Istri Yang Tak Kau Anggap
" Nayla udah jam berapa ini, kenapa belum ada makanan diatas meja?" Tanya Arga pada Nayla istrinya yang suka mengurung diri seharian di kamar.
" Nggak ada mas. Kamu bisa masak sendiri," sahutnya tak bersalah.
Semakin lama rasanya arga semakin muak dengan tingkah istrinya yang hanya mementingkan diri sendiri. Padahal ia tahu setiap hari suaminya harus pergi kerja dan ia hanya bersantai di rumah.
" Kenapa bisa nggak ada makanan? Dan apa fungsinya kamu sebagai istri jika masalah urusan perut pun harus aku sendiri yang turun tangan? Siapkan aku sarapan pagi! Aku harus berangkat kerja."
Hening.
Arga semakin geram pada istrinya yang bersikap seolah tidak ada orang di rumah itu. Dia malah berdiam diri di kamar menemani putri kesayangannya bermain. Hari-hari yang dilewatinya hanya ditemani oleh putri semata wayangnya.
BRAK!
Terdengar Arga menggebrak meja dengan keras sehingga membuat Nayla terkejut. Jangankan Nayla, bahkan anaknya yang tadinya asyik bermain tiba-tiba menangis karena terkejut. Sementara nayla sibuk menenangkan hati anaknya agar berhenti menangis.
" Hidupku kok apes banget bisa punya istri yang nggak berguna. Kenapa sih ngurus keperluan suami saja kamu tidak becus, hah?" Bentak Arga emosi.
Lagi-lagi Nayla bersikap tak acuh tanpa berniat untuk menanggapi ocehan Arga.
" Kamu dengerin mas lagi ngomong nggak sih?" Teriak Arga dan membuat tangis putrinya semakin menjadi.
Sementara Nayla bersikap seakan hanya ada ia dan anaknya saja saat itu.
" Dasar istri nggak becus! Kamu tahu aku harus kerja setiap hari mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan kita. Seharusnya kamu bisa memahami bagaimana lelahnya menjadi aku. Tapi lihatlah dirimu apa kamu sudah melakukan tanggung jawabmu sebagai istri? Aku nggak pernah menuntut banyak darimu, bahkan kerjamu hanya bersantai dirumah pun aku nggak pernah mempermasalahkannya. Semakin aku mendiamkan kamu, lihatlah sekarang apa yang terjadi? Bahkan untuk masalah perut pun aku harus menyiapkannya sendiri," bentak Arga geram.
Nayla tetap bungkam hingga membuat Arga semakin geram.
" Ini lagi kok bisa-bisanya nangis siang malam. Kenapa sih aku harus punya keluarga yang aneh. Yang satunya cengeng, satunya lagi malah kayak patung. Lama-lama aku bisa gila tinggal di rumah ini," teriak Arga sambil mengacak rambutnya yang tadinya sudah rapi kini berubah jadi berantakan.
DIAM!
Nayla berteriak dengan keras membuat Arga melongo saking terkejutnya. Arga sangat tidak menyangka istrinya akan melakukan hal itu. Selama ini tak pernah terlihat Nayla berkata kasar pada orang lain. Baru kali ini Nayla melakukan sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh siapapun bahwa ia akan melakukannya.
Selama ini ia selalu terlihat sangat lembut, ramah dan bahkan tak pernah membantah ucapan suaminya yang tak lain adalah Arga.
" Berani-beraninya kamu membentak ku. Kamu pikir kamu siapa, hah? Dirumah ini nggak ada yang bisa berkata kasar selain aku sebagai seorang suami dan juga kepala rumah tangga di rumah ini," ucap Arga tanpa memikirkan perasaan putrinya. Ia bahkan tak berpikir keegoisannya bisa membuat mental gadis kecil itu rusak. Tak jarang Arga dan Nayla bertengkar karena sikapnya yang tak pernah peduli pada darah dagingnya sendiri.
PROK... PROK...
Nayla bertepuk tangan setelah mendengar ucapan suaminya. Ia bahkan lupa apa tujuannya untuk mempertahankan rumah tangganya bersama pria yang sudah susah payah mendapatkan restu kedua orang tuanya. Namun setelah mendapat restu dari kedua orang tua Nayla sikapnya yang asli baru terlihat.
" Kamu selalu menuntut banyak hal dariku. Apakah kamu merasa sudah melakukan tanggung jawabmu sepenuhnya sebagai seorang suami dan juga ayah? Apakah kamu pernah memberikan pelukan yang hangat saat anakmu sedang sakit? Jangankan untuk melihat keadaannya, kamu bahkan tak pernah meluangkan waktu bersama anakmu. Kamu hanya sibuk dengan gadget dan tidur dengan nyenyak. Sementara aku harus begadang semalaman dan seharusnya kamu juga paham posisiku. Kamu selalu saja ingin aku memahamimu tapi kamu bahkan tak pernah berusaha untuk memahamiku. Kuakui kamu memang lelah bekerja, lalu apa kamu pikir aku tak pernah merasa lelah mengurus semuanya sendirian?"
Arga terdiam mendengar ucapan istrinya. Semua ucapan Nayla seakan tidak ada artinya.
" Kenapa kamu diam, mas? Apa kamu bingung harus memberi jawaban apa? Tanpa menjawab pun aku tahu bahwa tebakanku memang benar dan aku atau anakmu tidak berharga di matamu. Kami kamu anggap sebagai masalah di hidupmu," ucap Nayla sambil mengusap kepala anaknya dengan lembut.
" Apa aku salah jika aku lebih mementingkan pekerjaan dari pada masalah pribadi? Kamu pasti tahu bagaimana pekerjaanku. Aku bekerja seharian untuk kalian."
Arga melihat istrinya mengusap mata berkali-kali. Bahkan penampilannya pun terlihat sangat tak terurus.
Sementara Arga selama ini hanya tahu beres. Setelah menikah, semua keperluannya dipenuhi oleh Nayla. Namun saat statusnya berubah menjadi seorang ayah, ia merasa istrinya tak lagi peduli padanya dan lebih mementingkan anaknya seperti sekarang.
" Apa kamu benar-benar nggak bisa menyiapkan sarapan sebelum aku berangkat kerja?"
Melihat anaknya sudah merasa lebih tenang. Nayla langsung bergegas menuju ke dapur melakukan tugasnya.
" Berikan aku uang untuk berbelanja," ucap Nayla saat melihat Arga duduk di meja makan.
" Seharusnya kamu bisa lebih hemat lagi. Sekarang baru tanggal berapa masa kamu udah minta lagi,sih?"
Setiap hari Arga akan berkomentar tentang semua yang dilakukan Nayla. Bahkan ia selalu meluapkan amarahnya pada Nayla, walau hanya masalah yang sepele.
" Seharusnya kamu sendiri yang pergi berbelanja, mas. Dengan begitu kamu pasti tahu harga barang banyak yang naik. Apa kamu pikir uang yang kamu jatah lima belas ribu sehari itu cukup untuk semuanya? Apalagi kamu selalu meminta menu yang berbeda setiap harinya. Pagi ini saja kamu mencari keributan dengan alasan aku tidak menyiapkan sarapan untukmu. Tapi kenapa kamu tak menyantap makanan yang kemarin malam? Padahal makanan itu masih bagus dan layak untuk dimakan."
" Arga, Nayla, apa kalian ada dirumah?" Terdengar seseorang mengetuk pintu, dia adalah Bu Fatimah pemilik warung yang tak jauh dari rumah Arga.
" Iya bu, kebetulan kami ada di rumah. Memangnya ada perlu apa ya bu?" Jawab Arga menghampiri Bu Fatimah.
" Saya mau menagih hutang Ibu dan Adikmu beberapa hari yang lalu. Setiap Mereka datang ke warung Ibu, mereka mengatakan untuk menagihnya pada kamu dan Nayla," terang Bu Fatimah.
" Baik bu, saya akan membayar semua hutang Ibu."
Arga mengambil dompet dan menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah pada bu Fatimah.
" Lain kali langsung dibayar. Jadi Ibu nggak perlu repot-repot datang menagihnya pada kalian."
Selain memenuhi kebutuhan anak dan istrinya, Arga juga berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan Ibu dan Adiknya. Setiap anak laki-laki akan tetap menjadi milik ibunya walau sudah memiliki keluarga dan setelah menikah seorang perempuan harus mengabdi pada suaminya, begitulah ucap Bu Ratih hingga membuat Arga lebih mengutamakan saudara dan ibunya dari pada istrinya sendiri.
Ayu saudara arga sudah bukan anak-anak lagi. Namun atas perintah Ibunya, Ayu tetap jadi tanggung jawab Arga sebagai saudara laki-laki yang dimilikinya dan berkewajiban untuk memenuhinya semua kebutuhannya.
Setiap kali Ibu dan saudara perempuan Arga datang berkunjung, Nayla selalu menunjukkan ketidaksukaannya pada dua orang yang sangat disayangi suaminya itu. Berharap suaminya bisa bersikap adil, namun Arga tak berdaya untuk membantah keinginan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments