentar sudah tak terdengar lagi suara mesin di depan rumah Anita, dalam sekejap Fattah sudah keluar dari gang rumah Anita.
*****
Fattah berkendara sambil memperhatikan sekitar, sekiranya masih ada toko yang masih buka. Pandangannya fokus mengendarai, tapi tampak di depan ada sebuah toko besar yang masih terang lampunya dan juga masih tampak ramai pengunjung.
Fattah mengarahkan sepeda motornya ke arah toko kue tersebut. Tepat di depan toko tersebut Fattah memberhentikan sepeda motornya.
Fattah memarkirkan sepeda motornya di tempat yang kosong.
Fattah melangkahkan kakinya cepat memasuki toko kue tersebut. Ada berbagai macam kue bolu juga kue kering.
Fattah memilih 2 macam kue kering dan satu macam bolu kukus rasa cokelat kesukaan anak-anak.
Selesai memilih Fattah menuju kasir dan ia dapat urutan ke 6 lumayan banyak pembeli di toko kue tersebut.
Setelah menunggu beberapa menit tibalah giliran Fattah, dan Fattah membayar semua kue pilihannya tadi.
" Berapa Mbak," tanyanya pada Mbak kasir.
" Tujuh puluh ribu, Pak," jawab kasir.
Fattah membayar dengan selembar uang seratus ribu.
" Kembalinya tiga puluh ribu, Pak ... terimakasih ," kata penjaga kasir.
"Sama - sama," balas Fattah.
Fattah melangkahkan kaki keluar toko, menuju ke arah sepeda motornya terparkir. Ia memakai helm dan menyalakan mesinnya meninggalkan toko kue.
***
Tibalah Fattah di depan rumah,ia mematikan mesin sepeda motornya, suasana rumah tampak sepi, tak terdengar suara berisik anak - anak bermain, lampu ruang tamu juga sudah dimatikan.
Ceklek
Fattah membuka pintu pelan - pelan, ia melangkahkan kaki memasuki rumah.
Assalamu'alaikum...
Tak ada balasan salam, tampak seorang wanita berdaster bunga -bunga tertidur lelap di kursi dengan posisinya yang nyaman. Tampak lelah rupanya dia, hingga tak mendengar ucapan salam. Ayda terbiasa menunggu suaminya di kursi itu.
Fattah berjalan ke arah kamar nenek dan tampak nenek juga sudah tertidur pulas. Sementara kamar Bara sudah terkunci dari dalam.
Perlahan Fattah meletakkan semua kue di meja. Ia kembali ke istrinya yang masih tertidur pulas. Fattah menyibakkan rambut istrinya yang tergurai di keningnya, dan melayangkan kecupan mesra penuh kehangatan di kening istrinya.
Hingga Ayda terbangun, ia berusaha membuka kedua bola matanya yang masih terasa mengantuk.
" Pa ... kok, beli kuenya lama sekali, semua sudah tertidur," ucap Ayda sambil menggeliatkan tubuhnya.
" Maaf ma, maaf sekali ada urusan mendadak, tadi papa di perjalanan ditelfon, dan harus menyelesaikan urusan itu," jawab Fattah pelan, tak mungkin ia bercerita semua kejadian yang baru terjadi antara dia dan Anita.
Tapi, suatu hari pasti akan ia ceritakan semuanya pada istri kesayangannya itu.
" Ma, semua sudah tertidur rasanya kita bisa melakukan hal itu," ucap Fatttah lirih di telinga Ayda, hingga berdiri bulu kuduk Ayda.
Tak berlama-lama Fattah mengangkat tubuh istrinya dengan kedua tangannya, Ayda sama sekali tak melakukan perlawanan, menikmati rasa dibopong suaminya tercinta.
" Tangan papa dingin sekali ... ," ucap Ayda pelan sambil memainkan jari telunjuknya di muka suaminya.
" Sepertinya malam ini kita jadikan milik kita berdua saja, kita pindah ke kamar depan saja biar suasana lebih romantis sayang," ajak Fattah mesra pada istrinya.
" Berapa berat badan Mama sekarang," tanya Fattah seolah merasa keberatan membopong Ayda.
" Berat ya Pa," ucap Ayda.
" Iya Ma, sepertinya pengen Papa turunkan di kursi lagi, " ucap Fattah sedikit menahan tawa.
" Waduh, Mama harus kurangi porsi makan juga porsi ngemil Pa," ujar Ayda merasa malu saat dibilang berat oleh suaminya.
" Turunin ya ... " Fattah menggoda istrinya dengan berpura-pura mau menurunkan Ayda.
Ayda mengalungkan tangannya di leher suaminya kuat - kuat, Fattah tersenyum lebar melihat raut wajah istrinya.
" Enggak kok Ma, menurut Papa berat badan Mama ideal , Papa hanya bergurau saja, gimana reaksi Mama, ternyata ... gak suka ya kalau dibilang berat," ucap Fattah pada istrinya .
" Ih ... Papa," Ayda merasa gemas dan mencubit hidung suaminya yang boleh dibilang mancung.
Fattah tak menghiraukan perlakuan Ayda, ia tetap melangkahkan kakinya membopong Ayda menuju ke kamar depan.
Fattah menidurkan Ayda di atas kasur yang empuk dan aroma kain sprei yang wangi. Kain sprei berwarna merah bergambar bunga mawar menambah keromantisan malam itu.
Fattah menutup pintu kamar dan menguncinya, ceklek.
Perlahan ia mendekati Ayda melayangkan ciuman hangat di bibir Ayda. Ayda tak diam begitu saja iapun membalas ciuman suaminya.
Perlahan pula Ayda membuka kancing baju Fattah satu per satu, hingga akhirnya terbuka semuanya. Tak berhenti di situ, Ayda membuka resleting celana suaminya dan perlahan melepaskannya.
Ciuman sepasang pasutri itu semakin memanas, hingga keduanya bersembunyi di balik selimut tebal bermotif kulit macan.
" Kamu memang tak pernah berubah sayang," ucap Fattah sedikit nafas terengah-engah.
" Kamu juga Pa," balas Ayda juga desahan lirih.
Sungguh serasa malam itu milik mereka berdua, meskipun Ayda sudah melahirkan tiga kali tapi ia tetap bisa memuaskan gairah **** suaminya.
Keringat bercucuran dari tubuh keduanya, Fattah berbaring di samping Ayda dan perlahan membuka selimut hingga tampak setengah tubuh keduanya.
Rambut Ayda basah oleh keringat, begitu juga Fattah. Fattah memiringkan tubuhnya ke arah Ayda, begitu juga Ayda memiringkan tubuhnya ke arah Fattah.
Hingga keduanya saling bertatapan saling melempar senyum.
- bersambung dulu ....
Terimakasih yang sudah dukung karya aku, yang sudah mengikuti karya aku jangan lupa like dan komentar ya... kalo boleh kasih vote ya....
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
ngga paksi kipas anginnn sehh jadi nya lepekkk khann
😂😂😭😭😭😭😭🤭🤭🤭
2021-06-15
0
Kristina Skd
semoga tak tergoda sama pelakor
2020-10-24
0