"Saya ingin tahu lebih banyak tentang keseharian almarhum suami Anda, terutama beberapa bulan terakhir sebelum kematiannya. Apakah ada sesuatu yang berbeda atau mencurigakan?"
Setiap kali Lily menjawab, Max mengamati wajahnya, untuk menangkap perubahan sekecil apa pun.
Lily terdiam sejenak, lalu mulai berkata, "Ganda selalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia sering kali pulang larut malam atau bahkan tidak pulang sama sekali karena urusan bisnis.”
“Beberapa bulan terakhir, dia memang tampak lebih gelisah dari biasanya,” Lily melanjutkan setelah agak menjeda, seolah mengumpulkan memorinya. “Dia tidak biasa membicarakan tentang pekerjaannya di rumah, apalagi menceritakan masalah-masalah di perusahaan. Tapi saya bisa merasakan ada sesuatu yang mengganggunya."
Max bertanya lagi, “Berarti Anda sama sekali tidak terlibat di perusahaannya?”
Lily menggeleng, “Tidak, Inspektur. Saya mengelola perusahaan saya sendiri yang manajemennya terpisah dari perusahaan Ganda, karena bidang kami berbeda.”
“Jadi, kalian tidak saling berdiskusi tentang bisnis masing-masing?” Kali ini Andrea yang bertanya.
“Benar, perusahaan saya bergerak di bidang fesyen yang penjualannya secara daring tetapi eksklusif. Yang bisa membeli hanya yang menjadi anggota. Dan untuk menjadi anggota perlu mendaftar biaya langganan tahunan.” Lily menjelaskan.
“Anda adalah wajah atau ikon di perusahaan Anda sendiri, bukan?” tanya Andrea lagi.
Lily kembali mengangguk.
“Manajemen terpisah, berarti secara keuangan juga tidak digabung?” tanya Max. “Dalam artian, jika satu pihak bermasalah, pihak lain tidak dapat diutak-atik kecuali bersedia membantu secara pribadi, di luar perusahaan?”
“Tepat seperti itu, itu telah tertuang dalam perjanjian pranikah kami. Apakah kematian suami saya ada hubungannya dengan bisnis?” Lily mengerutkan kening.
“Kami belum tahu. Dugaan sementara, ini adalah karena persaingan bisnis. Tapi kami belum bisa memastikan.” Ujar Max. “Apakah suami Anda mengalami kerontokan rambut?”
Lily tampak agak terperangah mendengar pertanyaan yang tampak tidak ada hubungannya itu. “Bagaimana Anda bisa tahu?”
“Karena racun yang digunakan pada suami Anda, salah satu efeknya adalah kerontokan rambut.”
“Begitu rupanya. Ya, rambut Ganda rontok parah dalam beberapa bulan terakhir. Kami hanya berpikir mungkin itu akibat dari stres dan tekanan pekerjaan. Ternyata…” Suara Lily melemah.
Max dan Andrea saling berpandangan. Itu telah menegaskan bahwa thallium telah memasuki tubuh Gandawasa dalam dosis rendah, selama beberapa bulan.
“Apakah suami Anda memiliki kebiasaan makan atau minum yang ekstrem?” tanya Andrea.
“Bagaimana yang dimaksud ekstrem? Jika maksud Anda adalah minum sampai mabuk…”
“Bukan, maksudnya makan atau minum yang tidak boleh tidak harus ada dalam setiap menunya. Hanya dia yang memakan atau meminumnya, tapi Anda tidak.” Andrea menjelaskan.
“Kalau begitu… tidak ada. Di rumah, menu kami selalu sama, baik sarapan maupun makan malam. Jika ada yang berbeda, mungkin… ketika makan siang. Atau ketika seharian di kantor?” Lily tampak berpikir, tangannya yang sejak tadi bertumpu di lututnya dengan anggun, kini bersedekap, dan satu tangan diangkat ke dagunya.
“Anda tidak mengerti kebiasaan suami Anda sendiri?” Andrea tampak heran.
Bagaimana seorang istri tidak tahu kebiasaan suaminya? Apakah dia berbohong, supaya tidak dicurigai telah menaburkan racun ke dalam makanan atau minuman suaminya? Andrea masih yakin jika janda miliuner itu bersalah, dan ucapan Lily ini semakin menguatkan kecurigaannya.
“Yang di rumah, saya bisa melihat. Tapi seperti yang telah saya katakan, menu kami serupa, dan tidak ada yang tidak boleh absen setiap kali kami makan. Kami bersantap dengan normal, Letnan.” Suara Lily tetap halus, tetapi kini terasa tegas. Jelas sekali dia bisa merasakan kecurigaan Andrea.
“Jika racun yang menewaskan suami saya adalah makanan di rumah, bukankah seharusnya saya juga teracuni? Jika Anda mencurigai saya meracuni suami saya dari makanan atau minuman, itu tidak mungkin. Yang memasak adalah koki kami, saya tidak pernah ke dapur, tidak pernah berbelanja kebutuhan dapur. Anda dipersilakan untuk memeriksa semua bumbu dan bahan memasak, juga untuk menanyai semua staf dapur.”
“Baiklah, kami akan lakukan itu nanti. Kami juga akan menanyai semua orang di kantor suami Anda.” Max menengahi, “Sekarang, bisa ceritakan menu yang disajikan di perjamuan Presiden John Baker malam itu?”
“Itu hidangan fine dining yang disajikan satu demi satu. Karena yang hadir adalah kalangan atas, tokoh-tokoh bisnis dan politik, tentu saja yang disediakan adalah masakan yang mewah. Banyak hidangan laut, juga kaviar. Sampanye dan anggur mahal.” Jawab Lily.
“Hidangan laut?” Max mengernyitkan kening, “Apa saja?”
“Lobster, oktopus, abalon. Semua orang memakan menu yang sama, mengapa hanya suami saya yang keracunan?” Lily tampak bingung.
‘Karena suamimu telah terpapar racun thallium sehingga tetrodotoxin mempercepat kematiannya.’ Max berkata dalam hati, tidak berniat menjelaskan pada Lily. Bagaimana pun, janda itu belum sepenuhnya terbebas dari kemungkinan menjadi tersangka.
Andrea menuliskan lobster, oktopus, abalon dalam buku catatannya. Ia akan memeriksa apakah ketiga hewan laut itu ada yang memiliki racun tetrodotoxin.
“Baiklah, Lily. Sekarang, bolehkah kami memeriksa dapur?” tanya Max, meskipun sebenarnya ia skeptis akan menemukan sesuatu. Ia beranjak berdiri dari sofa, diikuti Andrea dan Lily.
Lily memimpin mereka berjalan ke dapur, dan setelah tiba di sana memerintahkan para pelayannya untuk berkumpul.
Max menanyai para staf satu demi satu, termasuk koki. Semua menjawab bahwa menu suami istri itu selalu serupa. Tidak ada makanan yang khusus diperuntukkan bagi Gandawasa.
Sementara Andrea memeriksa bumbu-bumbu dan bahan dapur, serta mengamati sekitar dapur yang luasnya sama dengan apartemen tempat tinggalnya, dengan hati miris.
Sebenarnya ia tidak tahu apa yang harus dicari. Karena telah berlalu lama, jika racun itu memang berasal dari dapur di rumah ini, pasti itu telah dibuang dan dibersihkan.
Setelah beberapa waktu meneliti dan mencari, hasilnya nihil. Tidak ada yang tampak mencurigakan.
“Untuk sementara, cukup sampai di sini. Kami akan melanjutkan di kantor almarhum. Siapa yang harus kami hubungi di sana?” Max mengalihkan pandang pada Lily, yang berdiri diam menunggu mereka di ambang pintu.
“Inspektur bisa mencari Andrew Wang. Dia adalah Wakil Presiden yang bertanggung jawab di sana. Orang kedua di perusahaan setelah Ganda.”
“Andrew Wang. Baiklah. Terima kasih. Jika Anda mengingat sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungi kami.” Max mengulurkan kartu nama yang diterima Lily. “Ponselku hidup 24 jam. Tidak perlu sungkan tentang waktu.”
Lily mengangguk, “Terima kasih, Inspektur.”
"Oh... satu lagi," Andrea mengangkat jari telunjuknya, tiba-tiba teringat sesuatu. "Malam itu ketika Anda ditangkap, Anda mengumpat kata 'bodoh'. Kepada siapa Anda tujukan umpatan itu? Siapa yang bodoh?"
'Bisa saja kau memaki dirimu sendiri karena tertangkap, padahal telah mengira aman,' Lanjut Andrea di dalam hati.
"Itu..." Sedetik Lily tampak gugup, hanya sedetik, setelah itu wajahnya kembali datar. "Hanya ungkapan kekesalan, Letnan. Yang menangkap saya itulah yang bodoh, karena siapa pun menilai saya sangat mencintai suami saya. Maaf kalau telah menyinggung."
Lily tersenyum tulus.
Ia mengantarkan Max dan Andrea ke pintu, menyaksikan mereka naik ke mobil, dan menghela napas sebelum menutup pintu.
Begitu masuk mobil, Andrea dengan cepat mencari informasi di ponsel tentang lobster, oktopus dan abalon. Ia langsung menemukannya, dan menunjukkan pada Max. Lalu melingkari kata ‘oktopus’ di dalam buku catatannya, yang telah ditambahkan kata ‘cincin biru’, mengindikasikan bahwa jenis itulah yang memiliki racun tetrodotoxin.
Max mengangguk-angguk. Setengah merenung setengah gelisah.
Bagaimana oktopus cincin biru bisa ada di perjamuan yang diadakan presiden Amerika Serikat? Tim dapur kepresidenan tentu sudah tahu kalau hewan itu beracun, mengapa masih dihidangkan?
Menurut keterangan Lily. Itu perjamuan fine dining yang setiap piring disajikan satu per satu, menu demi menu, langsung ke hadapan para undangan.
Sekarang pertanyaannya, apakah tim dapur kepresidenan begitu ceroboh sampai tidak menyadari ada oktopus beracun yang terselip? Atau itu sengaja diselipkan?
Itu bukan hanya sekadar perjamuan. Itu memang diberi judul "Malam Penghargaan Lima Puluh Pengusaha Muda Paling Berpengaruh Tahun Ini", tetapi sebenarnya itu penggalangan dana untuk kampanye presiden yang mencalonkan diri untuk periode kedua.
Yang hadir bukan hanya pengusaha, tetapi juga banyak tokoh politik. Bukan tidak mungkin itu disusupi musuh.
Apakah oktopus itu sengaja disajikan kepada Gandawasa, yang berarti memang mengincar nyawa miliuner itu?
Atau… itu hanya kecelakaan karena kelalaian, salah sasaran.
Karena…
Target sebenarnya, adalah Presiden Amerika Serikat, John Baker?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
adi_nata
atau bisa lebih tepat disebut set menu fine dining.
2024-12-28
0
Reksa Nanta
kalau targetnya adalah presiden, lalu bagaimana dengan racun yang beberapa bulan terakhir diduga sudah diberikan kepada Gadawasa ?
2024-10-12
0
Reni
kalo target salah sasaran kenapa ada racun lain yg udah masuk , racun pada oktopus hanya ketidak sengajaan yg berakibat fatal memicu racun pertama beraksi lebih hebat
2024-10-11
1