bab 11

TOK... TOK... TOK...

" Kamu apaan sih, masa buka pintu aja lelet banget. Apa memang sengaja mau ngunci aku sampai ketiduran di luar?" Cerocos Arga pada Nayla.

Aneh? Begitulah pikir Nayla. Padahal mereka punya kunci masing-masing. Tujuan mereka membagi kunci itu karena tak ingin saling merepotkan. Apalagi jika salah satunya sedang bepergian.

" Maaf Mas. Tadi pintu aku kunci karena takut putri pergi keluar rumah tanpa ijin. Lagian kamu kan punya satu kunci. Jadi ku pikir pasti bisa kamu buka dari luar tanpa harus menunggu dibukakan dari dalam," jawab Nayla.

Nayla kemudian membawakan tas kerja Arga dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Hal yang selalu dilakukan Nayla saat menyambut kepulangan suaminya pulang adalah menyiapkan makan malam atau kopi untuk menemaninya sebelum tidur dan membereskan semua barang-barang Arga di ruang kerja.

Terkadang kewajibannya itu tak ia lakukan karena kesal pada sikap Arga yang terlalu mementingkan ego.

Hari ini ia sudah bertekad untuk memperbaiki segalanya. Di dalam setiap pertengkaran, bukankah salah satunya harus ada yang mengalah?

Setelah membersihkan diri, Arga menemani putrinya bermain. Momen yang sangat jarang terlihat. Biasanya jangankan untuk menemani, untuk sekedar menyapa pun tak pernah ia lakukan.

Sementara Nayla tak henti-hentinya tersenyum melihat pemandangan yang sangat dirindukannya sejak lama. Tanpa banyak bertanya lagi, ia segera mengeluarkan semua makanan yang ia masak sebelumnya.

" Mas, kamu tahu Linda? Apa kamu mengenalnya?" Tanya Nayla tiba-tiba.

Arga mengernyit. Respon Arga menandakan bahwa benar sepertinya Arga memang mengenal nama yang baru saja disebut oleh Nayla.

" Aku mengenalnya. Kenapa, apa kamu juga mengenalnya? Atau dia adalah salah satu temanmu?" Tanya Arga.

" Nggak sih, mas. Tadi itu ada yang nyebut nama dia. Terus Ibu bilang bahwa aku nggak pantas dibanding-bandingkan sama dia. Kata ibu dia jauh lebih berkelas dari aku. Bahkan kata ibu, aku nggak ada apa-apanya dibandingkan sama dia. Emang siapa sih dia?" Tanya Nayla merasa penasaran.

" Kamu sama ibu bertengkar lagi?" Tanya Arga.

" Dibilang bertengkar sebenarnya nggak sih.  Tapi ada temen ibu yang nyebut-nyebut nama wanita. Nah kebetulan ada aku dan ibu disana," terang Nayla.

Arga menghela nafas. Tak lama kemudian ia menceritakan siapa sosok yang disebut-sebut oleh Nayla sejak tadi.

" Aku memang mengenal Linda sebelum kita menikah. Dulu Aku dan Linda pernah menjalin hubungan. Dan ibu atau pun Ayu tampaknya setuju-setuju aja dengan hubungan kami. Itu semua nggak bertahan lama setelah ibu mengetahui Linda berasal dari keluarga yang serba ada."

" Awalnya ini memang bersikap biasa-biasa saja. Tapi lama-kelamaan ibu mulai meminta Linda untuk menuruti semua keinginannya. Sebagai orang yang berusaha mengambil hati ibu tentu saja dia mau-mau aja. Dan Ayu, seperti yang kamu lihat selama ini. Apa yang di lakukan ibu, pasti dia juga ikut. Seiring berjalannya waktu Linda merasa nggak betah menuruti permintaan ibu. Ia menganggap ibu terlalu berlebihan karena banyak menguras isi tabungan yang ia miliki. Sementara ibu malah berpikir bahwa menuruti semua permintaannya adalah suatu kewajiban. Apalagi aku adalah pria yang disayanginya saat itu."

" Kami sering bertengkar karena permintaan ibu yang sering kali tak masuk akal. Dan ibu, nggak pernah terima saat kesalahannya diungkit-ungkit. Sampai akhirnya Ibu dan Linda memintaku untuk memilih salah satu dari mereka."

" Lalu siapa yang kamu pilih diantara keduanya, mas?" Tanya Nayla.

" Tentu saja aku lebih memilih ibu. Aku nggak mau durhaka pada orang yang sudah melahirkanku. Walau rasanya berat, tapi aku harus mengorbankan perasaanku demi menjaga perasaan Ibu dan juga Ayu."

Sakit rasanya saat tahu wanita yang dimaksud Bu Ratih adalah ternyata masa lalu dari suaminya sendiri.

Jauh lebih sakit rasanya saat mendengar cerita Arga. Biar bagaimana pun Arga sudah punya keluarga sendiri. Yang harus dijaga perasaannya diberi nafkah adalah seorang istri.

Anehnya lagi yang terjadi malah sebaliknya. Seorang istri diwajibkan untuk membahagiakan semua orang, termasuk suami dan keluarganya.

Apakah arti sebuah pernikahan jika harus menderita karena harus melakukan yang tak seharusnya ia lakukan.

Awalnya Nayla merasa kesal karena tahu siapa sebenarnya wanita yang dibangga-banggakan oleh mertuanya itu.

Namun apa yang dialami oleh wanita itu ternyata sangat menyedihkan. Dan lebih menyedihkan lagi ternyata Nayla juga bernasib sama dengan wanita itu. Pantas saja Bu Ratih dan Ayu tak pernah menyukainya sejak awal menikah.

Jika ia ingin, mungkin kedua orang tuanya pasti akan memberikan yang terbaik untuk Nayla sebagai anak yang sangat disayanginya.

Sementara Nayla bersikeras untuk tak selalu berketergantungan pada orang tuanya. Biar bagaimana pun, ia sudah jadi istri orang lain. Dan sudah seharusnya Arga sebagai suami yang memenuhi semua kebutuhan keluarganya, termasuk membahagiakan istri dan anaknya. Sama persis seperti yang dilakukan oleh kedua orang tua Nayla.

" Kenapa kamu hanya diam, mas? Padahal kamu tahu perbuatan ibu adalah suatu kesalahan," tanya Nayla.

Arga menghembuskan nafas panjang kemudian menatap Nayla penuh arti.

" Sebenarnya aku tahu perbuatan ibu itu nggak benar. Dan aku juga tahu sikapku nggak adil untuk orang yang menjadi istriku. Tapi aku nggak mau durhaka pada ibuku. Sebagai anak, sudah kewajiban kita untuk menghormatinya, kan?" Ucap Arga tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Mendengar ucapan Arga membuat Nayla seperti tersedak benda yang tajam. Bagaimana bisa pria itu berpikir seperti itu? Entah julukan apa yang pantas disebut pada pria seperti Arga. Ia bahkan sadar telah menyakiti perasaan orang lain. Tapi ia bersikap tak terjadi apa-apa hanya karena tak ingin keluarganya merasa di kecewakan. Ia bahkan tak masalah dengan hubungannya berakhir dengan perpisahan.

" Jadi kamu juga melakukan hal yang sama padaku dan juga anakmu?" Tanya Nayla memastikan.

Walau tahu betul jawaban apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu.

" Sudahlah, lupakan saja tentang wanita itu. Sebagai orang yang lebih muda, seharusnya kita bisa menghormati orang yang lebih tua. Terlebih lagi itu adalah keluarga kita sendiri. Lagian kenapa harus pakai perhitungan segala. Memangnya kalau kita perhitungan dalam segala hal. Harta yang kita punya itu akan kita bawa mati?" Ucap Arga seperti melontarkan kata-kata sindiran.

" Nggak,kan?"

" Kebiasaan manusia ternyata nggak pernah berubah ya, mas? Mudah Melihat kesalahan orang lain dan sulit untuk melihat kesalahan diri sendiri," ucap Nayla lirih.

" Maksud kamu apa?"

" Kamu mengatakan orang perhitungan, tapi kamu adalah salah satunya dari orang seperti itu. Kamu royal pada keluargamu. Tapi kamu nggak pernah adil pada istrimu sendiri. Padahal kamu punya tanggung jawab yang besar pada anak dan istrimu," jawab Nayla.

" Mereka bukan orang lain. Jadi apa yang ku lakukan juga bukan suatu kesalahan," balas Arga.

" Baiklah, kalau menurutmu itu yang benar. Sepertinya, aku juga harus menyiapkan diri agar nggak terlalu terkejut kalau apa yang terjadi pada pasanganmu yang sebelumnya akan terulang kembali padaku dan juga anakku," ucap Nayla lirih.

Walau berusaha untuk menutupinya, air mata Nayla mengalir begitu saja. Sejak tadi ia berusaha untuk menahannya. Tapi tetap saja ia tak mampu bertahan agar tetap kuat.

Terkadang ia berpikir, kenapa Arga sangat mudah dikendalikan oleh ibu dan juga iparnya. Padahal dulu sikapnya sangat jauh lebih baik jika dibandingkan dengan sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!