Izagiri dan teman temannya sudah pergi dari kota utara dan Nenek yang sebelumnya ditolong Izagiri, masih sangat terharu dengan keadaan yang baru dia miliki sekarang, sebelumnya dia tua renta, sekarang meskipun umurnya sudah tua, tapi tubuh fisiknya seperti dia saat muda.
Kemudian nenek tersebut merapikan tempat dagangannya dan nenek itu membentang sebuah terpal yang menutupi beberapa tempat untuk menaruh sayuran dan semacamnya.
"Hari ini entah kenapa aku bahagia sekali rasanya" Nenek itu merapikan tempatnya sambil tersenyum lembut.
Saat nenek itu merapikan tempat dagangannya sambil bernyanyi. Tiba-tiba, sekelompok petualang menghampiri nenek tersebut, mereka berjumlah kurang lebih dua pria dan dua wanita yang memakai tongkat sihir.
Kemudian menendang salah satu kotak dan kotak itu terpental sampai hancur. Mereka juga meludahi tempat nenek itu dan dengan dalih ingin membeli dagangan.
"Daganganmu bisa habis juga ya Nek ?! Padahal kita juga mau beli !"
Nenek itu tidak menanggapi mereka dan mereka terus menatap nenek itu dengan tatapan sinis dan nenek itu tak menganggap mereka dan terus merapikan barang barangnya. Karena petualang itu merasa jengkel, tiba-tiba mereka mengeluarkan pedang dan menebas tempat yang dirapikan nenek.
Tempat itu lansung menjadi sorotan dan tak ada yang mau melerai. Mereka takut kepada petualang karena akan disiksa jika melawan oleh mereka, karena sistem guild itu dari pemerintahan, semakin tinggi pangkatnya, biasanya petualang akan berbuat seenaknya.
Tiba-tiba ada seorang perempuan yang menghampiri nenek itu, perempuan mendadak muncul dihadapan orang orang yang ada disana dan membuat para petualang tadi kaget.
"Nenek, bisa kita bicara ? Aku ingin bicara dengan nenek" perempuan tadi dengan nada suara yang sangat lembut dan nenek mengiyakan dia.
Petualang tadi merasa jengkel dan hendak menebas perempuan itu. "Bajingan kau !!"
Perempuan tadi hanya melirik padanya dan mengeluarkan suara yang sangat bergema dengan mengatakan "Berhenti bergerak !"
Tiba tiba keempat petualang itu lansung tak bisa bergerak dan bahkan seluruh tubuhnya kaku, mereka hanya bisa berbicara dalam pikiran mereka karena seluruh otot dalam tubuhnya berhenti bergerak.
"Hormati orang yang berbicara ya ? Kalau kalian tidak ingin merasakan akibatnya." Wanita tadi seperti memiliki aura yang menekan sehingga membuat para petualang tadi lansung berkeringat dingin.
"Hah.... bergerak lah dan jangan kembali." Para petualang tadi lansung melarikan diri dan ada yang menangis ketakutan.
"Ayo bicara, nenek...." perempuan tadi sambil tersenyum.
Setelah melihat kejadian itu, nenek tadi mengajak perempuan itu masuk kedalam rumahnya dan duduk didalam rumah. Nenek tadi mempersilahkan perempuan tadi duduk, dan nenek tadi ingin menyiapkan teh hangat untuk perempuan itu.
"Silahkan duduk disitu ya, nenek akan membuat teh hangat untuk kamu." Nenek tadi sambil tersenyum.
"Ah tidak perlu repot repot nek."
"Tidak apa apa, hahaha....hari ini banyak sekali orang yang menarik menemuiku ya ?" Nenek tadi lansung masuk ke dapurnya dan membuat teh.
Perempuan tadi menunggu diruang tamu dan memikirkan perkataan nenek tentang seseorang yang menarik, sebelumnya niat dia untuk menemui nenek itu adalah bertanya padanya apa yang dilakukan Izagiri.
setelah seling beberapa menit, nenek tadi membawa dua teh hangat, dia menaruhnya diatas meja diruang tamu dan dia duduk disebelah perempuan tadi.
"apa yang ingin bicarakan ? gadis yang cantik...sampai repot repot ingin bicara sama nenek..." Nenek tadi memperhatikan wajah perempuan itu dengan senyuman.
"Ah, sebelum aku berbicara izinkan ku memperkenalkan diriku ya..." Perempuan tadi berdiri dan sedikit menunduk, sambil meletakkan tangan kanan di depan bahu kirinya.
"Saya Yuexia....nenek bisa panggil saya Yue saat bicara ...." nenek tadi sedikit menunduk dan Yue kembali duduk.
Kemudian Yue berbicara pada nenek tentang pertanyaan terhadap Izagiri, nenek tadi menjelaskan bahwa dia melihat Izagiri mirip seperti putranya dulu.
"Maaf jika tidak sopan bertanya begini, putra nenek gugur karena perang ya ?"
"Iya... benar sekali, saat melawan pasukan kerajaan Sigrat, dia melawan pasukan tersebut dan akhirnya gugur..." Nenek tadi mengeluarkan air matanya.
"lalu, pria tadi....nenek tidak tau namanya hanya saja dia lebih kekar dari putra nenek dan lebih tinggi, memiliki dua warna mata berbeda....kalau tidak salah di kiri berwarna merah dan kanan biru." kemudian Yue terdiam dan bertanya sekali lagi tentang Izagiri. Yue juga belum mengetahui siapa nama Izagiri.
"Nek...apa yang dia berikan kepada nenek ?"
Kemudian nenek itu tersenyum dan berdiri, sambil mengangkat bangku yang diduduki Yue. bangku tersebut memiliki ukuran panjang dan nenek tersebut mengangkatnya, meskipun hanya sebentar tapi kekuatan fisik nenek itu berubah drastis, yang tadinya seperti kesulitan bergerak.
"penglihatan nenek juga menjadi tajam dan indra nenek juga seperti sedia kala ! Nenek juga sepertinya bisa melawan petualang sialan tadi."
kemudian pembicaraan menjadi sedikit serius karena Yue menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan petualang tadi.
"Nek, apakah nenek selama berdagang selalu diganggu mereka?"
Nenek tadi lansung menatap arah jendela dan kedua tangannya diletakkan diatas lutut. "Iya, sebelum nenek bertemu dengan pria yang kita bicarakan ini, nenek selalu dibuat rugi sama mereka...tapi kala itu nenek tidak bisa melawan....iya nenek anggap saja bersedekah karena nenek juga sudah tua."
"Tapi nenek sudah sekuat ini, sudah pasti kalau mereka kembali nenek hajar !"
Yue tertawa kecil dan meminum sedikit teh yang diberi oleh nenek. Kemudian dia berdiri dan sedikit menunduk kepada nenek. "Nek... saya pamit ya, terima kasih sudah mau berbicara...hehe saya hanya penasaran dengan pria tadi..."
Nenek tadi lansung tersenyum lebar dan menempelkan pipi kirinya dengan tangan kiri dan sedikit mengejek Yue.
"Ohhh~ hehehe, enaknya masa muda..." nenek tadi tersenyum sambil melihat Yue.
"Ah nenek bisa aja, saya pamit ya nek. Maaf ngerepotin nenek..." Yue yang pamit.
"ah ngga, malah kamu yang nolongin nenek, nenek yang harus terima kasih. Terima kasih Yue, semoga beruntung dalam perjalanan kamu !" Nenek tadi menjabat tangan kepada Yuexia dan Yuexia akhirnya pamit pergi.
Sedangkan posisi Izagiri, Rayy, dan Shinobu. Mereka masih dalam perjalanan menuju rumah, Kondisi Shinobu masih belum sadarkan diri dan Rayy terus memegang mata kanannya.
Izagiri melihat Rayy yang mendadak keringat dingin. Rayy terus menerus menarik nafas dan menghela nafas, nafasnya semakin tidak beraturan karena dia mengingat mimpi buruknya.
Izagiri kemudian pindah kebelakang dan melihat kondisi Rayy yang semakin berkeringat, kemudian dia melihat mata Rayy yang seperti sedikit ketakutan.
"Oi... Rayy" Saat Izagiri memanggil Rayy, Rayy menoleh ke arah Izagiri dengan mata yang sedikit melotot dan rasa panik, khawatir serta cemas mulai menghantui pikiran Rayy.
"Misha....Shinobu.....dan aku...Mati akan mati" Izagiri sangat terkejut mendengar apa yang dibicarakan Rayy, kemudian dia duduk sambil menatap Rayy dengan serius.
"Apa maksudmu Rayy...?" Izagiri dengan nada suara yang sedikit berat.
Rayy menggeleng kepalanya, dan terus membulatkan matanya, dia mulai resah, panik dan ketakutan mulai menghantuinya. kemudian Izagiri memegang kepala Rayy dan memaksa Rayy melihat matanya, dia melihat Izagiri dengan tatapan yang panik.
Kemudian Izagiri membenturkan kepala Rayy dengan kepalanya, dan melakukannya sekali lagi dan lebih kuat, kepala Rayy mengeluarkan darah dan Izagiri juga. Kemudian Izagiri memegang kepala Rayy dengan kuat dan menatapnya dengan tatapan tajam.
"Rayy.... dengarkan aku baik baik. Misha, Shinobu, dan kau. Tidak akan mati, meskipun harus mengorbankan banyak nyawa yang ada didalam tubuhku. Aku tidak akan membiarkan kalian mati." Izagiri menatap serius kearah Rayy dan Rayy mulai memenangkan pikirannya.
Kemudian Rayy bersandar didinding mobil dan mengatur nafasnya kembali, kemudian dia menoleh kepada Izagiri dan bertanya kepadanya.
"Izagiri.... seumpama mimpi itu nyata, dan aku harus bertarung mati matian....apa yang kau lakukan jika diposisi itu ?" Rayy menatap Izagiri.
"Bertarung sampai aku hanya menyisakan tulang dan gigi." Izagiri menatap jendela mobil dan melihat pemandangan luar.
Rayy belum mengerti maksud Izagiri dan Izagiri juga tak banyak berkata apapun kepada Rayy tentang hal yang dia sebutkan barusan.
"Apa maksudmu....?" Rayy mulai bertanya.
Izagiri mulai menjelaskan, bahwa kehilangan tangan dan kaki bukan menjadi masalah baginya dan tidak menghentikan dirinya untuk bertarung.
"jika itu keinginan yang ingin kau lindungi. Lindungi meski nyawamu yang harus menjadi taruhan" Izagiri melirik sedikit kearah Rayy.
"jika Reze diposisi Shinobu, dan hanya kau yang menjadi harapannya, pastinya kamu akan melindunginya bukan?"
"iya..." Rayy menjawab.
"sama halnya dengan mimpimu itu, tergantung keinginanmu untuk melindungi sesuatu, seharusnya kematian bukanlah hal yang harus kamu takuti."
Rayy menatap Izagiri dan mulai teringat sesuatu yang membuatnya sadar, bahwa apa yang dia pikirkan dan cemaskan itu juga belum tentu terjadi. Kemudian dia mengepalkan tinjunya dan mulai menatap serius.
"aku akan melindungi apa yang ingin kulindungi, apapun caranya...meski nyawa taruhannya." Rayy dengan tatapan serius dan Izagiri tersenyum menyeringai melihat ekspresi wajah Rayy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sintikhe Iona Stories
😍😍😍😍
2024-07-25
0
Fadillah
Kukira masih panjang hwhw ternyata sudah di akhir:'3, di tunggu nextnya🔥🔥
2024-07-25
2
Fadillah
Kekuatannya mirip inumaki🔥🔥
2024-07-25
0