Naura sudah berada di kelas dan kembali duduk di hadapan teman-temannya, sambil bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi apapun tadi saat di kamar mandi.
"Lama banget sih, ngapain aja lu di kamar mandi? " tanya Nilam sambil menatap selidik ke arah Naura.
"Apaan sih? Masa aku ke kamar mandi aja kalian mau tau sih, " balas Naura yang tak mau bicara tentang apa yang baru saja terjadi padanya.
"Iyah, lagian lu aneh. Orang ke kamar mandi udah jelas-jelas untuk itu, masih aja di tanyain ngapain, " timpa Balqis.
"Ya maaf, " balas Nilam.
Sedangkan di tempat lain Maira sedang melepaskan genggaman tangan Arga yang sedari tadi tak mau pria itu lepaskan.
"Lepasin Arga, kalau nanti ada yang liat gimana ih. Jangan bercanda deh, " Maira langsung melepaskan tangannya dengan kasar.
"Ya udah deh aku lepasin, " balas Arga yang langsung melepaskan tangan Maira.
Setelah Arga melepaskan tangan Maira dengan cepat Maira langsung berjalan turun dari sana, ia takut kalau tidak cepat-cepat turun maka dirinya akan di tahan kembali oleh Arga.
Sedangkan Arga yang melihat Maira turun ke lantai bawah dengan terburu-buru langsung tersenyum, menurutnya apa yang di lakukan Maira itu sangat lucu. Setelah itu Arga langsung makan-makanan yang tadi Maira berikan padanya sambil tersenyum.
Maira sudah sampai di meja makan dengan nafas yang tidak beraturan, ia berdiri di hadapan meja makan sambil menyimpan tangganya di pinggiran meja itu.
"Kenapa? " tanya seorang pelajar yang melihat kelakuan aneh Maira.
"Eh aku-aku cuman takut aja berhadapan sama tuan muda, " balas Maira sambil menampilkan wajah bingungnya.
"Oh aku pikir kau kenapa, sudahlah itu sudah sangat biasa. Semua orang baru pun selalu takut bila pertama kali bertemu dengannya, " ucap pelayan itu.
"Baik, kau kan ketua kami apakah kita harus memanggilmu dengan sebutan ketua? " tanya pelayan itu kembali.
Maira langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak usah, lagi pula umur kalian jauh lebih tua daripada saya. Panggil nama saya juga gak gak papa kok, menurut ku itu lebih nyaman saja, " balas Maira yang langsung menggelengkan kepalanya.
Rasanya ia tidak pantas di panggil ketua oleh mereka.
"Sepertinya ketua kemarin memilihkan orang yang tepat, " ucap pelayan itu kegirangan.
"Ah bisa aja, saya juga masih perlu banyak belajar kok, " balas Maira sambil tersenyum dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
"Baiklah saya akan kembali melanjutkan pekerjaan saya yah, " pelayan itu meninggalkan Maira sendirian di sana.
Setelah Maira melihat pelayan itu sudah agak jauh darinya ia langsung menghembuskan nafasnya, yang tadi terasa tertahan akibat kedatangan pelayan itu.
Ia duduk di kursi meja makan, ia tidak tau kalau itu adalah tempat yang tidak di perbolehkan duduk di sana. Hingga saat Maira duduk Santi datang dan langsung membentak Maira.
"Hey, bangun kau! " ucap Santi sambil berjalan ke arah Maira, ia juga menunjuk Maira menggunakan jari telunjuknya.
Para pelayan di sana pun langsung terdiam sambil menundukkan pandangannya. Mereka akan sangat takut jika Santi sampai marah.
Maira yang kaget pun sontak terbangun dengan kikuk sambil menatap Santi yang saat ini sudah berada di sampingnya.
"Maaf kalau saya salah, " ucap Maira sambil menundukkan tubuhnya sedikit.
"Kau bilang maaf, saya benar-benar tidak habis pikir kenapa mamah malah kirim kamu untuk menggantikan Ketua pelayan di sini, " balas Santi sambil tersenyum kecut ke arah samping.
"Kau tau tidak kalau kursi ini hanya untuk suami ku? " tanya Santi.
"Saya tidak tau, " balas Maira.
Sejujurnya Maira sudah sangat ingin mencakar wajah wanita di depannya ini, namun ia harus tenang karena kalau sampai ia melakukan ini maka semua rencana yang sudah ia susun sedemikian rupa akan gagal.
Arga yang sedang asik menonton televisi pun mendengar keributan di bawah, ini memang biasa terjadi di rumahnya, Santi memang sering memarahi pelayan yang berada di rumah ini hanya karena kesalahan kecil. Biasanya Arga tidak akan peduli dengan keributan ini, namun kali ini ia takut yang Santi marahi adalah Maira.
Jadi dengan cepat Arga turun dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi dan yah benar saja, Arga melihat Maira sedang Santi bentak-bentak di hadapannya.
Arga ingin sekali langsung membuang Santi ke jurang yang dalam, namun ia harus menyelesaikan ini semua tanpa emosi. Karena kalau tidak bisa jadi Maira malah akan marah padanya, itu adalah hal yang paling Arga takuti selama hidupnya.
Arga berjalan dengan gaya cool nya menghampiri Maira dan Santi. Setelah sampai di dekat mereka Santi langsung menghentikan mulutnya lalu menatap ke arah Arga. Maira ikut mengikuti tatapan Santi sampai ia menemukan seseorang di hadapannya.
Jujur saja Maira sudah sangat takut kalau Arga akan menghancurkan semuanya. Arga menatap ke arah Maira dengan tatapan datar walaupun sejujurnya ia ingin tertawa melihat ekspresi wajah lucu Maira ketika ketakutan.
"Berhenti berbuat keributan satu hari saja, aku sudah muak mendengar suara mu itu, " titah Arga sambil menatap Santi dengan tatapan dingin.
"Tapi dia salah, " balas Santi lembut sambil menunjuk Maira.
Arga kembali menatap Maira, "Aku tidak peduli siapa yang salah dan siapa yang benar, yang aku mau hanyalah kau atau siapapun yang berada di sini untuk berhenti berbuat keributan, aku butuh ketenangan, " ucap Arga dingin sambil membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju sofa.
Arga mendudukkan bokongnya di sofa dan langsung menyalakan televisi, ia di sana untuk memastikan Santi tidak berbuat apapun pada Maira, karena kalau sampai ia melihat Maira terluka oleh Santi. Arga tidak akan tinggal diam.
Santi langsung duduk di kursinya dan makan dengan mood yang hancur, sedangkan Maira pergi ke dapur. Hampir saja tadi jantungnya akan lepas dari tempatnya, ia bukan takut karena Santi memarahinya melainkan karena kedatangan Arga.
Ia takut kalau pria itu akan menghancurkan semuanya, tapi untung saja Arga tidak melakukan hal itu. Jadi saat ini Maira bisa bernafas dengan tenang.
"Eh kamu beruntung banget tau, " ucap seorang pelayan wanita yang datang menghampiri Maira.
"Beruntung? " tanya Maira kebingungan.
"Iyah beruntung, kamu beruntung bisa di bela sama tuan muda, " balas pelayan itu.
"Menurutmu dia membela ku? kau sebut itu pembelaan yang benar saja, " ucap Maira sambil tertawa kecil.
"Hey, kita di sini tuh sering kenapa marah Nona Santi, tapi tuan muda tidak pernah ikut campur dalam urusan itu. Ia malah nampak cuek dan tidak peduli, sedangkan saat tadi kamu di marahin Nona, Tuan muda langsung datang dan menghentikannya, " jelas pelayan itu.
"Mungkin itu hanya kebetulan saja, tuan muda juga bilang kalau hari ini dia sedang tidak mau ada keributan kan? " balas Maira yang tak mau ada orang yang curiga apapun.
"Sepertinya sih seperti itu, sudahlah jangan di pikirkan nanti kau bisa gila di usia muda, " canda pelayan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
°•Kim yuri•°
hrusnya memang diingatkan baik2 , bagus Thoor lanjuuuut
2021-04-28
3
Nur Aminah
mantafff
2020-10-11
4