19. Profil Sang Pembunuh

Kenneth Wanjiru, bergabung dengan Silver Fox Game, Inc. tiga tahun yang lalu, setelah memenangkan sebuah perjanjian bisnis baru yang sedang dikembangkan Gandawasa.

Karena keberhasilannya, ia langsung diberi posisi sebagai wakil presiden.

Pria Amerika berdarah Jepang itu semula adalah managing partner -mitra pengelola di kantor pengacara Atsumi & Wanjiru Advocates, LLP yang ditunjuk Gandawasa untuk menangani perjanjian-perjanjian bisnis, juga memainkan peran penting dalam mengarahkan pertumbuhan perusahaannya menjadi salah satu korporasi terkemuka di California saat ini.

Ketika Max mendatangi kantor lamanya untuk mendapatkan data dan latar belakangnya, ia mendapati bahwa kantor pengacara itu telah diubah namanya menjadi Atsumi & Associate, PC.

“Itu diubah karena Wanjiru sudah bukan lagi mitra di perusahaan pengacara ini, sejak menjadi wakil presiden di perusahaan baru Tuan Natadharma.” Kaito Atsumi menjelaskan, setelah terdiam karena terkejut atas kedatangan seorang detektif dari Investigasi Strategis.

Sebagai warga San Francisco dan sebagai pengacara, meskipun pengacara bisnis, Kaito sangat paham bahwa salah satu yang ditangani Investigasi Strategis adalah kejahatan yang berkaitan dengan pembunuhan.

Tentu saja, ia langsung menghubungkan dengan kematian pemilik perusahaan dimana Kenneth bekerja, yang memenuhi pemberitaan di surat kabar beberapa waktu lalu.

“Apakah Kenneth yang membunuhnya?” Kaito bertanya dengan syok.

“Bisakah Anda menceritakan bagaimana karakter Tuan Wanjiru?” tanya Max, alih-alih menjawab pertanyaannya.

“Kenneth pendiam, serius, tidak banyak bicara, jarang bercanda tapi tidak mudah marah. Karena itu, jika dia sampai nekat membunuh, pasti itu sudah jauh melampaui batas kesabarannya. Kenneth sangat mudah menyerap ilmu. Mempelajari kasus dan menyusun strategi adalah hobi baginya.” Kaito menjelaskan.

“Aku memang tahu bahwa Kenneth dipecat dengan tidak hormat sekitar enam bulan yang lalu, tapi membunuh? Aku benar-benar tidak terpikir dia bisa melakukannya.” Kaito geleng-geleng kepala.

“Kami masih mengumpulkan bukti-bukti.” Max tidak mengiyakan, juga tidak menyangkal. “Apakah kalian masih menyimpan data-data Tuan Wanjiru?”

Kaito mengangguk. “Jika memang dibutuhkan, kami masih menyimpan data-datanya. Riwayat pendidikan dan alamat rumahnya. Tapi aku tidak yakin dia masih tinggal di sana. Itu alamat ketika dia pertama kali bergabung di sini sekitar sepuluh tahun yang lalu.”

“Tidak masalah,” ujar Max. “Informasi apa pun, akan kami gunakan untuk menelusuri keberadaannya.”

Kaito menelepon Manajer Personalia agar mengirimkan arsip tentang Kenneth ke emailnya, kemudian mencetaknya untuk Max.

“Semoga bukan dia. Dia adalah seseorang yang memiliki otak cemerlang. Sayang sekali jika dia menyia-nyiakan isi kepalanya hanya karena dendam dipecat dengan tidak hormat. Seharusnya dia bisa melupakan dan membalas dengan cara lain. Dengan kesuksesan yang lebih besar, bukan dengan menghancurkan masa depannya.” Ujar Kaito sambil menyerahkan berkas yang telah dicetak ke tangan Max.

“Jika masih ada yang bisa kami bantu, silakan menelepon atau datang kembali, Inspektur.” Kaito menambahkan, seraya membuka pintu dan mempersilakan Max ke luar.

Max melangkah ke luar dari kantor pengacara itu, membawa sebundel berkas Kenneth di tangannya.

Dengan tidak sabar, Max langsung membuka berkas itu begitu duduk di dalam mobilnya, dan membaca lembar demi lembar.

Kenneth Wanjiru berusia tiga puluh satu ketika menjadi mitra pengelola di kantor pengacara Atsumi & Wanjiru Advocates LLP, setelah tujuh tahun bergabung sebagai associate -rekan.

Pria yang berperawakan kurus dan mengenakan kacamata minus itu, adalah lulusan fakultas hukum di Universitas Yale, sekolah hukum ranking pertama di Amerika Serikat, dengan GPA 3.98. Bukan hanya itu, Kenneth masih melanjutkan dengan program master di Universitas Stanford, salah satu sekolah hukum paling kompetitif di Amerika Serikat.

Kemudian dia diangkat sebagai wakil presiden di perusahaan Gandawasa tiga tahun yang lalu. Berarti usianya sekarang tiga puluh empat. Dia belum menikah.

Jelas, Kenneth bukan orang sembarangan. Mungkin kecerdasannya hampir setara dengan Lily. Jika melihat tampangnya, dia memang terlihat seperti kutu buku, sebagaimana orang pintar pada umumnya.

Pantas saja, cara membunuhnya begitu rumit. Itu bukan hanya membutuhkan pemikiran yang mendalam, melainkan juga riset dan percobaan-percobaan.

***

Sementara itu di Washington DC.

Andrea yang telah mendapatkan foto Kenneth dari Max, langsung berbalik arah kembali ke kantor MPD, setengah berlari mencari Brian Eldridge.

"Eldridge," Andrea berseru begitu tiba di kantor detektif MPD itu. "Aku sudah mendapatkan wajah si pembunuh."

"Wah, begitu cepat?" Brian terkejut. "Padahal aku sudah berpikir kita akan sangat sulit menangkapnya. Dia sangat licin, sampai terpikir memecahkan piring."

Andrea terkekeh, "Tidak ada kejahatan yang sempurna." Ia mengacungkan ponselnya, "Anderson baru mengirimkan fotonya padaku. Tuhan sedang berpihak pada kita. Ada korban kedua, sebetulnya korban yang bukan korban, karena itu kecelakaan yang akhirnya mengungkapkan senjata si pembunuh."

"Apa yang dia gunakan?" Brian tampak penasaran.

"Teh mahal yang biasa diminum miliuner itu, diminum oleh wakil presidennya dan wakil presidennya itu masuk rumah sakit juga. Anderson meminta dr. Smith mengambil sampel darahnya untuk dikirim ke lab, dan ternyata dia juga keracunan thallium."

"Kita harus mulai mencari wajahnya di antara para pelayan kontrak," ujar Andrea. "Aku sudah mengirimkan fotonya ke alamat emailmu, silakan dilihat."

Brian mendekat ke komputer untuk mencocokkan foto yang dikirim Andrea, dengan dua ratus foto pelayan kontrak di perjamuan presiden.

"Oh, ternyata wajah Asia. Ini menguntungkan bagi kita, karena mempersempit pilihan." Brian terdengar senang.

"Apa kataku, Tuhan sedang berpihak pada kita." Andrea menepuk pundak Brian.

Mereka duduk berdampingan dan menyaring dua ratus foto itu, menyingkirkan yang berkulit putih dan hitam, sehingga hanya menyisakan sekitar lima puluh foto berwajah Asia. Lalu menyusutkan lagi menjadi dua puluh delapan, setelah menyingkirkan yang berjenis kelamin perempuan.

Setelah mengamati dengan saksama dua puluh delapan foto itu, mereka menemukan kemiripan pada salah satunya. Memang ada sedikit perbedaan, yaitu sang pelayan kontrak tidak mengenakan kacamata minus dan berkumis, model rambutnya pun berbeda.

Demi memastikan profil wajahnya persis sama, Brian memanggil petugas dari tim digital untuk memroses kedua foto itu.

Setelah menunggu sambil menahan napas, mereka mendapat kepastian, kedua foto itu adalah orang yang sama. Brian dan Andrea saling memberi high five -tos.

Dengan wajah berseri-seri, keduanya membaca keterangan di bawah nama sang pelayan kontrak.

Nama: Evan Toshiro.

Usia: dua puluh dua tahun..

Status: mahasiswa tahun terakhir Program Manajemen Perhotelan dan Pariwisata Universitas District Columbia, Washington DC.

Tentu saja semua data itu palsu.

Namun, setidaknya mereka tahu bahwa Kenneth benar-benar pernah menyusup ke perjamuan presiden. Dan sangat yakin, dia juga pelayan yang pura-pura tersandung dan memecahkan piring, untuk melenyapkan barang bukti.

Pertanyaannya, jika dia telah membubuhkan racun ke dalam teh dengan sangat sabar dan hati-hati, buat apa masih susah-susah menyusup ke perjamuan presiden yang keamanannya berlapis-lapis, demi menambahkan racun tetrodotoxin, dengan risiko tertangkap?

Terpopuler

Comments

adi_nata

adi_nata

tapi Wanjiru agak ceroboh karena memberikan teh yang mengandung racun secara langsung. walau ga langsung meninggal tapi tetap bisa dilacak dengan mudah teh itu dari siapa ?

2024-12-29

0

adi_nata

adi_nata

apa staf kepresidenan yang merekrut ga mengkonfirmasi dulu ke pihak Universitas tentang mahasiswa yang bernama Evan ini ? kok bisa sampai kecolongan ?

2024-12-29

0

Reksa Nanta

Reksa Nanta

tapi kenapa ya aku tidak yakin kalau Kenneth pelakunya. aku merasa dia hanya dijadikan kambing hitam.

2024-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 1. Sang Miliuner Telah Mati
2 2. Istri Sang Miliuner
3 3. Presumption of Innocence
4 4. Di Ruang Interogasi
5 5. Siapakah Gandawasa Natadharma?
6 6. Pemakaman
7 7. Menyelidiki Racun
8 8. Kembali Ke Mansion
9 9. Pertemuan Pertama
10 10. That Winter In Manhattan
11 11. The Sparks
12 12. Gadis Teh Botol
13 13. Motif
14 14. Penyelidikan Andrea
15 15. Di Hotel
16 16. Tuduhan Pelecehan
17 17. Korban Kedua
18 18. Penyelidikan Max di Kantor Gandawasa
19 19. Profil Sang Pembunuh
20 20. Perburuan Dimulai
21 21. Adu Pintar
22 22. Lily Membantu Penyelidikan
23 23. Bisnis Baru Sang Miliuner
24 24. Pertemuan Rahasia
25 25. Penyamaran Yang Sempurna
26 26. Menyembunyikan Jejak
27 27. Penyesalan Lily
28 28. Tangkap Aku Jika Kau Bisa
29 29. Awal Semuanya Bermula
30 30. Sang Investor
31 31. Harga Diri Yang Terluka
32 32. Kemarahan Kenneth
33 33. Menesuluri Jejak Sang Pembunuh
34 34. Jejak Yang Tertinggal
35 35. Lily Bebas Dari Segala Praduga
36 36. Hidup Kembali Normal
37 37. Kencan Makan Siang
38 38. Hasil Otopsi
39 39. Penyelidikan Lanjutan
40 40. Perbedaan Pendapat
41 41. Informasi Penting
42 42. Max Menggertak Lily
43 43. Keraguan Andrea
44 44. Kebimbangan Max
45 45. Pengungkapan
46 46. Aku Akan Melindungimu
47 47. Melacak
48 48. Pameran Lukisan
49 49. Percobaan Pembunuhan
50 50. Max Membawa Lily Tinggal di Rumahnya
51 51. Pagi Yang Panas
52 52. Titik Terang
53 53. Sebuah Teori
54 54. Kebenaran Mulai Terungkap
55 55. Kasus Kembali Dibuka
56 56. Surat Misterius
57 57. Odette dan Odilia
58 58. Informasi Berguna
59 59. Fake It Til You Make It
60 60. Penangkapan
61 61. Kehidupan Si Angsa Hitam
62 62. White Lily
63 63. Nolo Contendere
64 64. Motif Sebenarnya
65 65. Rencana Yang Sempurna
66 66. Perjamuan Presiden
67 67. Membungkam "Saksi"
68 68. Eksekusi
69 69. Sang Detektif
70 70. Peluru Hampa
71 71. Jane Doe
72 72. Bangun
73 73. Pengirim Tiket
74 74. Face to Face
75 75. Epilog
Episodes

Updated 75 Episodes

1
1. Sang Miliuner Telah Mati
2
2. Istri Sang Miliuner
3
3. Presumption of Innocence
4
4. Di Ruang Interogasi
5
5. Siapakah Gandawasa Natadharma?
6
6. Pemakaman
7
7. Menyelidiki Racun
8
8. Kembali Ke Mansion
9
9. Pertemuan Pertama
10
10. That Winter In Manhattan
11
11. The Sparks
12
12. Gadis Teh Botol
13
13. Motif
14
14. Penyelidikan Andrea
15
15. Di Hotel
16
16. Tuduhan Pelecehan
17
17. Korban Kedua
18
18. Penyelidikan Max di Kantor Gandawasa
19
19. Profil Sang Pembunuh
20
20. Perburuan Dimulai
21
21. Adu Pintar
22
22. Lily Membantu Penyelidikan
23
23. Bisnis Baru Sang Miliuner
24
24. Pertemuan Rahasia
25
25. Penyamaran Yang Sempurna
26
26. Menyembunyikan Jejak
27
27. Penyesalan Lily
28
28. Tangkap Aku Jika Kau Bisa
29
29. Awal Semuanya Bermula
30
30. Sang Investor
31
31. Harga Diri Yang Terluka
32
32. Kemarahan Kenneth
33
33. Menesuluri Jejak Sang Pembunuh
34
34. Jejak Yang Tertinggal
35
35. Lily Bebas Dari Segala Praduga
36
36. Hidup Kembali Normal
37
37. Kencan Makan Siang
38
38. Hasil Otopsi
39
39. Penyelidikan Lanjutan
40
40. Perbedaan Pendapat
41
41. Informasi Penting
42
42. Max Menggertak Lily
43
43. Keraguan Andrea
44
44. Kebimbangan Max
45
45. Pengungkapan
46
46. Aku Akan Melindungimu
47
47. Melacak
48
48. Pameran Lukisan
49
49. Percobaan Pembunuhan
50
50. Max Membawa Lily Tinggal di Rumahnya
51
51. Pagi Yang Panas
52
52. Titik Terang
53
53. Sebuah Teori
54
54. Kebenaran Mulai Terungkap
55
55. Kasus Kembali Dibuka
56
56. Surat Misterius
57
57. Odette dan Odilia
58
58. Informasi Berguna
59
59. Fake It Til You Make It
60
60. Penangkapan
61
61. Kehidupan Si Angsa Hitam
62
62. White Lily
63
63. Nolo Contendere
64
64. Motif Sebenarnya
65
65. Rencana Yang Sempurna
66
66. Perjamuan Presiden
67
67. Membungkam "Saksi"
68
68. Eksekusi
69
69. Sang Detektif
70
70. Peluru Hampa
71
71. Jane Doe
72
72. Bangun
73
73. Pengirim Tiket
74
74. Face to Face
75
75. Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!