bab 10

Selesai menyiapkan semua pekerjaannya. Nayla segera bergegas menemani anaknya bermain.

Tak sadar karena kesibukannya sebagai Ibu rumah tangga. Hampir saja ia melupakan anak semata wayangnya sendiri di kamar. Baru berjalan beberapa langkah sayup-sayup terdengar suara seseorang berteriak tepat di rumah Bu Ratih.

" Mana kamu Ayu? Bayar hutangmu yang banyak itu. Jangan sampai kau ku permalukan di depan kakakmu yang katamu orang kaya itu!" Ucap seorang wanita berteriak.

" Saya Ibunya, siapa kamu? Kenapa berteriak di depan rumahku? Ada urusan apa kamu dengan anakku?" Tanya Bu Ratih.

" Saya mau menagih hutang Ayu. Dia berjanji akan mengembalikan uang saya setelah tiga bulan dan hari ini tepat sesuai waktu yang di janjikan," ucap wanita itu.

" Oh, jadi itu masalahnya. Sekarang anak saya sedang pergi keluar. Lebih baik kamu tagih saja pada pemilik rumah itu," sahut Bu Ratih sambil menunjuk ke arah rumah yang di tempati oleh Arga dan Nayla.

" Assalamualaikum, permisi. Apa ada orang di rumah?"

Selang beberapa menit suara wanita itu tak lagi terdengar di rumah Bu Ratih. Kini suara wanita itu beralih ke rumah Arga, walau tak segarang yang terdengar sebelumnya.

" Wa'alaikumsalam, silahkan masuk Bu. Ngomong-ngomong mencari siapa dan ada perlu apa ya, bu?" Tanya Nayla.

" Iya, Mbak. Saya mau menagih hutang-hutang Ayu yang sudah jatuh tempo. Saya datang sekalian mau mengantar barang pesanan Mbak Nayla dari toko di kelola oleh Mbak Sri. Tadi Ibu pemilik rumah itu juga menyuruh saya datang menagih hutang Ayu pada pemilik rumah ini," ucap wanita itu.

" Lalu bagaimana dengan hutang-hutang Ayu? Apa uangnya sudah ada?"

" Terima kasih, mbak. Lebih baik tagih langsung pada yang bersangkutan dan semua barang-barang  yang saya pesan akan saya bayar lunas setelah saya berikan pada pemiliknya," ujar Nayla.

" Baiklah kalau begitu. Lain kali saya akan menagih langsung pada Ayu."

Setelah kepergian wanita itu, Nayla kembali menemui anaknya yang sedang bermain. Tanpa sadar ternyata Bu Ratih mengikutinya dari belakang.

" Dapat uang dari mana kamu bisa beli semua barang-barang itu? Apa begini kelakuanmu selama anakku bekerja?" Omel Bu Ratih. Sementara Nayla tak menanggapi ocehan Bu Ratih hingga membuatnya semakin kesal.

Nayla sibuk memeriksa barang pesanannya di sebelah anak semata wayangnya. Kemudian ia mengambil buku untuk memeriksa daftar nama orang yang membeli barang padanya. Dari pada menghabiskan tenaga dengan memperdebatkan masalah yang tidak berfaedah. Lebih baik menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat.

" Kamu bisa nggak sih sedikit saja menghargai anakku? Apa kamu pikir anakku bekerja hanya untuk kesenanganmu saja? Kasihan dia kerja banting tulang seharian. Seharusnya kamu tak terlalu mengikuti hobi belanjamu itu," gerutu Bu Ratih.

" Ini pesanan milik orang lain, Bu. Benar kata Ibu, suamiku bekerja banting tulang seharian. Aku juga melakukan hal yang sama dengan menjual berbagai produk dari toko temanku yang datang beberapa hari yang lalu," ucap Nayla berusaha memberi penjelasan.

" Itu sama saja dengan kamu menghabiskan uang anakku. Modalmu untuk berjualan pasti berasal dari hasil jerih payah anakku. Syukur kalau ada yang membelinya. Gimana kalau mereka menipumu dengan berpura-pura tertarik pada barang yang kamu tawarkan? Lagian gaya-gayaan banget sih jalanin bisnis tanpa mikir resiko kedepannya gimana," oceh Bu Ratih sambil mengacak-acak barang Nayla.

" Nayla udah mikirin itu semua, bu. Lagian modalnya juga aku pakai uang dari mas Arga," jawab Nayla.

" Dapat uang dari mana kamu, kalau bukan dari uang anakku? Apa benar dugaan ku selama ini bahwa kamu melakukan sesuatu di belakang anakku?" Ucap Bu Ratih sinis.

Nayla memegang tangan Bu Ratih dengan lembut. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran mertuanya itu.

" Bu, seburuk itukah aku di mata ibu? Kenapa harus menghinaku dengan menuduh bahwa aku melakukan yang tak sepantasnya di belakang Mas Arga? Berapa kali harus ku katakan bahwa aku nggak pernah melakukan itu? Wanita yang pernah datang ke rumah ini saat Mas Arga pergi, itu juga nggak sesuai tuduhan ibu. Dialah orang yang pertama kali mengajakku untuk berbisnis," ucap Nayla.

" Sana tanganmu! Aku nggak sudi bersentuhan denganmu."

" Kenapa Bu? Apa ada yang salah? Ibu datang ke rumah ini, lalu kenapa ibu sepertinya jijik berdekatan denganku? Apa dengan aku harus melakukan kekerasan dulu, baru ibu akan menyukaiku?" Sentak Nayla dengan ancaman.

" Jangan berani macam-macam kamu! Kamu lupa siapa aku? kamu pasti tahu kalau Arga akan lebih mempercayaiku dari pada kamu? Jadi jangan pernah berani mengancamku. Kamu pasti sangat menginginkan Aku dan Ayu menyukaimu."

" Mudah saja kalau kamu ingin kami bersikap baik padamu dan anakmu. Kami hanya ingin kamu memberikan semua yang kami inginkan. Biar bagaimana pun kamu sudah dinikahi oleh anakku. Jadi sudah seharusnya kamu bisa menyenangkan hati keluarga suamimu."

Sesuai dugaan, Bu Ratih pasti akan memanfaatkan segalanya untuk kepentingan dirinya sendiri.

" Apa yang ku lakukan selama ini masih belum cukup, bu? Kalau yang ibu maksud agar aku memenuhi keinginan ibu untuk berbelanja, maaf aku nggak mampu. Aku juga punya keperluan sendiri. Kalau masalah makan, aku nggak masalah. Apa jatah ibu yang di beri Mas Arga selama ini belum cukup?"

" belum cukup katamu? Itu pemberian anakku, bukan pemberianmu."

" Terserah ibu mau bilang apa. Yang jelas aku menjual semua barang ini tanpa menggunakan uang dari Mas Arga."

Mendengar ucapan Nayla semakin membuat Bu Ratih semakin kesal. Apa pun yang dikatakan Nayla selalu membuatnya ingin meluapkan amarahnya.

" Kita lihat saja nanti apakah kamu masih punya nyali untuk melawanku seperti sekarang," ancam Bu Ratih sambil berjalan ke arah pintu.

Kepergian Bu Ratih membuat Nayla melongo saking herannya dengan tingkah ibu dari suaminya itu. Pikirannya benar-benar buntu setiap kali berhadapan dengan Bu Ratih dan Ayu.

Andai saja ia tahu akan berhadapan dengan orang seperti keluarga suaminya itu. Mungkin ia akan berpikir berulang kali untuk menikah dengan pria seperti Arga.

Andai saja dulu ia tak mementingkan egonya sendiri dari pada mendengar nasihat kedua orang tuanya. Mungkin ia tak akan merasa menderita seperti sekarang.

Setelah mengalaminya sendiri, penyesalan itu selalu datang mengganggu pikiran. Semua nasihat-nasihat dari kedua orang tua yang sudah mendidiknya dengan kasih sayang membuatnya semakin merasa berdosa karena selalu membantah ucapan mereka.

Ingin rasanya memutar waktu kembali pada masa lalu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan.

Entah apa yang membuat sampai ia tak pernah berpikir sejauh ini. Dan ternyata dugaan orang tuanya untuk tak menerima Arga adalah benar-benar terjadi.

Hanya karena perasaan kagum pada orang baru yang di kenal Nayla, membuat Ayah dan ibunya terpaksa harus menerima pilihan anak yang sangat disayanginya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!