Naura di suruh kembali ke kelasnya untuk melanjutkan pelajaran, sedangkan di ruang kepala sekolah kini hanya tersisa kepala sekolah, Arga dan juga Maira.
"Makasih yah kau mau berkenan hadir di sekolah ini, sudah lama setelah sekolah ini didirikan kau baru mau ke sini, " ucap kepala sekolah itu.
"Sama-sama, ya sudah kalau begitu kita pergi dulu, " pamit Arga.
"Kita? " tanya Maira sambil menatap Arga.
"Iyah kita, " balas Arga sambil menarik Maira untuk pergi dari sana juga.
Kepala sekolah itu merasa sepertinya mereka sudah sangat akrab. Dari tatapan keduanya sudah membuktikan kalau mereka saling akrab.
"Hey lepaskan, malu tau kalau ada yang liat, " ucap Maira.
"Ikut denganku ke kantor, " balas Arga.
"Hey yang benar saja, aku tidak akan ikut. Cepat lepaskan aku! " titah Maira yang masih di seret oleh Arga.
"Tidak akan ku lepaskan, " balas Arga.
Sampailah mereka di parkiran, Arga terus meminta Maira untuk masuk ke mobil dan ikut bersamanya ke kantor, tapi Maira masih dengan tegas menolaknya.
"Kau tidak usah memaksaku, " ucap Maira yang masih terdiam di depan pintu masuk mobil.
"Tapi aku akan tetap memaksamu untuk ikut dengan ku apapun caranya, " balas Arga sambil mendekat ke arah Maira.
Gadis itu memundurkan langkahnya sampai punggungnya membentur mobil, jadi saat ini ia tak dapat mundur lagi. Arga menyilang kan tangannya agar Maira tak bisa kabur dari hadapannya saat ini.
"Kau mau apa? " tanya Maira sambil celingukan ia takut ada orang yang melihatnya.
"Mau memaksamu, " balas Arga sambil tersenyum tipis.
"Aku tetap tak mau ikut dengan mu, " ucap Maira yang kekeh tak mau ikut.
"Baiklah kalau kau tak mau ikut dengan mu, aku akan mencium bibir mu di sini, " ancam Arga.
"Yang benar saja, cepat pergi dari hadapanku," Maira mendorong tubuh Arga, namun Arga tak sama sekali bergeming dari tempatnya.
"Aku tidak bercanda, " balas Arga sambil mendekatkan wajahnya.
"Argaaaaa baiklah aku akan ikut dengan mu, " pasrah Maira.
Arga pun tersenyum lalu menjauhkan badannya dari hadapan Maira, lalu membukakan pintu untuk gadisnya itu masuk ke dalam mobil.
"Silahkan masuk tuan putri, " Arga langsung mempersilahkan Maira masuk.
Dengan senyuman kecut Maira pun masuk ke mobil itu, setelah Maira masuk Arga pun ikut masuk. Mereka langsung pergi ke kantor, sebenarnya Maira sedikit takut di pecat oleh Santi, tapi harusnya ia sadar kalau bos yang sebenarnya itu adalah Arga.
Tanpa mereka sadari sebenarnya tadi ada orang yang mengetahui apa yang Maira dan Arga lakukan, bahwa orang itu sempat memotret Maira dan Arga. Yah walaupun orang itu tak tau pasti siapa orang yang bersama Arga, karena wajahnya tertutup oleh Arga.
Orang itu langsung memberikan foto yang ia dapatkan pada Santi. Sementara itu di mobil Maira dan Arga masih saling terdiam, mereka tak mau bicara apapun, terlebih lagi Maira sedang kesal pada Arga.
"Mau sampai kapan kau diam terus? " tanya Arga.
Maira masih tak mau membuka mulutnya.
"Oh jadi kamu mau terus diam yah?Baiklah berarti aku akan mencium mu, " sambung Arga.
"Kenapa kau selalu mengancam ku dengan ciuman? " tanya Maira sambil menatap Arga.
"Karena aku tau kalau kau risih dengan hal itu," balas Arga sambil membalas tatapan Maira.
Maira memang beda dari yang lain, ia akan sangat risih bila di cium di bibir. Terlebih lagi kalau dia sedang marah, kalau sedang tidak marah justru itu akan membuatnya bahagia.
Mereka berdua pun sampai di parkiran kantor, saat Arga akan turun Maira memegang tangan Arga, "Aku tunggu di mobil yah, " ucap Maira yang tak mau turun.
"Ya sudah kau tunggu di sini saja, lagi pula aku hanya pergi sebentar saja kok, " balas Arga.
"Iyah, " ucap Maira.
Arga pun mencium kening Maira sebelum akhirnya ia pergi ke kantor untuk menemui ayahnya, sementara itu Maira saat ini mengambil ponselnya untuk menemani kesendiriannya yang sangat membosankan ini.
Di tempat lain Santi sedang bersantai di pinggir kolam renang dengan di temani sebuah gelas minuman di sampingnya.
"Oh nyamannya, " gumam Santi sambil menatap langit sambil menggunakan kaca mata hitam.
Namun tiba-tiba ponselnya berbunyi membuat ketenangan wanita itu terganggu.
"Apaan sih? ganggu banget, " ucap Santi sambil bangun dan mengambil ponselnya.
Wanita itu membuka sebuah pesan yang masuk ke ponselnya, saat ini Santi sangat terkejut dengan apa yang ia lihat sampai-sampai ia membuka kaca matanya untuk memastikan apa yang ia lihat itu memang benar.
Di lihat dari mobilnya itu memang mobil Arga, terlebih lagi pria itu pun masuk ke mobil itu.
"Siapa wanita itu? Apakah dia adalah orang itu? Benarkah mereka masih berhubungan? " Santi langsung berlari ke rumahnya lalu pergi ke kamar.
Sampailah Santi di kamar, ia langsung menidurkan tubuhnya di kasur, "Aku harus bicara pada ibunya Arga, " Santi langsung menghubungi ibunya Arga.
Tapi sayang ibunya Arga tak mengangkat telpon darinya dan itu berhasil membuatnya kesal, "Ah kenapa di saat seperti ini dia tak mau mengangkat telpon dariku? " ucap Santi kesal sambil membanting ponselnya ke sembarang arah.
"Ah aku harus menyusulnya ke sekolah, sepertinya itu di parkiran sekolah milik ayahnya Arga, " Santi berniat melihat ke tempat itu.
Sedangkan di sekolah Naura sedang belajar, "Naura lu gak di apa-apain kan? " tanya Nilam Khawatir.
"Tidak, " balas Naura pelan.
Karena di depan masih ada guru yang mengajar.
"Untung aja yah kamu gak di keluarin, " Senang Balqis sambil tersenyum bahagia.
"Iyah semalem pas kita tau kamu lakuin itu aku gak bisa tidur tau, aku kepikiran kamu terus, " ujar Nilam dramatis.
"Ah bukannya gue telpon kemarin lu bilangnya ngantuk mau tidur, " timpa Balqis sambil menatap Nilam.
"Ih cuman alasan doang kali, " balas Nilam sambil memukul Balqis.
"Kalian semua bisa diam gak? aku gak konsen nih kalau kalian masih ribut terus, " ucap Ken.
"Ih emang susah yah bicara baik-baik kalau dah galak dari orok, " balas Nilam.
"Kalian berempat sedang apa? " tanya guru yang hari ini sedang mengajar.
"Tidak ada bu, " balas Balqis sambil menyilang kan tangannya dan tersenyum manis.
"Ya sudah jangan pada ribut, " ucap guru itu sambil melanjutkan materinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments