bab 5

ARGGHHHH sial! Hidup kok bisa kena apes terus. Padahal niatku menemui Ibu kan untuk mencari kebenarannya. Bisa-bisanya Ibu menyuruhku berpisah dengan Nayla. aku sadar bukan termasuk bagian dari orang baik, tapi nggak seharusnya pernikahan dianggap sebagai uji coba. Ada pertengkaran sedikit masa harus cari yang baru?

" Woy, ngapain lo ngomong sendiri? Mana lari-lari nggak jelas di tengah malam gini lagi," sindir seseorang saat melihat Arga.

" Iya nih, aneh banget. Mending ngopi bareng kita. Kali aja lo butuh teman untuk cerita," sahut yang lain.

" Lo berdua kayak nggak tahu Arga aja. Dia mana ada masalah selain masalah rumah tangga. Di kasih nasehat pasti nggak bakalan ada yang masuk ke pikiran dia. Punya bini spek bidadari gitu bukannya di jaga, ini malah disia-siakan," celetuk Anton, salah satu sahabat Arga.

" Gue juga tahu gimana kelakuan Arga. Tapi seenggaknya kita jangan biarin dia lari-larian kayak orang gila juga. Kita sebagai teman sudah seharusnya saling mengingatkan, kalau salah satu diantara kita ada di jalan yang salah," sahut yang lain.

Arga hanya diam menikmati saat ia dijadikan bahan olokan oleh teman-temannya. Ingin berkomentar pun rasanya ia tak punya keberanian yang cukup.

Ia ingin orang lain berhenti membicarakan masalah pribadinya. Ia juga tak sepenuhnya setuju dengan pendapat ibunya yang selalu menyalahkan Nayla untuk setiap masalah yang ada.

Tapi di sisi yang lain di lubuk hati yang paling dalam, Arga ingin tetap bersama istrinya sampai tugasnya selesai di dunia yang fana ini. Apalagi saat ini mereka sudah di karuniai seorang anak yang cantik.

" Udah dong bercandanya! Liat tuh wajah nak Arga sampai merah gitu," ucap Bu Fatimah membuat Arga semakin salah tingkah.

"Apa yang di depan mata, kita jadikan pelajaran saja. Belum tentu kita bisa lebih baik dari pada Arga. Hari ini mungkin terlihat biasa-biasa aja. Tapi kedepannya kita nggak pernah tahu apa yang akan kita hadapi. Kita juga nggak pernah tahu kesalahan apa yang akan kita lakukan. Selagi bisa diperbaiki, lebih baik lakukan dari sekarang sebelum terlambat," ucap Toni, anak Bu Fatimah.

" Ma kasih ya untuk semuanya. Kayaknya aku harus segera pulang ke rumah. Besok pagi-pagi aku harus pergi kerja. Kasihan istri dan anakku dirumah sudah menunggu," pamit Arga pada teman-temannya.

Arga pulang dengan beban pikiran yang berkecamuk. Rumah tangga yang selama ini dianggapnya baik-baik saja ternyata sudah diambang kehancuran karena sikapnya yang sulit menerima kebenaran. Apalagi jika itu ada hubungannya dengan Ayu dan Bu Ratih.

Sesampainya di rumah ia melihat istri dan anaknya tertidur dengan pulas. Perasaannya yang tadinya tidak baik-baik saja berubah menjadi tenang.

Arga memeriksa semua pintu dan ikut berbaring di sebelah Nayla.

...****************...

Setelah sekian lama di alam mimpi, kini sudah waktunya untuk beraktivitas kembali.

" Tak terasa hari sudah pagi. Padahal rasanya mataku baru saja terpejam," gumam Arga saat mendengar alarm ponselnya berbunyi.

Dengan terburu-buru ia bangun dari tidur dan segera bersiap untuk bekerja.

Setelah siap dengan pakaian kerja, ia segera keluar kamar untuk sarapan bersama Nayla.

" Kayaknya udah lama kita nggak sarapan bersama kayak gini. Kamu tahu nggak, aku udah lama merindukan momen seperti ini," ucap Arga saat melihat Nayla menyuapi putri.

" Setiap hari aku selalu menyiapkan sarapan agar kita sarapan bersama. Tapi kamu malah terlalu banyak komentar dan lebih memilih untuk membeli makanan siap saji," jawab Nayla sinis.

"Tapi kamu bisa menyiapkan bekal untuk aku bawa ke kantor. Kebiasaan kamu selalu mengungkit masalah yang sudah berlalu. Aku membeli makanan siap saji hanya beberapa kali. Tapi kamu langsung mencari kesalahanku."

" Kamu salah, kalau menganggap aku mencari kesalahanmu, mas. Apa kamu melupakan semua makanan yang ku masak selalu terbuang sia-sia karena membosankan?" Tanya Nayla.

Sering kali makanan yang disiapkan Nayla dengan sepenuh hati terbuang sia-sia karena Arga tak ingin menyentuhnya. Belum lagi saat Arga meminta makanan ala restoran mewah dengan budget seadanya.

Saat Nayla berusaha melakukan yang terbaik dengan mengikuti semua yang diminta Arga, ternyata semua itu masih saja salah dan dianggap tak becus melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.

" Semakin lama ternyata kamu semakin berani membantah semua ucapanku. Kamu selalu menyudutkanku untuk menutupi semua kesalahanmu. Rasanya aku semakin muak harus bertengkar setiap hari."

Lelah meladeni istrinya yang semakin hari berubah, akhirnya Arga memutuskan menghabiskan sarapannya untuk menghindari pertengkaran mereka yang tak berujung.

" Kamu baik-baik di rumah, jangan keluyuran nggak jelas. Lebih baik kamu di rumah saja mengerjakan pekerjaan rumah dari pada bergosip nggak jelas sama ibu-ibu sekitar sini. Semakin lama kamu bergaul dengan mereka sikapmu semakin berubah," ucap Arga saat ia akan berangkat bekerja.

" Iya, aku kan di rumah ini harus siap siaga menjaga semua asetmu yang mahal itu. Apa yang kamu perintahkan harus aku jalankan dengan sepenuh hati. Apa pun yang ku lakukan harus sesuai dengan yang kamu perintahkan," jawab Nayla.

" Kamu nyindir aku?" Arga membalikkan badannya dan melihat ke arah Nayla dengan tatapan yang tajam.

" Nggak kok, itu perasaan kamu aja kali. Kamu kok mendadak banget jadi sensitif gini sih? Biasanya kamu pasti bodo amat sama ucapanku," sahut Nayla santai.

" Aku benar-benar nggak habis pikir sama kamu. Kenapa sih harus cari gara-gara setiap hari? Kesalahanmu yang sebelumnya saja belum hilang dari pikiran, ini malah ditambah lagi. Seharusnya suami pergi kerja di doakan baik-baik, kamu malah cari gara-gara bikin orang tambah kesal aja."

" Selama ini aku udah mendengar semua perintah kamu. Walau aku nggak suka, aku tetap melakukan semua yang kamu mau. Jadi untuk kali ini aku ingin kamu mendengarkan ku. Aku capek selalu diperlakukan seperti orang suruhanmu. Aku capek bersikap seperti orang yang lemah. Kamu itu suamiku. Sudah seharusnya kamu menjadi teman untuk berbagi cerita. Tapi sikapmu membuatku seakan nggak punya suami. Masalah kemarin dengan Ibu, sudah seharusnya kamu bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah. Lihatlah apa yang kamu lakukan? Tanpa dijelaskan pun, aku tahu kamu pasti meragukan itu semua dan menganggap aku yang terlalu berlebih-lebihan."

" Hentikan Nayla! Aku ingin pergi kerja. Jadi aku berharap agar kamu nggak mencari keributan pagi ini," ucap Arga lirih.

" Ha ha ha ha ... Hebat sekali kamu, mas. Kamu ingin aku berhenti mencari keributan, tapi kamu nggak pernah cari tahu siapa yang mencari keributan setiap hari di rumah ini. Kamu ingin aku selalu di rumah menunggumu, lalu apa yang kamu lakukan kemarin malam saat di luar rumah? Apa kamu punya hobi baru di luar sana?"

DEGH!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!