Tiba di hotel, Brian memasukkan mobil ke ruang bawah tanah, dimana parkir terletak. Keduanya kemudian turun dan berjalan ke lobby.
Di tengah perjalanan tadi, petugas CSI sudah menelepon Brian, mengatakan bahwa dia telah tiba dan sedang menunggu di lobby.
Ketika melihat seorang wanita berambut pirang, Brian mendekat dan langsung memperkenalkan mereka.
“Halo, terima kasih sudah datang. Hunt, ini Andrea Davis, dari SFPD. Davis, Ini Melissa Hunt, dari CSI Washington. Dia yang akan membantu kita mencari jejak. Semoga masih bisa menemukan sesuatu.”
Mereka saling bersalaman.
“Senang bertemu denganmu,” keduanya bicara hampir berbarengan.
“Mari,” Brian memimpin berjalan ke meja penerima tamu, dan menunjukkan lencana kepolisian kepada staf yang bertugas.
“Kapten Brian Eldridge, MPD. Kami di sini untuk bertemu kepala koki dan kepala pelayan yang bertugas di perjamuan presiden sekitar satu bulan yang lalu.”
Staf penerima tamu itu mengangguk. “Ya, Sir. Mereka sudah menunggu. Silakan ikut saya.”
Staf itu berjalan di depan mereka, menunjukkan arah ke area belakang. Mereka tiba di ruang meeting hotel dan dipersilakan duduk, lalu staf penerima tamu itu meninggalkan mereka untuk memanggil kepala koki dan kepala pelayan.
Kepala koki dan kepala pelayan datang tidak lama kemudian. Mereka langsung saling bersalaman dan memperkenalkan diri.
Andrea langsung bertanya kepada kepala pelayan, sementara Brian dan Melissa menyimak. “Bagaimana pesta itu berlangsung, dan bagaimana pengaturan pelayan yang bertugas malam itu?”
Jack Parson, kepala pelayan langsung menjelaskan. “Perjamuan itu dihadiri sekitar seribu orang, terdiri dari delapan ratus tamu, dan sekitar dua ratus staf. Delapan ratus tamu diatur duduk di meja yang masing-masing berisi delapan orang. Jadi seluruhnya ada seratus meja.”
“Apakah para tamu langsung masuk untuk duduk di kursi yang telah diatur?” tanya Andrea.
“Sebelum presiden datang, para tamu diberi kesempatan untuk berbaur dan saling bertegur sapa. Aula tempat makan belum dibuka, mereka diberi anggur dan canape yang disajikan keliling dengan baki oleh pelayan.”
“Acara berikutnya adalah antrean untuk bertemu presiden, satu per satu. Saat mereka mendekati presiden, seorang ajudan menyerahkan kartu yang di atasnya tertera nama mereka kepada setiap tamu atau pasangan. Saat tiba di hadapan presiden, nama mereka akan diumumkan. Setelah berbicara singkat dengan presiden dan ibu negara, para tamu kemudian menuju meja makan, dimana kartu nama mereka telah ditempatkan.”
“Bagaimana dengan para pelayan di meja makan? Apakah berkeliling juga?” tanya Brian.
“Tidak. Pelayan diatur menurut tugasnya masing-masing, ada yang membawa makanan dari dapur, ada yang siaga di dekat meja yang ditetapkan menjadi tanggung jawabnya. Yang siaga di dekat meja bertugas mengisi kembali air atau menuangkan anggur yang telah habis.”
“Bagaimana makanan disajikan? Apakah langsung semuanya yang dalam daftar dikeluarkan?” Andrea beralih kepada kepala koki.
“Mam, ini adalah fine dining.” Kepala koki terdengar heran dengan pertanyaan Andrea. “Makanan disajikan satu demi satu, mulai dari urutan pertama. Sepertinya itu daftar yang panjang, tetapi ukuran makanannya sangat kecil, sehingga tidak akan terlalu membuat kenyang.”
“Anda yakin oktopus yang disajikan tidak ada terselip oktopus cincin biru yang beracun?” kali ini Melissa yang bertanya.
“Pemeriksaan dilakukan berlapis. Bukan hanya ketika datang, tetapi juga ketika dibumbui dan dimasak. Ya saya yakin.”
“Melayani seribu tamu seratus meja tentu tidak bisa hanya mengandalkan pelayan hotel. Apakah ada pelayan kontrak? Bagaimana mereka direkrut?” tanya Brian.
Kepala pelayan mengangguk. “Ya, ada beberapa pelayan kontrak. Tim kepresidenan yang merekrut, dan ketika melayani, tim keamanan memastikan mereka tidak membawa apa-apa ke dalam venue, termasuk ponsel. Mereka hanya mengenakan seragam, bahkan tanpa saku, jadi tidak bisa menyelipkan apa-apa.”
Mereka bertiga saling berpandangan. Semuanya terdengar aman. Lalu bagaimana Gandawasa bisa berakhir keracunan tetrodotoxin?
“Apakah piring dan peralatan makan yang digunakan semua dari hotel?” tanya Melissa.
Kepala koki dan kepala pelayan saling melirik. “Ya. Hotel memiliki persediaan yang cukup untuk perjamuan besar. Ini bukan pertama kali kami menyelenggarakan perjamuan untuk ribuan orang.”
“Bisakah saya periksa peralatan makannya?” tanya Melissa lagi.
“Silakan,” kepala koki menunjukkan jalan.
Sementara itu, Andrea kembali bertanya pada kepala pelayan. “Apakah Anda masih memiliki data pelayan kontrak itu? Nama-nama berikut fotonya kalau ada.”
“Ada di komputer. Mari kita ke kantor.”
Andrea dan Brian mengikutinya. Di kantor, kepala pelayan membuka sebuah dokumen di komputer, lalu membiarkan Andrea dan Brian memeriksa.
Andrea mengamati wajah-wajah itu satu demi satu. Di bawah masing-masing nama, ada uraian pengalaman kerja mereka. Selain yang sudah berpengalaman bekerja, ada juga mahasiswa perhotelan.
Total ada dua ratus orang, ada yang berkulit putih, hitam, bahkan berwajah Asia. Tidak ada yang tampak mencurigakan.
“Tolong kirimkan dokumen daftar pelayan ini ke email kami.” Ujar Brian kepada kepala pelayan, lalu menyebutkan alamat email resmi MPD.
“Anda tadi mengatakan, seragam pelayan bahkan tidak punya saku.” Kata Andrea.
“Benar, Mam.”
“Bisakah aku melihat bagaimana seragam mereka?”
“Boleh, Mam.” Kepala pelayan lalu pergi ke gudang, mengambil satu set seragam yang biasa digunakan untuk acara-acara besar.
Itu celana panjang dan jas tuxedo berwarna hitam yang pendek di depan dan panjang di belakang, seperti pinguin. Lalu kemeja putih, dilengkapi dasi kupu-kupu hitam, dan ikat pinggang berupa kemben yang dililitkan, berwarna merah.
“Meskipun tidak memiliki saku, bisa saja mereka menyelipkan sesuatu yang tipis di balik ikat pinggang kemben ini, bukan?”
Kepala pelayan terdiam. Tidak bisa membantah.
“Bisa saja, Mam.” Ia berkata pelan. “Tapi semua orang sudah di-body check oleh tim keamanan kepresidenan.”
Andrea melirik Brian, yang tampak memberi isyarat. Andrea mengerti, Brian ingin ini mereka diskusikan, tetapi tidak di depan kepala pelayan. Karena itu Andrea tidak melanjutkan bicara.
Sementara itu, Melissa telah kembali. Wajahnya tampak tidak enak dilihat.
“Ada yang kau temukan, Hunt?” Brian bertanya begitu melihatnya.
“Jumlahnya kurang. Satu piring telah dibuang, katanya karena pecah.”
Mata Andrea melebar. Bisa jadi itu adalah barang bukti!
“Bagaimana bisa pecah?” tanya Andrea, menoleh pada kepala pelayan.
“Uh… kalau tidak salah, satu pelayan kontrak tidak hati-hati dan agak terhuyung ketika membawa piring kotor, dan piring itu jatuh.”
Ketiga petugas negara itu saling berpandangan.
Mereka yakin. Pelayan kontrak itu adalah si pembunuh yang menyusup!
“Apakah kau ingat, pelayan yang mana?” tanya Brian.
“Maaf, Sir. Mereka orang-orang baru, dan pecah piring adalah hal yang biasa terjadi. Kami tidak terlalu menganggap itu masalah besar.”
Hilang sudah satu petunjuk.
Andrea benar-benar kesal!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
adi_nata
menyusupkan jenis makanan lain ke menu fine dining yang secara tampilannya saja sudah rumit adalah hal yang hampir mustahil dilakukan pelayan. kemungkinannya justru ada di bagian food product. kecuali racunnya dalam bentuk serbuk.
2024-12-29
0
adi_nata
apakah pelayan yang di dapur langsung meletakkan makanannya di meja ? atau diserahkan dulu kepada pelayan yang stand by baru diletakkan di meja ?
2024-12-29
0
Reksa Nanta
cek CCTV
2024-10-13
0