Jadi hanya dengan tanaman dan kayu ini?
Terlihat Wiro sedang mengamati tempat kejadian perkara di sekitaran pilar. Didampingi Giro yang berdiri disampingnya. Berdasarkan penjelasan Giro, Wiro memahami apa yang terjadi tidaklah sulit. Trik ini memang sangat sederhana, namun cukup efektif. Wiro mengamati cukup teliti dan detail, mulai dari pilar yang pecah sampai kepada ujung tali yang lain disisi candi.
Wiro terlihat serius, "kita tidak bisa menghadapinya dengan gegabah."
"Benar, dia cukup licik." balas Giro.
Sebenarnya dari pertarungan 43 sebelum ini mereka sudah menyadari kalau dia memilki strategi perang yang cukup baik. Walaupun begitu 43 tetap menghadapi lawannya head on. Begitu juga dunia didalam klan mereka, tidak ada yang benar atau salah, hanya yang kuat berada pada posisi benar. Selama ada perselisihan selalu diselesaikan diatas ring, hidup berarti benar sedangkan mati berarti salah.
Bersembunyi dan memakai pengalihan walaupun lawan hanya satu masih berada diluar pemahaman mereka, setiap pejuang memiliki harga diri yang harus dipegang. Satu hal yang pasti, dia akan menggunakan segala cara yang dia bisa untuk mencapai tujuan. Bagi mereka 43 mungkin lebih kurang sama dengan monster liar namun berakal.
"Dia tahu aku sendiri, kenapa tidak menyerang? takut?" Giro berspekulasi.
Wiro tersenyum, "takut? dia bahkan bisa lepas dari genggaman Kolosus."
"Lalu?" Giro penasaran.
Wiro mulai serius dan berkata, "dia tidak memiliki banyak informasi tentangmu, sepertinya dia sangat berhati hati."
Giro mengangguk, "ehmm, ada benarnya juga."
Sampai ditepi danau mereka juga menemukan hal yang sama. Mungkin bagi kebanyakan orang ini perangkap memiliki 2 pengalihan, tapi dari pemahaman Wiro memang ada 2 pengalihan, namun ada 1 lagi pengalihan psikology dalam trick ini. Pada trick yang pertama dengan hilangnya piala, membuat seseorang berasumsi bahwa dia ditipu dengan kecolongan piala yang berada pada lawan arah trick pertama, membuat lawan tidak tenang dan bertindak tergesa gesa. Akan menjadi masuk akal untuk mengejar musuh dalam arah yang berlawanan.
Dari situ akan digiring ke trick yang kedua, mengetahui bahwa tertipu lagi pada trik yang kedua dibuktikan dengan nampak jelas tali dan batang pohon ditepi danau. Tidak perduli diarah mana, yang pasti asumsinya 43 berada disisi lain sedang mengambil kesempatan atas trick mengulur waktu miliknya dan pihak tertipu persis berasumsi begitu. Oleh karena itu Giro memacu kecepatannya diarah lain, bagi dia 43 akan ada disisi berbeda manapun selain ditepi sungai itu, sekali lagi dengan asumsi 43 membeli waktu dengan trik kedua ini.
Kesimpulannya Giro menganggap 43 tidak mungkin ada disekitar trick 2 ini, begitu juga 43 menganggap Giro berpikir seperti itu, dengan tetap di tempat trik kedua berada merupakan tempat aman untuk jalur melarikan diri.
Mereka cukup beruntung dengan segala pengaturan rumit piala ini. Terutama pembatasan kalau piala hanya bisa berada dalam lingkup pulau. Bayangkan saja jika hal itu tidak ada, harus mencari seluruh arena dalam kurun waktu 3 jam? 1 hari saja kalau bisa ketemu sudah tergolong beruntung. Kelihatannya piala ini merupakan peluang, namun sebenarnya adalah umpan.
Jika saja mereka berlima berkumpul bersama dan menunggu 43 mengambil umpan, mungkin sudah dari awal 43 kalah telak. Caesar Jata sudah mengaturnya sedemikian rupa, apa daya tidak ada yang mengerti arti sebenarnya.
Wiro bangkit berdiri, "kita masih berada disini, otomatis dia baik baik saja."
"Tidak butuh waktu lama bagi dia untuk pulih." Pungkas Giro.
"Kamu akan tetap disini? kita bisa tahu jika piala menghilang lagi" kata Wiro.
"Benar, tapi dia bukan benda mati. Walaupun tetap dalam pulau jika dia terus bergerak akan sulit untuk menemukannya." Jawab Giro.
Mengucap perpisahan Wiro mulai bergerak keluar pulau, sedangkan Giro kembali ke candi. Wiro cukup peduli dengan kawan, dialtar ada beberapa buah tergeletak.
:::::::::: Padang Rumput ::::::::::
Sesaat setelah langit dan hari mulai cerah, mereka bertiga mulai angkat kaki menuju sarang singa. Seperti apa yang telah disepakati sebelumnya, mereka berniat menumbangkan singa penjaga terlebih dahulu. Setidaknya mereka memiliki keyakinan akan kehadiran Sura disisi.
Selangkah lebih dekat kehadiran mereka sudah disadari oleh singa, bagaimanapun juga mereka tidak menutupi aura miliknya. Melirik satu sama lain Raka dan Kana sama sama mengangguk dan mulai melangkah lebih dekat, Sura berada pada posisi lebih kebelakang. Sedangkan Singa sudah berada dalam posisi siaga siap bertempur.
Raka dan Kana menghimpun cakra dalam tubuhnya, seperti biasa Raka menampilkan armor energi sedangkan Kana menyelimuti palu serta perisai miliknya. Bersamaan mereka maju menyerang singa, tidak diam saja singa ikut maju menyambut mereka. Seolah olah dia merasa ini menjadi pertempuran yang besar, oleh karena itu dia tidak mau merusak harta miliknya disarang.
Mengaktifkan palu energi Kana memulai serangan pertama, diikuti Raka dari samping menggunakan cakar. Singa cukup percaya diri menghadapi serangan palu dengan menggunakan cakar. Walaupun singa tidak memiliki akal, namun instingnya mengatakan lain. Jika sebelumnya dia bisa memukul mundur Kana hanya dengan cakar namun kini mereka cukup seimbang. Belum lagi Raka datang dari samping mengincar tubuhnya, mundur merupakan pilihan terbaik saat ini bagi singa.
Merasa diatas angin Raka dan Kana terus melancarkan serangan, kekuatan, kecepatan, pertahanan cukup seimbang diantara mereka. Dikarenakan 2 versus 1 posisi singa menjadi terpojok. Walaupun begitu tidak ada kata mundur dimatanya. Raka dan Kana baru saja bergabung dalam waktu dekat ini, karena itu koordinasi mereka masih jauh dari sempurna. Mengambil celah itu singa dapat menetapkan posisinya diantara mereka.
Melompat mundur singa dengan singkat menghimpun energi. Singa menembakan puluhan bola energi tanpa henti kearah mereka. Menghadapi serangan itu Raka dan Kana membentuk pertahanan dari energi mereka.
BOOMMM! BOOMMM! BOOMM!
Ledakan demi ledakan terjadi, debu bertaburan membentuk kabut mengepul dengan banyak semak semak bertaburan diudara. Seiring waktu debu mulai memudar, tapi tatapan singa tetap tajam. Terlihat Raka dan Kana masih dalam posisi semula dalam kondisi baik baik saja.
ROOAARRRRR!
Kemarahan terlukis diwajah singa, setelah mengaum singa melompat dan menyerang dengan brigas sekali lagi. Disisi lain terlihat sepasang mata memantau dari balik rumput. Sudah cukup lama 43 menjadi cacing dan mengamati pertempuran mereka. Sambil terus bergerak disemak dan rumput 43 mencari posisi yang tepat untuk terus mendekat, namun berlawanan arah dengan arah pertempuran mereka. Jika sampai terjebak diantaranya kan tidak lucu sama sekali.
Mereka berdua cukup mampu menghadapi kucing garong itu!?
Kenapa perlu ada orang ketiga?
Jadi penonton apa jadi juri?
Jangan bilang cuma sok sokan depan cewe, supaya maco gitu!?
Cih! dasar bocil bucin!
Pertempuran terus berlanjut, malah semakin intens. Sepertinya kedua belah pihak habis habisan menggunakan semua yang mereka punya dalam pertempuran ini. Jika saja mereka menghemat energi, ada kemungkinan bisa berlarut sampai malam tiba. Dibalik itu mereka benar benar terlalu fokus, sampai sampai tidak menyadari ada orang lain yang sedang mengintai.
Tidak banyak pergerakan yang dilakukan Sura, masih tetap dengan wajah serius tampak sesekali mengayunkan tongkat sihir miliknya. Berada pada posisi belakang yang aman, Sura terlihat sebagai pengamat yang memantau jalannya pertempuran. Senyum melingkar dibibir, apa yang diharapkan sepertinya akan terwujud dalam waktu dekat.
Walaupun 43 terus bergerak menuju sarang singa sambil mengamati jalannya pertempuran, tindakan yang dilakukan Sura tidak lepas dari matanya. Awalnya bagi 43 itu masih biasa biasa saja, mungkin tongkat sihir ditangan hanya buat jaga jaga jika terjadi hal yang diluar prediksi. Semakin sering Sura mengayunkan tongkat semakin aneh di mata 43. Mengingat kembali diskusi yang dilakukan mereka sebelum ini, 43 mulai kepikiran.
Tidakah mereka gagal pada pertama kali?
Sekarang mereka berada diatas angin?
.
.
.
Yarabana!
jangan bilang dia tipe support!
Seperti tercerahkan, semua hal yang janggal kini terkuak. Singa tidaklah lemah hanya telah dilemahkan, begitu juga Raka dan Kana sebaliknya. Mereka tidaklah lebih kuat dari dari singa hanya saja sekarang telah diperkuat. Pantas saja Sura tidak ikut terlibat dalam pertempuran secara langsung.
Rencananya ada dua hal yang ingin dicapai 43, yang pertama sama seperti Raka dan Kana yaitu mencari tahu apa yang dijaga oleh singa, yang kedua menyelesaikan Raka dan Kana saat mereka terpuruk setelah pertempuran. Seperti kata orang 'sekali dayung dua tiga pulau terlampaui'. Namun rencana pertama yang dapat dilakukan saat ini, yang kedua terpaksa ditangguhkan dan jika ada peluang tidak ada salahnya memulai. Melihat singa yang semakin terpuruk 43 mulai mempercepat langkah menuju sarang.
Terus bergerak seperti cacing terkadang 43 melirik sedikit. Tidak sulit menentukan posisi kasar sarang singa, dilihat dari posisi awal dia berada serta kemana arah pertempuran dibawa. Yang pasti sarang itu berada dibelakang singa dalam posisi yang aman. Tidak jauh dari situ 43 melihat ada sebidang tanah lapang selebar 3 meter. Tujuan pasti telah ditemukan, 43 bergerak memacu kecepatan merangkaknya.
Sampai ditujuan terlihat ada satu tanaman seperti bunga yang belum mekar, masih dalam bentuk kuntum. Ukuran kuntum sebesar kepalan tangan pria dewasa dihiasi kelopak berwarna merah pekat seperti api. Agak mirip seperti bunga teratai yang baru mau mekar. Hanya ada satu satunya disini, jadi tentu saja mencurigakan. Disamping bunga ada tablet batu pipih persegi empat dengan setiap sisi lebih kurang 20 cm. Diatas tablet batu ada ukiran tulisan.
"AKULAH RAJA ABADI, BERTEMAN MATAHARI, BERSAHABAT BUMI DAN BERSAUDARA SAMUDERA. KETIKA MATAHARI MELUPAKANKU AKU KEHILANGAN ARAH, KETIKA SAMUDERA MENJAUHIKU AKU MENJADI LAYU DAN KETIKA BUMI MENINGGALKANKU AKU MENJADI HAMPA, HIDUP TANPA MEREKA MEMBUAT AKU TERJEBAK DALAM DUNIA MIMPI"
Apakah 43 pusing kepala melihat teka-teki ini? tentu saja iya. Tapi hal pertama yang muncul dikepala adalah mengumpat Ceasar. Kenapa harus membuat rumit keadaan, tidak bisakah langsung ke intinya kemana harus mencari ini artefak. Kenapa juga harus pakai teka teki begini. Segala macam hewan maupun penghuni neraka keluar dari pikiran 43 kepada Caesar.
Awalnya 43 tidak berniat memetik bunga, dia mengkhawatirkan jika bunga terpetik maka masa hidupnya mungkin tidak panjang. Belum lagi dia tidak terlalu mengetahui kegunaan bunga ini. Namun sesaat tangan menyentuh kuntum bunga, 43 merasa ada sesuatu didalam kuntum itu. Mencoba menekannya dengan jari beberapa kali, ternyata benda yang ada didalam cukup keras. Berjudi dengan pilihannya 43 menganggap yang penting mungkin sesuatu yang ada didalam kuntum ini, dengan spekulasi apa yang dibutuhkan untuk menemukan artefak adalah sesuatu yang berada didalam kuntum.
Keputusan sudah bulat, tanpa menyisakan apapun 43 bahkan mencabut bunga sampai keakar-akarnya, jika menyisakan batang bunga tentu akan menimbulkan pertanyaan nanti, keberadaan bunga ini mungkin bisa terekspos. Sedikit merapikan tanah 43 menutupi jejak keberadaan bunga ini. Untuk tablet batu 43 tidak berniat untuk mengambilnya juga. Bagaimanapun yang mengetahui keberada bunga dan tablet hanya singa dan 43 saat ini. Raka, Kana dan Sura tidak mengetahuinya. Dengan meninggalkan tablet batu 43 mengarahkan persepsi mereka bahwa disini hanya ada petunjuk saja yaitu tablet batu. Kalau sampai kosong sama sekali tentu malah mencurigakan.
Merasa sudah menghafal lengkap petunjuk tadi 43 mulai angkat kaki dari sarang. Bergerak ke arah yang berlawanan dan menjauh dari mereka semua. Begitu sampai dibatas hutan tropis 43 akan menghilang tanpa jejak.
BOOMM! BOOMM! BOOMM!
Pertempuran terus berlanjut, namun akhir sudah mulai terlihat. Diawal terlihat megah kini singa tampak memprihatinkan. Ada banyak luka disekujur tubuh, bahkan untuk bergerak saja kaki sudah mulai gemetaran.
hos... hos... dia sudah mencapai batas, cepat selesaikan!
Melirik satu sama lain Raka dan Kana kini mulai bergerak. TIdak hanya singa yang kondisinya sudah menurun, Raka dan Kana juga terlihat lelah. Pasokan energi yang melapisi palu dan perisa sudah mulai pudar, sedangkan armor energi Raka hanya cakar yang tersisa. Namun mereka berdua masih memiliki serangan akhir, penghabisan semua energi yang dimiliki.
BOOOOMMMMM!
Singa tergeletak ditanah tidak bergerak, Kana merebah dirumput, Raka terjongkok dengan satu lutuh dan Sura terduduk ketanah. Banyak cakra maupun mana yang terkuras dalam pertempuran ini, namun hasil tidak mengecewakan. Jika hanya itu harga yang harus dibayar, bagi mereka tidak ada masalah sama sekali.
Mereka terdiam sejenak diposisi masing masing dalam kurun waktu tertentu, guna mengembalikan stamina dan memulihkan sedikit energi. Merasa sudah cukup, bangkit berdiri dan memeriksa bangkai singa. Sedikit memperhatikan, namun tidak ada hal penting yang bisa diambil dari bangkai ini kecuali dagingnya saja. Walaupun begitu tidak ada niat dalam benak mereka untuk makan bangkai singa itu, sebagai bagian dari menghormati lawan karena upaya dia dalam pertempuran. Malahan mereka berniat menguburnya dengan layak ditempat. Namun sebelum itu ada satu hal penting yang harus mereka periksa.
"Bagaimana?" Sura menghampiri mereka berdua.
"Tidak tau, paling tidak kita ada petunjuk" pungkas Kana.
Raka terlihat serius dan bingung, "sebentar, aku juga tidak terlalu paham. Lebih baik kita bawa tablet dan tanyakan kepada Giro atau Wiro."
Sura mulai kepikiran sesuatu, "benar juga, kita harus merapikan tanah disekitar supaya 43 tidak menemuinya. heheh..."
"Pintar juga, biar nyahok itu orang, wkwkwkw..." sambut Kana sambil tertawa.
"Wkwkwkwk...." Raka juga ikutan tertawa.
Tidak perlu banyak usaha untuk mengambil tablet kecil ini, setelah merapikan sekitar mereka mulai beranjak menuju hutan tropis. Mengisi perut dan istirahat sejenak adalah apa yang mereka butuhkan. Lebih kurang sejam sudah berlalu sejak mereka memulai pertempuran. Namun mereka tidak mau berhenti terlalu lama, jika harus berhadapan dengan 43 dalam kondisi ini? kalah adalah hasil yang wajar. Karena posisi Wiro tidak diketahui satu-satunya pilihan adalah menuju pulau tengah. Paling tidak mereka bisa menanyakan teka-teki ini kepada Giro, belum terlambat juga untuk mencari Wiro jika sudah pulih benar.
:::::::::: Disisi Lain Hutan Tropis Beberapa Waktu Yang Lalu ::::::::::
Srek! Srek! Srek!
Satu demi satu kelopak bunga jatuh ketanah, sampai kepada kelopak tertentu inti kuntum mulai terlihat. Bentuknya bulat seukuran bola pimpong. Memiliki kulit keras yang mengkerut berwarna abu abu. Sekilas tidak ada sesuatu yang unik, malahan terlihat seperti batu bulat. Terdiam sesaat 43 merenung sambil terus memandangi. Seketika 43 mulai mendekatkannya ke mulut.
Slurp!
Agak asin!?
Terlintas ide dalam kepala 43 untuk menelannya saja. Mungkin akan ada pencerahan jika masuk dalam perut. Kalau tidak terjadi apa apa tinggal tunggul keluar saja pas boker. Mungkin rasanya berubah nanti. Namun segera 43 buang jauh jauh pikiran terpintarnya itu. Berimajinasi berlebihan memang merepotkan. Pikiran itu segera buyar ketika 43 mendengar langkah kaki memasuki hutan. Mengocek bola 43 melangkah melihat situasi.
Terlihat Sura, Raka dan Kana sedang berjalan didalam hutan. Mereka asyik mengobrol satu dengan lainnya tanpa mengetahui keberadaan 43. Akibat pertempuran yang melelahkan mereka memutuskan instirahat sejenak.
Hehehe, kata orang biar kabur kalau dah jodoh tidak akan kemana mana!
Dengan tenang dan santai 43 mulai mengikuti kemana mereka melangkah. Tentu saja 43 tahu kondisi mereka seperti apa, namun ada perasaan kecil yang tidak menyenangkan tersemat dihati. Baginya ini terlalu mudah, ada belasan skenario yang dimainkan di kepala dan semuanya berjalan mulus dengan kemungkinan menang cukup tinggi. Namun ada satu variabel yang masih belum jelas, terkait kemampuan Sura. Jika memang dia tipe support lalu kenapa dia dihadirkan dalam kompetisi yang kemungkinan 1 versus 1. Hanya ada satu kesimpulan, dia seharusnya memiliki monster pemanggil atau sejenis untuk garis depan.
Untuk sementara waktu 43 memutuskan melihat kondisi dan terus mengikuti mereka dari balik bayang. Konsentrasi 43 benar benar terbagi saat ini, disatu sisi mengawasi mereka bertiga, disisi lain tulisan dalam tablet batu. Selain dari ide gila tidak banyak yang bisa dipikirkan saat ini, bahkan ada kemungkinan untuk terus menjelajahi demi mencari petunjuk.
Harapan 43 dengan terus mengikuti mereka adalah mereka dapat memberikan informasi lebih mengenai teka-teki ini. Beberapa menit telah berlalu, ada beberapa diskusi yang mereka lakukan namun lebih banyak ke obrolan tidak jelas. Pada akhirnya mereka juga berharap pada Giro dan Wiro untuk memecahkan teka-teki ini.
Beberapa menit telah berlalu, mereka masih terlihat santai. 43 harus segera membuat keputusan, menghajar mereka sebelum pulih benar atau harus menunggu mereka pulih dan menemui Giro atau Wiro. Disatu sisi harus menunggu peluang untuk mendapatkan informasi yang tentu saja belum tentu akurat, dilain sisi apakah harus membuang kesempatan untuk dapat mengurangi jumlah lawan.
Terdiam sejenak dan mulai mengatur nafas, akhirnya keputusan telah ditetapkan bahwa dia harus menyerang. Pilihan yang terbaik bagi 43 adalah memisahkan dulu Sura dari Raka dan Kana atau sebaliknya. Berjongkok disemak 43 siap menerkam kapan saja. Posisi Kana sedang duduk bersandar dipohon sedang tertidur, disampingnya Raka sedang berdiri sambil bersandar dipohon memandangi tablet batu, tidak jauh disekitar Sura sedang mengumpulkan buah. Melirik ke Sura kemudian mengalihkan pandangan ke Raka dan Kana.
Whuzzzz!
Melompat dari semak dengan cepat bergerak ke arah Sura, 3 meter lagi mendekati Sura tangan bergerak dan melemparkan tongkat sepanjang 3o cm berwarna abu abu kearah Raka. Tersentak kaget Sura membuang buah ditangan dan mencoba meraih tongkat dipinggang sambil mundur menghadap 43. Namun 43 jauh lebih cepat, tiba didepan Sura sebuah pukulan telak mengenai perut.
KEUKKK!
Rasa mual dan nyeri menerpa perut Sura, tidak sampai disitu tinju tadi ditarik setengah lengan. Kini pukulan ditujukan ke dagu Sura.
Pangg!
Sedikit terangkat keatas, pandangan Sura menjadi gelap dan tampak mulai linglung. Memutar badan sedikit, dengan tumit kaki 43 mengarahkan tendangan ke sisi perut dan melempar Sura kesamping.
Bangg!
Beberapa detik sebelumnya Mata Raka menangkap ada benda terbang kearah dia. Takut terkena tongkat terbang, tangan kiri Raka yang sedang memegang tablet batu ditarik kesisi, tangan satunya lagi bersilang dimuka menangkap tongkat.
Tongkat berhasil ditangkap Raka, namun tidak disangka tongkat ini sangat berat. Tidak siap dengan beban ini, tangan yang menangkap tongkat kini terturun. Begitu lengan mulai turun, pandangan kedepanpun mulai jelas. Saking jelasnya tampak telapak kaki terbang ke arah muka Raka.
Bang!
Tendangan tadi menyandarkan kepala Raka ke badan pohon. Diteruskan dengan pukulan ke hulu hati dan akhirnya mendarat didagu.
Raka terkapar ditanah. Sedangkan untuk Kana, pada saat tendangan ke muka Raka sebenarnya Kana sudah mulai tersadar bangun. Namun karena tidur belum juga lama dengan letih yang berlebihan tubuhnya terasa kaku. Untuk sesaat kana tidak bisa mengontrol tubuh seutuhnya. Hanya pasrah menyaksikan Raka yang sudah terkapar ditanah, bahkan keberadaan Sura tidak terlihat dimana mana.
Senyum jahat terukir dibibir 43, tongkat kini sudah ditangan. Berbekal kedua tangan 43 siap memangkong Kana dengan tongkat kearah muka. Begitu tongkat hendak diayun 43 merasa ada sesuatu dibelakang dirinya. Seketika serangan dihentikan dan mulai merunduk.
Whuuzzz!
Ada sesuatu yang melintas diatas kepala, menoleh kesisi tampak tongkat berwarna emas disana. Tongkat emas sempat terhentik sebentar dan kini berayun kembali mengintai perut 43. Mengetahui kemana arah serangan 43 melintangkan tongkat didepan dada mencoba menahan tongkat emas.
Pangg!
Tongkat emas terhenti disana, kesempatan bagus buat 43 bergerak mundur dan menjaga jarak aman. bangkit berdiri 43 mulai menatap Wiro dikejauhan, terlukis kekecewaan diwajah saat ini. 43 juga terlihat tidak senang, kalau Wiro bisa berada dibelakangnya hampir tanpa dia sadari.
"Maaf telah mengecewakanmu!" 43 tersenyum sinis.
"Ceh, Kana bangunlah! temukan Sura." perintah Wiro.
43 tidaklah tuli, dengan tongkat ditangan berdesut mengarahkan serangan ke Kana. Namun Wiro tidak tinggal diam dan mulai menghalangi.
Tidak semudah itu, kamu harus menyelesaikan aku terlebih dahulu!
43 berniat menyelesaikan Kana namun Wiro benar benar ada diantara mereka. Setiap kali berusahan menyelinap, Wiro selalu ada didekat bagai bayangan. Kecepatan Wiro tidak sebanding dengan 43, namun kelincahannya cukup tinggi. Bermanuver sana sini dengan pohon disekitar, Wiro bagai penyengat yang tidak tertangkap. Merasa tidak bisa menyelinap 43 memutuskan fokus dengan Wiro saat ini.
KAMU JUAL AKU BELI!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments