9. Pertemuan Pertama

Sepeninggal Max dan Andrea, Lily mendesah. Dadanya terasa sesak. Siapa yang sangat berniat membunuh suaminya? Sampai detik ini, sepertinya belum ada titik terang.

Ia berjalan ke ruang tamu, menatap lama foto pernikahan mereka. Tiba-tiba ia merasa sangat merindukan Gandawasa.

“Siapa yang tega menghilangkan nyawamu Mas?” Ia berbisik lirih.

Lalu, tubuhnya merendah, duduk dengan lunglai di sofa.

Pikirannya melayang pada pertemuan pertama mereka.

Itu adalah sebuah hari bersalju di bulan Januari, hampir tujuh tahun yang lalu di New York City. Natal dan Tahun Baru telah lewat, musim dingin membuat orang-orang sebisa mungkin tidak ke luar rumah.

Namun, masih ada orang yang mencari hiburan, terutama di akhir pekan. Dengan hawa dingin menusuk yang bahkan menembus ketebalan mantel, tentu saja mereka mencari hiburan di dalam gedung. Termasuk Lily.

Salah satu tempat hiburan yang dipadati orang adalah Teater Broadway, dengan pertunjukan-pertunjukan berbeda yang dapat dipilih di empat puluh satu teaternya.

Saat itu, Lily baru selesai melakukan kunjungan ke MIT (Massachusetts Institute of Technology), salah satu universitas paling bergengsi di Amerika Serikat, yang memfokuskan pendidikan di bidang sains, matematika dan teknologi.

Lily telah mendapat dua penawaran beasiswa, satu adalah dari MIT di kota Boston, wilayah pesisir timur. Satu yang lainnya adalah dari Universitas Stanford di kota San Francisco, wilayah pesisir barat. Dua-duanya dalam ilmu sains komputer. Ia belum memutuskan akan menerima yang mana.

Karena telah terbang jauh-jauh dari pesisir barat ke pesisir timur, ditambah ini baru pertama kalinya ia berkunjung ke pesisir timur, Lily memutuskan untuk tinggal beberapa hari dan berkunjung ke beberapa kota di sekitarnya.

Tentu saja New York City tidak bisa dilewatkan. Dari Boston, NYC hanya sekitar tiga jam perjalanan dengan kereta, dan konon musim terindah di sana adalah musim gugur dan musim dingin. Autumn in New York membawa suasana romantis, sementara Winter in Manhattan memberi suasana magis.

Di pesisir barat tidak ada salju, sehingga Lily sangat menikmati jalanan Manhattan yang diselimuti hamparan putih dan kepingan-kepingan serupa kapas yang sesekali melayang ringan menerpa pipinya.

Meskipun harus mengenakan mantel berlapis-lapis, meliliti lehernya dengan syal maha tebal, menurunkan topi wol dalam-dalam, menutupi telinganya dengan earmuffs, dan menjejalkan kakinya ke dalam sepatu bot setinggi lutut.

Lily sudah melihat beberapa judul pertunjukkan yang sedang berlangsung di Broadway. Dan kebetulan, salah satu cerita yang sangat ingin ia tonton, Phantom of The Opera, sedang tayang di Teater Majestic. Jadilah ia membeli tiket secara daring, dan ke sanalah ia menuju.

Teater berkapasitas sekitar seribu enam ratus tempat duduk itu tidak terlalu penuh. Entah para penonton belum seluruhnya tiba, atau Phantom of The Opera telah kehilangan daya tarik karena telah dipertunjukkan lebih dari tiga belas ribu kali selama sejarah Broadway.

Lily memegang tiket di tangannya, mengedarkan pandang, mencari-cari baris dan nomor tempat duduknya. Ah itu dia, ia menemukannya, dan bergerak menuju ke sana.

Di sebelah kursinya, telah duduk seorang pria yang tampak berusia empat puluhan. Ketika Lily menempati kursinya, mereka saling menganggukkan kepala dan tersenyum.

Sementara pertunjukkan belum dimulai dan lampu belum dimatikan, mungkin untuk mengusir rasa canggung, atau mungkin hanya karena mencoba beramah tamah, pria di sebelahnya menyapa. “Kamu terlihat seperti orang Asia. Dari negara mana?”

Lily menoleh padanya, “Oh? Ya. Saya dari… Indonesia. Bali.” Setelah ragu sejenak, Lily menambahkan kata Bali, sebab banyak orang luar negeri yang tidak tahu Indonesia, dan lebih mengenal Bali.

“Ah… benarkah?” Pria itu terkejut sekaligus senang, langsung berubah menjadi berbicara Bahasa Indonesia. “Sama dong, saya Ganda. Gandawasa Natadharma.”

Ia langsung mengulurkan tangan sambil tersenyum. “Seneng banget bisa ketemu orang dari tanah air.”

“Waduh, dunia betul-betul kecil.” Lily tertawa kecil. “Teman setanah air bisa ketemu di NYC, duduk sebelahan di pertunjukkan Phantom of The Opera, sungguh ajaib.”

“Saya Lily. Lily Kanissa.” Lily menyambut uluran tangan Gandawasa.

“Sedang liburan?” tanya Gandawasa lagi.

“Eh… ya dan bukan. Bagaimana ya… saya baru selesai kunjungan ke MIT, tapi sekarang memang sedang liburan.”

Mendengar jawabannya, Gandawasa tertawa. “Masih kuliah?”

“Ehm… dapat beasiswa S2. Tapi saya belum memutuskan akan menerima atau tidak.”

Entah mengapa Lily langsung bercerita pada orang yang baru saja ia kenal. Mungkin penampilan Gandawasa yang ‘kebapakan’ membuatnya merasa lelaki itu tidak berbahaya. Atau karena lelaki itu sama-sama berasal dari Indonesia, sehingga ia merasa nyaman.

“Dapat beasiswa dari MIT dan belum memutuskan? Kenapa, bukankah itu universitas bergengsi? Tidak banyak yang akan melepaskan kesempatan emas seperti ini.” Ujar Gandawasa.

“Ya… karena saya… mendapat beasiswa dari tempat lain juga.”

“Dari mana, kalau saya boleh tahu? Sebagai orang tua, mungkin saya bisa sumbang saran.” Gandawasa berkata dengan serius.

“Orang tua?” Lily tertawa, “Kamu belum bapak-bapak.”

“Ya… kalau melihat penampilan, sepertinya kamu separuh umurku.” Gandawasa menggaruk dagunya yang tiba -tiba terasa gatal.

“Apakah ini cara licik kamu menanyakan usia seorang wanita?” Lily menatapnya tajam.

“Ah, tidak perlu dijawab kalau keberatan.” Gandawasa salah tingkah.

“Tidak keberatan. Bukan hal memalukan untuk diketahui usianya. Aku dua puluh tiga, memangnya kamu empat puluh enam?”

“Hampir,” Gandawasa terkekeh. “Aku tiga puluh delapan.”

“Beda lima belas tahun… yah satu setengah kali lipat. Jadi aku harus panggil bapak?”

“Panggil nama saja, ala bule. Jangan membuat aku merasa jadi kakek-kakek.”

Tawa mereka berderai.

“Jadi… satu lagi beasiswa dari universitas mana?” Tanya Gandawasa setelah tawa mereka berhenti.

“Stanford.”

Mata Gandawasa membelalak. “Luar biasa. Sepertinya otak kamu encer banget ya? Dapat penawaran beasiswa dari universitas-universitas paling bergengsi. Bidang apa?”

“Sains komputer.”

Gandawasa mengacungkan dua jempol. “Bidang yang menjanjikan.”

“Mungkin… sepertinya aku akan menerima yang Stanford saja.” Ujar Lily, setengah berpikir. “Bukan karena apa-apa, hanya karena tempat tinggalku di pesisir barat, jadi gak perlu repot pindah.”

“Tempat tinggal kamu di pesisir barat? Negara bagian mana?” Tanya Gandawasa lagi.

“California. San Francisco.”

Kini, mata Gandawasa membulat sempurna, bahkan mulutnya agak setengah membuka. Sejenak kemudian, ia geleng-geleng kepala. “Luar biasa. Beginilah kalau semesta sudah bekerja.”

“Memangnya kenapa?” Lily mengernyit heran.

“Kita sama-sama dari Indonesia, bertemu di Amerika, New York City, di hari ini, jam ini, pertunjukkan ini. Duduk bersebelahan. Dan ternyata, kita sama-sama dari pesisir barat, kota yang sama pula, San Francisco." Gandawasa berkata sambil menghitung dengan jarinya.

"Terlalu banyak kebetulan. Coba, sebagai orang eksakta, hitung secara matematika, berapa angka probabilitasnya? Menurut kamu, apakah ini bukan karena semesta bekerja untuk mempertemukan kita?”

Terpopuler

Comments

adi_nata

adi_nata

wah kok tuduhannya begini amat ya 😅

2024-12-28

0

Reksa Nanta

Reksa Nanta

mereka duduk di kelas yang sama ?

2024-10-12

0

Reni

Reni

aaaaa pertemuan yg manis 🤩🤩🤩

2024-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 1. Sang Miliuner Telah Mati
2 2. Istri Sang Miliuner
3 3. Presumption of Innocence
4 4. Di Ruang Interogasi
5 5. Siapakah Gandawasa Natadharma?
6 6. Pemakaman
7 7. Menyelidiki Racun
8 8. Kembali Ke Mansion
9 9. Pertemuan Pertama
10 10. That Winter In Manhattan
11 11. The Sparks
12 12. Gadis Teh Botol
13 13. Motif
14 14. Penyelidikan Andrea
15 15. Di Hotel
16 16. Tuduhan Pelecehan
17 17. Korban Kedua
18 18. Penyelidikan Max di Kantor Gandawasa
19 19. Profil Sang Pembunuh
20 20. Perburuan Dimulai
21 21. Adu Pintar
22 22. Lily Membantu Penyelidikan
23 23. Bisnis Baru Sang Miliuner
24 24. Pertemuan Rahasia
25 25. Penyamaran Yang Sempurna
26 26. Menyembunyikan Jejak
27 27. Penyesalan Lily
28 28. Tangkap Aku Jika Kau Bisa
29 29. Awal Semuanya Bermula
30 30. Sang Investor
31 31. Harga Diri Yang Terluka
32 32. Kemarahan Kenneth
33 33. Menesuluri Jejak Sang Pembunuh
34 34. Jejak Yang Tertinggal
35 35. Lily Bebas Dari Segala Praduga
36 36. Hidup Kembali Normal
37 37. Kencan Makan Siang
38 38. Hasil Otopsi
39 39. Penyelidikan Lanjutan
40 40. Perbedaan Pendapat
41 41. Informasi Penting
42 42. Max Menggertak Lily
43 43. Keraguan Andrea
44 44. Kebimbangan Max
45 45. Pengungkapan
46 46. Aku Akan Melindungimu
47 47. Melacak
48 48. Pameran Lukisan
49 49. Percobaan Pembunuhan
50 50. Max Membawa Lily Tinggal di Rumahnya
51 51. Pagi Yang Panas
52 52. Titik Terang
53 53. Sebuah Teori
54 54. Kebenaran Mulai Terungkap
55 55. Kasus Kembali Dibuka
56 56. Surat Misterius
57 57. Odette dan Odilia
58 58. Informasi Berguna
59 59. Fake It Til You Make It
60 60. Penangkapan
61 61. Kehidupan Si Angsa Hitam
62 62. White Lily
63 63. Nolo Contendere
64 64. Motif Sebenarnya
65 65. Rencana Yang Sempurna
66 66. Perjamuan Presiden
67 67. Membungkam "Saksi"
68 68. Eksekusi
69 69. Sang Detektif
70 70. Peluru Hampa
71 71. Jane Doe
72 72. Bangun
73 73. Pengirim Tiket
74 74. Face to Face
75 75. Epilog
Episodes

Updated 75 Episodes

1
1. Sang Miliuner Telah Mati
2
2. Istri Sang Miliuner
3
3. Presumption of Innocence
4
4. Di Ruang Interogasi
5
5. Siapakah Gandawasa Natadharma?
6
6. Pemakaman
7
7. Menyelidiki Racun
8
8. Kembali Ke Mansion
9
9. Pertemuan Pertama
10
10. That Winter In Manhattan
11
11. The Sparks
12
12. Gadis Teh Botol
13
13. Motif
14
14. Penyelidikan Andrea
15
15. Di Hotel
16
16. Tuduhan Pelecehan
17
17. Korban Kedua
18
18. Penyelidikan Max di Kantor Gandawasa
19
19. Profil Sang Pembunuh
20
20. Perburuan Dimulai
21
21. Adu Pintar
22
22. Lily Membantu Penyelidikan
23
23. Bisnis Baru Sang Miliuner
24
24. Pertemuan Rahasia
25
25. Penyamaran Yang Sempurna
26
26. Menyembunyikan Jejak
27
27. Penyesalan Lily
28
28. Tangkap Aku Jika Kau Bisa
29
29. Awal Semuanya Bermula
30
30. Sang Investor
31
31. Harga Diri Yang Terluka
32
32. Kemarahan Kenneth
33
33. Menesuluri Jejak Sang Pembunuh
34
34. Jejak Yang Tertinggal
35
35. Lily Bebas Dari Segala Praduga
36
36. Hidup Kembali Normal
37
37. Kencan Makan Siang
38
38. Hasil Otopsi
39
39. Penyelidikan Lanjutan
40
40. Perbedaan Pendapat
41
41. Informasi Penting
42
42. Max Menggertak Lily
43
43. Keraguan Andrea
44
44. Kebimbangan Max
45
45. Pengungkapan
46
46. Aku Akan Melindungimu
47
47. Melacak
48
48. Pameran Lukisan
49
49. Percobaan Pembunuhan
50
50. Max Membawa Lily Tinggal di Rumahnya
51
51. Pagi Yang Panas
52
52. Titik Terang
53
53. Sebuah Teori
54
54. Kebenaran Mulai Terungkap
55
55. Kasus Kembali Dibuka
56
56. Surat Misterius
57
57. Odette dan Odilia
58
58. Informasi Berguna
59
59. Fake It Til You Make It
60
60. Penangkapan
61
61. Kehidupan Si Angsa Hitam
62
62. White Lily
63
63. Nolo Contendere
64
64. Motif Sebenarnya
65
65. Rencana Yang Sempurna
66
66. Perjamuan Presiden
67
67. Membungkam "Saksi"
68
68. Eksekusi
69
69. Sang Detektif
70
70. Peluru Hampa
71
71. Jane Doe
72
72. Bangun
73
73. Pengirim Tiket
74
74. Face to Face
75
75. Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!