bab 9

Hari demi hari terlewati hanya dengan pertengkaran. Terkadang rasa tak percaya selalu datang menghampiri. Benarkah pria ini yang ditakdirkan untukku? Benarkah pria ini yang akan membimbingku ke jalan yang benar? Salahkah aku memilih pria ini sebagai suamiku?

" Apa kamu pikir hanya kamu yang merasa lelah, mas? Apa kamu pikir aku bahagia menjalani kehidupan seperti ini?"

" Asal kamu tahu saja, mas. Aku juga lelah. Aku lelah setiap hari harus menghadapi tingkah Ibu dan Adikmu itu. Di depanmu mereka selalu bersikap manis. Saat kamu nggak ada, apa kamu tahu gimana sikap mereka padaku dan juga anakmu?"

" Kamu sendiri tahu betul gimana Ibu dan Ayu. Seharusnya kamu ngalah aja biar masalahnya nggak bertambah. Kenapa sih kamu nggak bisa nurutin kemauan Ibu?" Ucap Arga.

" Ngalah kamu bilang, mas. Sebelumnya aku selalu coba memahami keadaan. Aku selalu minta maaf, walau aku nggak bersalah. Apa yang aku dapatkan? Kalian semua bahkan semakin menjadi. Udahlah, aku capek debat sama kamu. Aku juga butuh ketenangan," ucap Nayla sambil melangkah ke arah anaknya sedang bermain.

Nayla berencana bergabung sebagai affiliate di berbagai aplikasi. Ia berharap banyak untuk mendapat penghasilan sendiri.

" Kenapa sih kamu dikasih tahu susah banget. Suami lagi ngomong bukannya di dengar. Ini malah pergi main handphone. Apa kamu sudah nggak peduli pada siapa pun?" Tutur Arga lirih.

" Apa selama ini kamu peduli padaku dan anakmu? Apa selama ini kamu pernah memikirkan perasaanku? Seharusnya kamu nggak pernah mengeluh tentang ini semua. Sebab aku belajar banyak dari sikap kamu selama ini."

Nayla tak lagi peduli dengan semua komentar-komentar yang di ucapkan Arga. Setelah promosi pada beberapa group di aplikasi berlogo F. Nayla juga bergabung sebagai affiliator toko milik wanita yang menemuinya tadi pagi.

Ia kagum dengan kecanggihan teknologi jaman sekarang. Ia bisa mudah berjualan hanya dengan modal ketikan pada ponselnya. Menariknya lagi, ia juga tak perlu repot-repot berkeliling untuk menawarkan produk yang ia jual.

...****************...

" Besok aku ingin berkunjung ke rumah Ibu, mas. Rasanya udah lama banget aku nggak pulang kesana," ucap Nayla saat ia dan keluarganya sedang bersantai menikmati hari libur.

" Untuk apa kamu pulang ke rumah orang tuamu? Apa kamu berniat untuk minggat dari rumah ini?" Tanya Arga ketus.

" Aku merindukan kedua orang tuaku, mas. Selama kita menikah rasanya baru sekali aku menemui mereka," jawab Nayla lirih.

Banyak hal yang ingin ia ceritakan pada Ibu dan ayahnya. Walau sering kali bertengkar akibat perbedaan pendapat. Ibu dan ayah jugalah yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk bersandar. Tak seperti tuduhan yang ditudingkan Arga padanya. Ia hanya ingin minta pendapat orang tuanya dengan harapan nasihat-nasihat yang disampaikan bisa untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi saat ini.

" Kenapa kamu harus pulang kampung menemui Ibu dan Ayah? Apa kamu pikir pulang kampung nggak memerlukan biaya untuk ongkos ke sana? Lebih baik kamu telpon saja untuk melepaskan rasa rindu," tawar Arga membuat air matanya mengalir begitu saja.

Ia tak pernah minta banyak dari suaminya. Bahkan hanya minta ijin untuk berkunjung ke rumah orang tuanya pun ia berat untuk mengabulkannya.

" Ya udah kalau gitu, mas. Terserah kamu aja deh gimana baiknya. Tapi mulai bulan depan aku minta uang bulananku di tambah seperti yang kamu janjikan sebelumnya," ucap Nayla.

" Untuk apa? Apa stok bulanan kita sudah habis?"

" Perlengkapan untuk mandi masih ada untuk dua minggu ini. Tapi aku berniat untuk membelikan anak kita beberapa cemilan seperti anak-anak yang lain. Kasihan dia, mas. Saat anak-anak seusianya bebas mencicipi berbagai jenis makanan, anak kita hanya bisa melihat mereka," jawab Nayla.

Selama ini Nayla tak pernah melihat anaknya mengeluh minta dibelikan makanan yang aneh-aneh. Bahkan hanya diberi makan dengan nasi dan kecap pun ia tak pernah mempermasalahkannya. Beberapa hari yang lalu saat melihat anaknya bermain dengan anak seusianya. Saat teman-temannya menikmati jajanan di pinggir jalan. Sementara putri hanya melihat mereka dari kejauhan.

Orang tua mana yang sanggup melihat anaknya di jauhi hanya karena tak mampu untuk memberikan yang diinginkan anaknya.

" Alah kamu nggak usah gaya-gayaan beli cemilan kayak orang yang punya banyak uang aja. Mending buat sendiri aja dari singkong. Anak nggak perlu diajarin manja biar dewasanya nanti bisa jadi orang," jawab Arga.

Lagi-lagi pria itu menolak keinginan istrinya, sama seperti biasanya. Sementara Nayla hanya mampu menghela nafas. Ingin menjawab pun ia tak tahu harus menjawab apa. Uang yang dimilikinya saat ini hanya pemberian dari Arga yang di jatah setiap bulan.

Lelah berdebat dengan masalah yang sama setiap hari. Lebih baik berjalan-jalan di sekitar sini untuk merilekskan pikiran, begitulah pikir Nayla. Bagaimana cara wanita itu mendapat ijin dari Arga? Tentu saja ia lakukan dengan alasan untuk berbelanja di warung langganannya.

" Bu, mau sayurnya satu ikat. Terus tahu sama tempenya masing-masing lima ribu ya, Bu," ucap Nayla pada pemilik warung.

" Eh, tumben-tumbenan kamu keluar kandang,Nay? Biasanya kan kamu lebih betah ngurung diri di rumah sama anak kamu. Untung mertua sama ipar kamu sering banget datang ke rumah. Coba kalau nggak, apa nggak lumutan kamu di rumah terus," celoteh Bu Ratmi, salah satu teman dekat mertua Nayla.

" Eh, pantesan selama menikah jadi kurus.  Dia capek-capek kerja setiap hari cuma kamu kasi makan tahu tempe doang?" Ucap Bu Ratih datang tiba-tiba ikut menyindir Nayla.

" Iya, ya. Kalau di lihat-lihat setiap dia belanja kayaknya menunya itu-itu aja deh. Masa urusan perut juga perhitungan. Padahal kita juga butuh makanan yang bergizi. Apalagi ada anak kecil yang lagi masa-masa pertumbuhan. Seharusnya dikasih makan yang enak biar makannya lahap," timpal Bu Ratmi.

Walau dijadikan sebagai bahan omongan. Nayla tetap diam tanpa ekspresi seakan-akan tak mendengar apa yang di ucapkan oleh Bu Ratih dan sohibnya. Karena ia tahu setiap kali berurusan dengan Bu Ratih hidupnya jadi serba salah.

Saat ia menjawab untuk membela diri pun tentu ia juga yang akan dinyatakan bersalah.

" Ya mau gimana lagi Bu. Namanya juga udah jodoh. Terus Arga juga milihnya dia sebagai teman hidupnya. Jadi baik buruknya menantu saya, ya harus di terima."

" Alah Bu Ratih ngomong suka ngawur deh. Dulu Arga milih Linda, malah di bilang kayak wanita murahan. Giliran dapatnya kayak Nayla malah yang di lihat keburukannya aja. Sebenarnya Bu Ratih ini maunya apa sih? Perasaan di mata ibu kok nggak ada yang bener?" Sahut Ibu-ibu yang lain ikut menimpali.

Tunggu, Linda itu siapa ya? Apa dia masa lalu dari suamiku?

" Diam kamu! Jangan pernah sebut-sebut nama itu. Kamu nggak pantes nyebut-nyebut nama dia. Apalagi kalau dibandingkan sama kamu. Jelas kamu nggak ada apa-apanya. Jauh beda sama Linda. Dia menantu idaman saya," sungut Bu Ratih.

Tanpa merasa bersalah sedikit pun. Ia bahkan mengacak-acak barang yang belum sempat terjual dan pergi membawa belanjaannya tanpa membayar terlebih dahulu.

" Eh, bayar dulu dong. Jangan main tinggal aja. Tanggung jawab sama dagangan  yang terlanjur berantakan ini," teriak Bu Ratmi melambai pada sahabatnya.

" Minta aja sama Arga," balas Bu Ratih tak bersalah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!