13

Dalam hati Ayda kagum akan kecantikan juga bentuk tubuh Anita yang langsing. Anaknya cewek usianya seumuran dengan Teguh. Namanya Janet.

Tak berlama-lama di depan pintu, Ayda mempersilahkan mereka masuk. Anita juga anaknya bersalaman dengan Fattah. Entah kenapa hati Ayda sedikit tak nyaman melihat salaman keduanya.

" Cantiknya, namanya siapa ?" tanya Ayda pada putrinya Anita.

" Janet, Tante ," jawabnya lantang.

" Usia berapa kamu?" Ayda kembali bertanya pada putri Anita.

" 6 tahun," jawabnya tegas.

"Halo!" Janet menyapa Nissa dan Ana.

" Halo juga," jawaban Nissa dan Ana bersamaan sambil bersalaman. Meskipun belum pernah ketemu dan saling kenal namun mereka langsung akrab, karena Janet tipe anak yang aktif dan lincah.

" Ayo masuk, kita ngobrol di dalam saja," ajak Ayda.

Mereka semua masuk ke dalam, sementara Nissa, Ana dan Janet masih di luar, di teras. Mereka seolah-olah sudah mengenal satu sama lain, Nissa yang memang cepat bergaul dengan teman baru meskipun usianya terpaut 2 tahun lebih dewasa.

Ayda bergegas ke dapur membuat minuman es sirup, tak lupa juga menyajikan camilan ringan wafer juga snack jagung kesukaan anak-anak.

" Gak usah repot-repot Mbak," ucap Anita pada Ayda.

" Enggak kok, maaf ya g bisa menyuguhkan apa - apa," Ayda merendah.

" Ini sudah lebih dari cukup Mbak," ujar Anita.

" Gimana istri aku baik hati kan," ucap Fattah menyela obrolan Ayda dan Anita.

" Iya Mas, udah cantik baik hati pula, makanya kalau pas main ke rumah selalu pengen cepet-cepet pulang," balas Anita dengan gaya sedikit meledek.

" Ah...biasa aja An ... " ucap Ayda.

" Enggak Mbak, luar biasa banget," ucap Anita.

" Eh, ayo dimakan snacknya juga diminum ini sirupnya, seger lo ... ini rasa jeruk peras ," kata Ayda.

" Iya Mbak, makasih ... seger banget ini sirupnya pas dengan cuaca yang panas ini," ujar Anita.

" Anak - anak ... siapa yang mau sirup dingin sama snack jagung?" Ayda menawarkan pada anak - anak yang lagi asyik main di teras.

" Mau!!!" jawab mereka bertiga kompak.

" Ayo masuk semua ," suruh Ayda.

Mereka bertiga segera masuk dan menuangkan minuman di gelas kosong yang sudah disediakan.

" Segernya ...," ucap Nissa.

"Iya, segernya pakai banget," tambah Janet sambil menggelengkan kepalanya.

" Yuk main lagi ," ajak Janet pada Nissa dan Ana.

"Loch, ini snacknya gak di makan dulu".

" Nanti aja Ma, masih mau main dulu mumpung ada yang main kesini," jawab Nissa pada Ayda.

Sementara Ayda berbincang dengan anak - anak, Fattah dan Anita mengobrol panjang lebar. Banyak banget hal yang dibahas, mereka tampak akrab banget.

Entah, rasa cemburu itu tiba-tiba muncul saat Ayda menyaksikan suaminya mengobrol sangat asyiknya dengan seorang perempuan berparas cantik.

Jarang sekali Ayda ada rasa cemburu ketika melihat Fattah mengobrol dengan perempuan lain, mungkin karena mereka sudah mengenal lebih dekat sebelum Fattah menikah dengan Ayda. Namun Ayda menyembunyikan dalam - dalam rasa itu.

" Suami sudah berapa lama merantau An?" tanya Ayda memotong obrolan Fattah dan Anita sambil menuangkan minuman ke dalam gelas.

" Mbak udah tau kalau aku jauh dari suami aku ?".

" Bukannya jawab dulu pertanyaan istri aku, malah balik nanya," ucap Fattah sedikit ketus.

" Waduh ... segitunya sama aku," balas Anita genit.

Ayda menghabiskan air sirup dengan cepatnya, tapi kenapa seolah- olah tenggorokannya tetap terasa kering. Fattah yang melihat istrinya minum dengan cepat juga terheran - heran, dan menegurnya lembut.

" Sayang ... pelan- pelan minumnya, kok seperti kehausan gitu".

" Iya Pa, tenggorokanku terasa kering," jawab Ayda malu - malu .

Ayda masih menuangkan segelas sirup lagi dan menghabiskannya. Anita hanya tersenyum tipis melihatnya.

" Memang cuaca panas sekali hari ini," ucap Anita.

" Oh iya, Mas Fattah pernah cerita kalau punya seorang anak cowok seusia Janet, mana anaknya ... kok gak kelihatan" tanya Anita .

" Ada kok, baru pulang main sama teman-temannya, mungkin tiduran di kamar," jawab Ayda sambil mengarahkan pandangannya ke arah kamar yang pintunya tertutup.

" Oh, ya pertanyaanku belum dijawab tadi," ujar Ayda.

" Eh, iya maaf Mbak, suamiku udah lama merantau Mbak, sampai sekarang sih, udah 5 tahun," jelas Anita.

" Udah pernah pulang belum?" tanya Ayda.

" Sudah Mbak, 3 tahun yang lalu".

" Jadi, selama 5 tahun merantau masih pulang sekali," kata Ayda terkejut.

" Iya Mbak, waktu itu dia pulang pas ulang tahun Janet yang kedua tahun, dan cuma cuti 2 minggu di rumah," jelas Anita dengan wajah lesu.

" Memangnya Janet tak menanyakan ayahnya atau ingin bersama dengan ayahnya gitu," tanya Ayda pelan.

" Ya tanya Mbak, tapi aku selalu kasih pengertian, dan ia bisa mengerti tapi awal - awalnya juga sulit Mbak, dan Janet sering menangis sambil marah - marah," jelas Ayda.

Saat Anita dan Ayda memperbincangkan Janet, tiba - tiba terdengar suara tangisan Ana. Ayda dan Fattah bergegas ke arah tangisan putrinya, dan Fattah menggendong Ana.

" Cup, cup ... kenapa adiknya nangis Mbak Nissa?" tanya Ayda pelan pada putrinya yang terlihat takut.

" Maafin Nissa ya Ma, Pa ... Nissa gak bisa jaga Ana baik - baik," jawab Nissa dengan wajah tertunduk sedih.

" Iya sayang gak pa pa," kata Ayda lembut sambil membelai rambut putrinya yang panjang.

" Tadi Nissa dan Janet lomba lari, terus tadi Ana duduk, tapi tiba-tiba berdiri jadi tertabrak Janet," jelas Nissa dengan raut muka sedih.

Sementara Janet hanya diam terpaku tak berucap apapun. Anita yang tadi duduk di dalam, harus keluar melihat keadaan di luar. Melihat mamanya datang, Janet berlari ke arah mamanya dan memeluk erat tubuh mamanya dengan penuh rasa ketakutan.

" Hey...kenapa sayang, " ujar Anita pada putrinya.

Janet hanya geleng-geleng kepala dan meneteskan air mata dengan mulutnya mewek. Sementara Ana sudah berhenti menangis dalam gendongan papanya.

"Gak pa pa, tadi pas main lomba lari, Janet gak sengaja menabrak Ana, hingga Ana terjatuh dan menangis, ini cuma sedikit lecet di lututnya", jelas Fattah dengan tetap mendekap Ana dalam gendongannya.

" Maaf ya Ana, Janet rupanya takut mau bilang maaf, karena melihat Ana menangis", ucap Anita.

" Sudah, gak pa pa, ayo semua masuk dulu, biar lukanya mama bersihkan dulu ," ujar Ayda

Semua masuk ke dalam, sementara Ayda bergegas mencari kotak obat dan membawanya ke ruang tamu, di mana Ana masih dalam gendongan papanya.

Perlahan Ayda membersihkan lukanya dengan alkohol kemudian meneteskan betadine di area luka, dan Ana menangis lagi, merasakan perih di lututnya. Ayda meniup - niup lembut di bagian tersebut dan menutup lukanya dengan hansaplast bergambar boneka.

Seketika Ana terdiam dari tangisannya karena melihat gambar boneka lucu menempel di lututnya.

- bersambung-

Yuk, ikuti kisah selanjutnya jangan lupa kasih like dan komentarnya ya kalau mau kasih vote juga ya... terimakasih yang udah baca dan kasih dukungannya.

Terpopuler

Comments

Adolvin Tangka

Adolvin Tangka

lanjut thor trus

2021-09-11

0

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

next

2021-06-15

0

Nurwati Nurwati

Nurwati Nurwati

lanjutt

2021-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!