bab 13

Lelah rasanya setiap hari berada di situasi yang sama. Suami yang selalu ku jadikan sebagai panutan. Ternyata sedikit pun tak pernah menghargaiku seperti aku menghargainya. Dia rela melakukan apa saja untuk kebahagiaan Ibu dan Adiknya. Sedangkan aku? Belum tentu ia akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya pada Ibu dan Ayu. Tak masalah jika ia tak menyukaiku. Satu hal yang membuatku lebih tersakiti ketika menyadari kehadiran anakku yang tak pernah diinginkan. Walau berasal dari darah daging mereka sendiri.

" Sombong sekali kamu, Nayla! Baru punya penghasilan segitu saja sombongnya bukan main. Kalau bukan karena anakku, penghasilanmu yang tak seberapa itu juga nggak akan mencukupi semua kebutuhanmu," hardik Bu Ratih .

" Kita sama, Bu. Kalau bukan karena suamiku, Ibu belum tentu bisa hidup enak seperti sekarang ini. Apa Ibu pikir anak kesayangan Ibu itu bisa bekerja seperti yang ku lakukan? Rasanya Ibu juga sudah tahu jawabannya apa. Untuk mengurus diri sendiri pun ia belum tentu mampu. Jadi berhentilah untuk selalu mempengaruhi suamiku untuk membuatku lebih menderita. Biar bagaimana pun Ibu juga seorang perempuan. Sudah mengalami pahit manisnya berumah tangga. Begitu juga dengan ayu. Bisa saja dia akan mengalami lebih dari yang kalian lakukan padaku selama ini," balas Nayla tak kalah garang.

PLAK!

" Sudah berani kurang ajar kamu, hah? Kamu nggak pantas mengatakan anakku seperti itu. Aku yakin anakku pasti nggak akan bernasib sama seperti yang kamu lakukan. Aku sangat menyayangi anakku, jadi sudah seharusnya orang lain juga melakukan hal yang sama pada anakku."

Untuk kesekian kalinya Ibu menamparku tepat di hadapan Mas Arga. Sementara suamiku, tentu saja ia akan diam dan ikut menyaksikan apa yang dilakukan oleh Ibu. Betapa anehnya keluarga pria yang telah menikahiku itu. Mereka menyiksaku sedemikian rupa. Tapi mereka tak terima jika anak perempuan yang sangat disayanginya bernasib sama seperti yang mereka lakukan padaku. Apa mereka pikir kedua orang tuaku bahagia ketika melihatku menderita?

" Aku minta maaf atas sikap Ibu yang mudah tersulut emosi setiap berhadapan denganmu. Lagian kenapa sih kamu harus berkata seperti itu? Kamu sendiri juga tahu bahwa Ayu satu-satunya anak perempuan di keluargaku. Tentu Ibu nggak akan rela melihat Ayu menderita," ujar Arga.

" Untuk apa kamu minta maaf jika masih mengungkit kesalahanku? Kamu dan Ibu tak ingin melihat Ayu bernasib sama sepertiku. Tapi lihatlah bagaimana sikap kalian padaku dan juga anakku? Apa kalian pernah memikirkan bagaimana perasaan kami setiap kali melakukan hal yang membuat kami merasa di neraka?"

" Aku minta maaf. Aku berjanji akan memperbaiki semuanya," tutur Arga.

" Janji katamu, mas? Kamu berjanji sudah kesekian kalinya. Apa kamu mengingat kata-kata janji yang kamu ucapkan sudah yang ke berapa kali? Hatiku sudah terlanjur sakit mengingat sikapmu selama ini. Apa yang terjadi semua karena kesalahanku. Lalu apa kami pikir, ada manusia yang tak pernah berbuat salah? Kenapa hanya aku yang disalahkan, sementara ada banyak orang disekitarku."

Nayla segera keluar dari kamar dan pergi melangkah menuju keberadaan anaknya. Disaat seperti ini hanya anak yang akan membuat suasana hatinya merasa lebih tenang.

Apa yang diucapkannya beberapa hari yang lalu, rasanya benar-benar harus ia lakukan untuk kali ini.

" Berulang kali aku memikirkan bagaimana cara untuk memperbaiki hubunganku dan Mas Arga yang sudah terlanjur hancur. Tapi ternyata keinginan itu hanya ada padaku. Berbeda dengan suamiku, Mas Arga. Ia mengatakan ingin memperbaiki segalanya. Berkali-kali aku memberinya kesempatan untuk memperbaiki hubungan kami seperti saat awal kami menikah dulu. Sayangnya, keinginan itu hanya untuk menenangkan hatiku, berbeda dengan sikapnya yang tak pernah peduli pada pernikahan kami yang sudah berada di ambang kehancuran."

Ucapan Nayla yang mengatakan berniat untuk bekerja dan akan meninggalkan suaminya hanya dianggap sebagai gertakan untuk mengancam. Berbeda dengan Nayla, ia bahkan sudah mempersiapkan segalanya untuk melakukan itu semua tanpa sepengetahuan Arga dan mertua serta iparnya.

" Mau pergi kemana kamu malam-malam begini? Apa kamu benar-benar sudah lupa bagaimana cara bersikap pada suamimu sendiri?" Tanya Arga saat melihat Nayla keluar menggendong anaknya dan membawa tas dan koper yang sudah ia persiapkan sebelumnya dari jauh-jauh hari.

" Aku sedikit pun nggak pernah lupa bagaimana cara bersikap pada suamiku sendiri. Jangankan pada suami sendiri, pada orang lain pun aku nggak pernah lupa bagaimana cara bersikap. Tapi kamu sendiri yang melupakan bagaimana cara menghargai orang lain. Dan keputusanku kali ini sudah benar. Aku yakin kamu akan lebih bahagia tanpa ada aku di rumah ini. Kamu bebas melakukan apa pun yang kamu mau."

" Dengan senang hati, kalau memang itu yang kamu inginkan. Silahkan angkat kaki dari rumah ini tanpa membawa barang apa-apa."

" Apa kamu lupa bahwa kamu nggak pernah memberi apa-apa selain dari penderitaan? Apa kamu pikir uang yang kamu beri yang nggak seberapa itu sudah membuatmu merasa hebat? Kalau kamu berpikir seperti itu, mungkin itu benar. Kamu hebat, tapi itu dulu. Setelah tahu kehadiranku dan anakku hanya sebagai beban bagimu. Sejak saat itu juga aku akan membebaskanmu dari beban yang kamu tanggung selama ini."

Mendengar semua yang diucapkan Nayla membuat Arga bungkam. Ucapannya kali ini benar-benar tak pernah terbersit di dalam pikiran Arga. Begitu juga dengan Bu Ratih dan Ayu. Keduanya sama terkejutnya dengan Arga. Mereka berpikir Nayla tak akan mampu berpisah dari Arga. Namun kenyataannya Nayla berani mengambil resiko apa pun untuk memberikan suasana hati dan pikirannya kembali seperti sediakala.

" Kalau mau pergi, pergi aja sana. Lebih baik pergi saja selamanya. Jangan pernah menginjakkan kaki di rumah anakku. Apa kamu pikir mengurus anak tanpa adanya seorang suami itu mudah?"

" Aku akan melakukan yang terbaik untuk anakku. Oh iya, untuk masalah ini seharusnya Ibu nggak perlu ikut campur. Biar gimana pun ini adalah masalah rumah tanggaku dan Mas Arga. Ibu juga nggak perlu khawatir, aku juga sudah nggak ingin menginjakkan kaki di rumah ini. Jangan hanya mengingatkanku, seharusnya Ibu juga perlu mengingatkan anak kesayangan Ibu ini agar segera membebaskanku dari pernikahan kami yang nggak pernah Ibu harapkan terjadi,"

" Sudahlah, lebih baik aku segera pergi. Ibu juga pasti sudah lama menantikan hal ini terjadi sejak lama," ucap Nayla membawa barang-barangnya melenggang pergi dari rumah itu.

" kita lihat siapa diantara kita yang akan menderita. Kalau aku sudah terbiasa hidup sendiri. Sementara kamu? Apa kamu mampu melakukan segalanya tanpa bantuan orang lain?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!