Max kembali ke gedung Silver Fox Game, Inc. setelah menghubungi tim forensik San Francisco. Meminta bantuan untuk mengambil apa-apa saja yang bisa dijadikan barang bukti, sesuai keterangan Andrew Wang tentang apa yang mungkin menjadi penyebab keracunannya. Terutama adalah beberapa jenis teh yang biasa diminum Gandawasa.
Sementara tim forensik memeriksa pantry, Max telah meminta sekretaris presiden untuk mengumpulkan staf yang sering berhubungan dengan sang miliuner. Sebab tentu saja tidak semua karyawan yang berjumlah puluhan ribu di gedung berlantai dua belas itu, pernah berinteraksi langsung dengan pemegang kekuasaan tertinggi di sana.
Hanya beberapa personel dengan jabatan tinggi yang sering bertatap muka dengan Gandawasa, termasuk di antaranya Andrew Wang sebagai wakil presiden. Kenneth Wanjiru, mantan wakil presiden yang telah dipecat enam bulan lalu. Dan dua office boy -pesuruh kantor yang biasa melayaninya menyiapkan minuman, bernama Lucas dan Henry.
Telah ada dugaan tentang siapa orang yang meracuni berikut motifnya, yaitu Kenneth Wanjiru, tetapi orangnya sudah tidak ada di sini. Karena itu, Max meminta sekretaris presiden untuk memanggil dua pesuruh kantor terlebih dahulu. Bagaimanapun, merekalah yang biasa menyeduh teh dan menyajikannya pada bos mereka.
Tanpa dinyana, ternyata salah satu dari pesuruh kantor itu tidak masuk hari ini.
“Maaf, Inspektur,” ujar sang sekretaris, Leo James. “Menurut keterangan Manajer Personalia, salah satu pesuruh kantor, Lucas, tidak masuk kerja hari ini, katanya muntah-muntah, jadi izin absen.”
Max mengerutkan kening, “Muntah-muntah?”
“Ya, Inspektur.” Pesuruh kantor yang hadir ikut memberi keterangan, “Sudah beberapa hari Lucas mengeluh pusing dan tidak sembuh meskipun telah minum aspirin.”
“Telepon dia dan minta agar pergi ke rumah sakit untuk diperiksa darahnya. Cepat!” Max memerintahkan pada sang sekretaris.
“Baiklah, baiklah.” Leo segera memijit nomor ekstensi bagian personalia untuk menyampaikan apa yang diperintahkan Max.
Sementara Max mengirim pesan kepada dr. Smith:
[Dokter, salah satu pesuruh kantor Silver Fox Game, Inc. yang biasa melayani Gandawasa, bernama Lucas, akan datang ke rumah sakit hari ini. Dia juga mengalami gejala keracunan. Mohon ambil sampel darahnya untuk diperiksa. ASAP.]
“Bagaimana dengan kamu?” tanya Max kepada Henry setelah pesan untuk dr. Smith itu terkirim. “Apakah kamu mengalami gejala yang sama?”
Pemuda itu menggeleng takut-takut. “Jika dipikirkan, Lucas mengeluh pusing-pusing setelah minum teh sisa Tuan Wang yang tidak habis.”
“Teh sisa?” Max mengerutkan kening.
“Iya, Sir. Katanya itu teh mahal, jadi sayang kalau dibuang, jadi dia meminumnya. Tapi ketika meminumnya hari itu dia tidak menunjukkan gejala apa-apa. Dia hanya mengatakan ‘tenyata begini rasanya teh seharga $300 per kilo’. Setelah itu, setiap kali teh Tuan Wang tidak habis, dia akan meminumnya.”
“Kau tidak ikut minum?” tanya Max.
Henry kembali menggeleng, “Saya hanya bisa minum air putih. Saya tidak pernah minum cairan berwarna. Apakah… apakah Lucas juga keracunan, Sir?”
“Aku sudah meminta dr. Smith untuk mengambil sampel darahnya,” ujar Max. “Syukurlah, kau memiliki kebiasaan yang sehat. Sekarang katakan, teh mana yang biasa diminum mendiang Tuan Natadharma. Tunjukkan padaku.”
Henry bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pantry, dimana tim forensik sedang meneliti apa yang ada di dapur kecil itu.
Henry membuka sebuah lemari dan menunjukkan beberapa kaleng teh.
“Yang ini. Bos besar hanya minum teh Jarum Perak. Beliau tidak pernah minum teh jenis lain. Bahkan oleh-oleh dari Tuan Wanjiru yang dibawa langsung dari Jepang, dia tidak mau minum. Padahal katanya harganya dua kali lipat lebih mahal.”
Jarum Perak adalah salah satu dari sekian banyak teh putih Cina, tetapi dianggap sebagai kelas tertinggi, karena hanya dibuat dari kuncup teh, bukan dari daun teh.
Kuncup teh adalah bagian termuda dari tanaman teh, juga disebut pucuk atau jarum. Memetiknya memakan waktu yang sangat lama. Padahal untuk satu kilo teh dibutuhkan ribuan kuncup. Itulah yang membuat harga Jarum Perak begitu mahal. Harganya mencapai lebih dari $300 per kilo.
“Yang ini teh Gyokuro, oleh-oleh dari Tuan Wanjiru, yang sama sekali tidak diminum.”
Teh Gyokuro, yang berarti ‘embun mutiara’ atau ‘embun giok’, dianggap sebagai salah satu teh hijau bermutu tinggi. Dipanen dengan menanamnya di bawah naungan tikar jerami selama empat minggu sebelum daun teh terbaik dipetik. Harganya sekitar $650 per kilo.
Kedua kaleng teh itu segera dimasukkan ke dalam plastik barang bukti oleh tim forensik, untuk dibawa ke lab dan diperiksa apakah mengandung thallium.
“Jadi yang diminum hanya teh Jarum Perak?” Max menegaskan.
Henry mengangguk, “Benar, Sir.”
“Baiklah, mari kita kembali ke ruang meeting, aku masih perlu menanyakan beberapa hal.” Max mendahului Henry dan Leo yang juga mengikutinya, kembali ke ruang meeting.
Setelah duduk di ruang meeting, Max bertanya, “Katakan padaku, bos besar kalian, seperti apa orangnya?”
Leo dan Henry saling berpandangan.
“Siapa yang harus menjawab, Sir?” Leo balik bertanya.
“Kalian berdua, silakan siapa yang mau bicara lebih dahulu.”
Setelah saling melirik, Leo memberi isyarat agar Henry menjawab lebih dulu. Henry meremas tangannya yang bertumpu di atas meja, menggeleng tanpa kentara, yang dibalas kernyitan dahi oleh Leo.
Semua gerak-gerik itu, sekecil apa pun, tidak terlepas dari pengamatan Max yang setajam mata elang. Tetapi Max menunggu dengan tenang, tidak mendesak mereka.
Akhirnya, dengan gugup Henry mengacungkan jari, “Ka… kalau begitu… saya duluan, Sir.”
Max melambaikan tangan tanda mempersilakan.
“Ehem,” Henry berdeham. “Bos besar… agak… emosional.”
‘Hah?’ Baru satu kata saja, Max sudah terperangah di dalam hati.
Emosional? Ini sama sekali jauh dengan gambaran sang miliuner yang selama ini tercetak di benaknya. Tetapi Max tidak menyela, hanya mengangkat alis.
“Eh… maksud saya… kadang-kadang. Tidak selalu. Beliau baik, tapi kalau sedang marah… eh… marah besar… bisa meledak, dan… dan… kata-katanya bisa… membuat sakit hati.” Henry terbata-bata, takut salah bicara.
“Kau pernah dimarahi sampai sakit hati?” Max bertanya.
Henry melambaikan kedua tangannya, “Tidak, Sir. Bukan saya. Saya hanya pernah mendengar. Kebetulan waktu itu saya sedang menyuguhkan minum, dan… dan bos besar… memaki-maki… eh seseorang…”
“Seseorang itu… Tuan Wanjiru?” Max menduga.
“Um… ya. Bahkan di depan saya, bos besar tidak berhenti melontarkan kata-kata yang… bagaimana ya… nyelekit.”
“Hanya satu kali itu saja?”
“Kalau saya, hanya satu kali. Tapi kalau Lucas, katanya pernah beberapa kali.”
“Lucas mendengar Tuan Natadharma memaki-maki siapa?” tanya Max lagi.
“Tuan Wanjiru juga. Bahkan Lucas melihat Tuan Wanjiru tidak hanya dimarahi, tetapi juga ditendang dan dilempar vas. Eh… katanya… Tuan James juga ada di sana waktu itu.” Henry menoleh pada Leo.
Max ikut menoleh, dan Leo mengangguk.
“Benar, Sir. Situasi waktu itu sangat panas. Bahkan bos besar langsung memecat Tuan Wanjiru, padahal setelah diturunkan jabatannya enam bulan sebelumnya, Tuan Wanjiru masih bertahan, meskipun dengan menanggung malu. Tetapi ketika melempar vas itu, bos besar juga memecat mantan wakil presidennya dengan tidak hormat."
Leo menambahkan, "Saya rasa… jika saya adalah Tuan Wanjiru, saya juga akan merasa sangat terhina.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
adi_nata
telah ada dugaan Wanjiru yang meracuni Gandawasa dengan thallium. lalu apakah Wanjiru juga yang meracuni Ganda dengan tetradotoxin ?
2024-12-29
0
adi_nata
dan setau aku, dipetik sesaat sebelum matahari terbit.
2024-12-29
0
Reni
mengerucut ke wanjiru , tapi benarkah dia orangnya karna merasa direndahkan , terhina dan sakit hati
2024-10-11
0