Sejauh mata memandang ada berbagai macam tanaman. Pohon yang tinggi dan rindang, semak belukar beserta rerumputan, bunga maupun buah buahan. Anehnya setiap tanaman memiliki warna tersendiri. Baik itu akar, daun, batang maupun dahan.
Salah satu dahan bahkan memiliki puluhan daun berwarna warni, apalagi dalam satu pohon. Tidak hanya itu, keunikan ini berlaku untuk tanaman lainya. Bahkan daun bunga dan kelopak bunga memiliki warna tersendiri dan tidak ada yang sama.
Walaupun memiliki warna yang hampir sama, tapi ada perbedaan dari kecerahan warna. Contohnya ada daun berwarna merah, yang lain menjadi merah muda, merah darah, merah gelap dan seterusnya. Begitu juga dengan warna lainnya.
Bahkan buah dan batang tanaman juga tidak ketinggalan. Batang tanaman cukup unik dibanding daun dan buah. Disekujur kulitnya ada garis warna mulai dari akar sampai pucuk. Setiap batang tanaman baik itu batang pohon, semak maupun bunga ada ratusan garis warna.
Seperti halnya hutan hujan tropis, kepadatan hutan ini cukup tinggi. Pohon yang menjulang tinggi serta semak semak yang betebaran disana sini. Namun dengan sedikit usaha, hutan ini masih bisa dilewati walaupun tanpa senjata tajam. Ada beberapa celah seukuran badan normal yang bisa dilewati disekitaran semak semak.
Tembusan sinar matahari diantara celah celah pohon rindang yang menjulang tinggi. Aroma segar hutan yang tidak terjamah, buah buah bertebaran, wangi bunga disertai berbagai warna sepanjang mata memandang, menambah kesan mistic yang semakin menjadi jadi. Sesekali bisa didengar suara gemerisik daun yang tertiup angin, namun tidak ada suara lain selain suara Leon, bahkan serangga pun sepertinya mati ditelan bumi. Jejak kekaguman bisa terpancar dari mata dikala memandang ini semua. Sebuah hasil karya yang sangat mempesona.
Woowwww
Kalau bukan karena nyeri dibadan, mungkin aku berfikir ini adalah mimpi!
Terlalu realistis! Terlalu fantasi!
Bentar! Apa aku disurga?
Masih berdiam diri ditepi sungai, otak Leon berkecamuk dengan banyak hal. Sambil berjongkok Leon menatapi permukaan air. Airnya jernih tidak berwarna, bahkan dasar tepian sungai nampak jelas. Akar pohon menjulur ke dasar sungai seperti pohon bakau.
Ini sungai?
Jauh juga sisi seberang ni! dah lah mata minus, haizz
Melirik kekiri dan kanan, Leon terus mengamati sekitar. Sekali lagi dia masuk dalam dilema.
Ini kayak danau lah?
Memutar badan Leon melangkahkan kaki menuju pohon tempat dia terlempar. Dari sekian banyak pohon pada akhirnya hanya pohon ini yang membuat kening Leon mengkerut.
Kenapa kau beda sorang bro? kena campakan ke!
Tengoklah, bahkan disekitarmu tanah lapang dan hanya daun kering yang menemani!
Haizz!
Namun bagiku, kaulah satu satunya pohon normal disini, wkwkwk
Selamat bro, mulai hari ini kau dan aku menjadi sahabat, wkwkwk
Sambil memeluk pohon Leon meneteskan air mata. Bagaimana tidak, hanya pohon ini yang memiliki daun hijau utuh semuanya, dengan batang pohon coklat keabu abu'an. Tanpa garis warna yang aneh aneh, sangat mirip dengan pohon yang dia ketahui dan kenal sepanjang hidupnya.
Leon memutuskan untuk duduk bersandar dipohon itu, dengan kaki kiri ditekukan bersamaan tangan kiri berebah di lutut kiri. tangan kanan berebah di paha kaki kanan yang diluruskan.
Tidak dipungkiri pemandangan ini memiliki keindahan tersendiri. Namun Leon tidak dalam mood bagus. Terpisah dengan teman teman, datang ketempat antah berantah, luka disekujur tubuh, belum lagi kepala masih sedikit pusing akibat terantuk.
Tenggelam dalam lamunannya, jutaan kenangan terlintas dikepala. Keluarga, teman, tempat kerja, makanan favorit, game, dll. Semua tempat dan orang yang memiliki arti penting dihati Leon, silih berganti terbayang dikepala.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Aku berada dimana?
Apakah hanya aku?
Semakin lama semakin jauh Leon tenggelam dalam lamunannya. Bahkan air mata kini mulai menetes.
Dahlah Mengeluh juga ndak ada bagusnya!
Berusaha tegar tanpa ada orang disisi, Leon mulai mengusap air matanya.
Realita ataupun ilusi, pada akhirnya harus aku jalani.
Paling penting sekarang adalah bagaimana bertahan hidup.
Berusaha untuk tegar, bukan berarti Leon bisa menerima semua ini dengan gamblang. Butuh waktu bagi Leon untuk menerima hal yang tiba tiba ini. Terus terpuruk juga bukan karakter Leon. 30 tahun hidup sudah berlalu, puluhan kali Leon mengalami kegagalan. Mulai dari hal kecil maupun besar. Membuat Leon menyadari arti penting terus bangkit berdiri. Terus melangkah walau tahu itu tidak akan mudah.
Akan ada tawa disela sela tangis. Bahkan malam yang kelam masih memiliki rembulan. Itulah apa yang Leon percaya selama ini, dan itu tidak pernah menghianati dirinya. Bangkit berdiri Leon merapakan tangan "plop" sambil memejamkan mata.
Bapa di Surga kedalam tangan-Mu kuserahkan hidup dan jiwa ku. Amin.
Mata Leon terpancar sedikit keyakinan. Pasti bisa melewati semua ini. Yang perlu dilakukan sekarang adalah berusaha dan membuat rencana. Terlintas kenangan akan video bertahan hidup orang orang dihutan rimba dari youtube. Leon juga akhirnya memutuskan membuat perkemahan sementara.
Apa yang menjadi pilihan ku sekarang?
Pertama:
Lokasi dibawah pohon besar cukup lapang. Hanya sedikit berantakan oleh dedaunan. Sangat tepat untuk membuat bivak sementara. Sebelum membuat yang lebih kokoh dan permanen. Belum lagi ini sangat dekat dengan sumber air. Bisa diminum atau tidak, Leon belum tahu pasti. Untuk sementara dia masih memiliki sebotol air mineral yang tersisa.
Kedua:
Rangka dan pondasi bivak bisa didapat dari hutan disekitar. Apa yang direncanakan akan dibuat adalah bivak sederhana, dengan satu pintu dan atap yang mengkerucut kebelakang. Cukup beberapa dahan kokoh, ranting, dan dedaunan untuk atap. Untuk tali Leon masih memiliki sisa sisa taling jangkar dan penambat dari sampan.
Melirik keatas Leon melihat matahari masih tinggi. Tidak tahu pasti bagaimana perputaran waktu disini. Yang pasti dia merasa memiliki cukup waktu untuk membangun bivak.
Melangkahkan kaki kearah semak semak. Leon mulai mencari 2 tiang utama bivaknya. Satu tiang bujur untuk tiang penyanggah atap, yang kedua tiang yang memiliki ujung dahan bentuk V untuk menyanggah tiang atap tadi. Paling tidak ukurannya harus selingkar pergelangan tangan biar kokoh.
Hal berikut yang perlu dicari adalah rangka atap. Minimal 16 tiang kecil selebar 2 jari, 8 sisi kiri dan 8 sisi kanan. Atap dapat menggunakan semak semak maupun dahan pohon dengan daun lebat. Jika ditutup cukup rapat mampu menahan terpaan angin dan air hujan dalam batas tertentu. Beberapa pasak kayu, batu sedang dan tongkat yang dipergunakan sebagai palu. Seiring berlalunya waktu semua bahan sudah terkumpulkan.
3 langkah dari sukun Leon menamcapkan tiang kayu V, tacap dan goyang sedikit berulang hingga lubang yang diinginkan cukup terbentuk.
TOk TOk TOk...
Keempat sisi pangkal tiang dipasang pasak untuk memperkuat pondasi. Meletakan tiang utama atap di ujung cabang V, diterikan dengan tali untuk memperkuat. Selanjutnya meletakan rangka atap, 8 sisi kiri dan 8 sisi kanan. Gunakan semak dan dahan pohon berdaun untuk alas bivak dan atap. Bundel kan beberapa semak untuk pintu depan.
wolaahhh! instana ku idamanku wkwkwk
cukuplah begini untuk beberapa hari, wkwkwk
Melihat hari sudah mulai senja. Leon meletakan ransel dalam bivak. Melangkah ke tepian danau untuk membasuh badan serta luka disekujur tubuh. Menelan roti terakhir dengan beberapa teguk air. Rasa lelah mulai menerpa. Leon memutuskan untuk tidur lebih awal hari ini.
:::::::::: malam hari ::::::::::
Sebuah cahaya seukuran buah kedondong terlihat muncul dari arah semak semak disisi hutan. Mulai terbang mendekati bivak. Berputar beberapa kali mengitari pohon, cahaya itu berhenti di bivak. Terbang kiri dan kanan depan pintuk bivak seakan tertarik dengan apa yang ada didalam. Masuk dan melayang didalam bivak, sebuah cahaya sepertinya memperhatikan Leon yang tertidur.
*'%'@%''
*'%'@%''
Cahaya itu mulai berbicara dengan bahasa tertentu. Tersentuh cahaya membuat mata Leon terkedut sedikit.
euhh...
*'%'@%''
Perlahan membuka mata. eeuhh... Leon melihat cahaya yang menyilaukan. Menggunakan telapak tangan untuk menghalangi cahaya. Melihat seberkas cahaya dengan mata sipit. Ada segudang pertanyaan dikepala. Belum lagi Leon tidak memiliki tidur yang cukup. Harus terbangun tiba tiba, tentu saja membuatnya sedikit linglung.
"Huh?" Leon mulai bingung.
*'%'!@''!%''
Menggunakan jari telunjuk, Leon coba menyentuhnya... Bzzz...
"Alamakk!" Leon tersentak kaget.
Ujung jari Leon tersengat listrik. Ini bukanlah tegangan tinggi, sangat mirip dengan sengatan dari korek listri. Walaupun kecil tetap saja membuat Leon terkejut.
*'%'*'.....
"***!" Leo memaki sambil mengambil ranting.
"Whuss whuss...pergi Sono..." Leon mengayunkan ranting serta berteriak.
Cahaya menghindar ke kiri dan kanan. Baginya, apa yang dilakukan Leon terlihat sangat lambat. Mudah sekali untuk dapat dihindari. Saking kesalnya Leon mencoba memukul membabi buta. Memiliki ruangan yang sempit. Leon berfikir, satu serangan pasti kena, dari belasan pukulan yang dilancarkan.
Prak!
ujung ranting Leon patah saat menghantam cahaya itu. Merasa kurang yakin, Leon mengambil ranting lain dan mencoba memukul lagi. Kali ini cahaya hanya diam, terlihat malas untuk menghindar. Seperti sebelumnya, ranting Leon patah lagi. Namun kali ini Leon melihat dengan jelas bahwa ada semacam pelindung bundar di sekitar cahaya. Terdiam sebentar Leon merasa linglung. Mengambil kesempatan dengan terdiamnya Leon, cahaya itu menyetrum jari Leon yang memegang ranting.
"Awwww... asem!" Leon meringis kesakitan.
Leon lari menerobos bivak dari sisi belakang. Terdapat beberapa luka gores akibat tindakannya itu. Mengambil langkah mundur Leon mulai berbalik arah untuk kabur. Tanpa disangka cahaya sudah berada didepan mukanya. mendadak kanget, Leon melompat mundur 2 langkah.
"Yang benar sikit?" gumam Leon.
Mengambil selangkah mundur dengan pelan sambil memperhatikan cahaya itu. Leon mempercepat akselerasi nya untuk mundur dan berbalik. Sekali lagi cahaya itu sudah didepan muka dan menyentuk jidatnya.
bzzzz.... Leon pingsan.
:::::::::: Beberapa waktu kemudian ::::::::::
Mata mulai terbuka perlahan. Sedikit pusing dikepala, Leon mencoba bangkit berdiri. Lagi lagi mata itu harus melihat hal hal baru.
"Tenanglah, duduk saja dulu." seseorang yang duduk dibatang kayu menghadap api unggun berbicara kepada Leon.
Tampak seorang pria dewasa berongos dengan rambut merah. Memiliki jubah seperti ponco, menutupi semua tubuhnya kecuali kepala. Melirik kearah Leon sedikit kemudian kembali menatap ikan bakarnya. Lirikan itu membuat Leon merinding, tatapan matanya begitu tajam dengan bola mata mirip reptil berwarna kuning emas. Sekilas tampak tanduk ditengah jidat berwarna hitam pekat.
Sambil terus membolak balik ikan bakar. Pria itu mempersilahkan Leon untuk duduk didekat api unggun ini. Memperbolehkannya mengambil satu tusuk ikan bakar dari 8 tusuk yang ada. Dikasi ataupun tidak, Leon tidak terlalu mempersoalkannya. Apa yang menjadi masalah adalah pria ini. Sambil mencoba duduk otak Leon berputar.
"Dia siapa?" tanya Leon dalam hatinya.
Pertama :
Tatapan garang dengan muka sangar berongos bertanduk lagi. Tapi aku tidak merasa apapun yang aneh kecuali tatapannya yang tajam, hanya itu yang mencurigakan. Tidak seperti kisah didalam novel fantasi kalau karater utama pasti bisa merasa ada aura sesuatu gimana gitu.
Kedua :
Apapun mahluk itu, kalau dia makan ikan otomatis dia bukan herbivora. Beradu dengan cahaya saja aku sudah bonyok. Apalagi dia yang bahkan cahaya itu berputar disekitar dengan tenang bagai penjaga. Apa aku bagian dari menu dia? dia beri makan aku sampai gendut lalu disembelih gitu?
Ketiga :
Dia pasti bukan manusia, tapi kenapa bisa mengerti dan fasis bahasa bumi. bahkan bahasa indonesia, bukan bahasa inggris. Jangan katakan punya kekuatan untuk baca pikiran. Seperti telepati, lalu bisa berbicara dengan aku. Aku terlalu tua untuk percaya hal-hal begitu. Walau lingkungan disini sudah sangat aneh menurutku.
Masih berseteru dengan lamunan. Tangan Leon tampak sigap menyambar ikan bakar. Gigitan pertama bahkan membuat keningnya mengkerut. Daging ikan ini begitu kenyal seperti daging sapi setengah matang. walaupun begitu rasa manis dan segar masih mengimbangi kenyalnya daging.
"Jangan terlalu banyak pikiran, bagaimanapun juga yang orang asing disini adalah kamu bukan kami." pria itu angkat bicara.
"Kami?" tanya Leon.
"Aku dan cahaya ini. Jadi kamu siapa?" jawab pria itu sambil menunju ke arah cahaya.
"... Aku Leon dari Indonesia." pungkas Leon.
"Hahahahaha... kamu jujur tanpa basi basi." kata pria itu sambil tertawa.
Leon terdiam sejenak sambil merenung. Ada niat ingin menjelaskan bahwa benar dia adalah manusia dari bumi. Namun Leon mulai sedikit ragu. "Kamu bisa memanggil aku 43."
Digame manapun Leon main dia selalu menggunakan 43 sebagai simbol nama karakternya. Mengingat dia berada di dunia antah berantah. Leon memutuskan untuk memakai identitas baru.
"Wkwkwkwkwk..." pria itu tertawa keras.
"Caesar.. itu namaku." kata Caesar.
"Kamu beruntung bisa terbawa kesisi ini. jika saja kamu berada sisi seberang! hahahaha... ucapkan selamat tinggal dengan hidupmu yang menyedihkan, hahaha... Yang satu ini (menunjuk ke arah cahaya) bernama Yuna." pungkas Caesar.
!(''!'!@''!'!#'' !!'%'!$''!'!@''
Yuna menyapa dalam bahasa tertentu.
"Hello" sapa 43 tanpa tahu apa yang Yuna katakan.
"Kamu tidak akan bisa mengerti apa yang dikatakannya, ataupun mahkluk lain yang ada. Semua hal yang ada disini masih tidak bisa diterima oleh pikiranmu. Mindset yang terbentuk adalah bahwa semua ini tidak nyata begitu juga tubuhmu menganggapnya. Kamu tau kenapa orang sering berlatih dengan pedang lalu bisa menjadi master / ahli pedang?" Caesar menjelaskan dan bertanya.
43 terdiam dengan pikiran melayang. Tidak begitu paham dengan apa yang disampaikan Caesar kepadanya.
"Awal memulai, otak dan tubuhmu tidak mengenal olah gerak bermain pedang ini. Otomatis dianggap asing dan bukan bagian dari dirimu. Karena itu setiap gerakan menjadi kaku. Seiring waktu berjalan, dengan terus berlatih akhirnya olah gerak bermain pedang ini menjadi bagian sehari hari dari dirimu. Hasilnya, setiap gerak dan refleks menjadi lebih natural. Gerak natural inilah yang membentuk skill pedangmu. Begitu juga dunia ini." Caesar menjelaskan.
"Selama otak dan tubuhmu belum menerimanya menjadi bagian dari dirimu. Kamu tidak akan bisa mengerti apapun dan merasakan apapun. Sebenarnya apapun yang ada disekitar mu memiliki energi tertentu yang menjadi bagian dari dunia ini. Bahkan dalam daging ikan ini. Ada sisa serpihan energi, begitu juga dalam air, udara, buah dll. Mindset menganggap hal ini tidak nyatalah yang menjadi benteng pengekang akan tubuhmu untuk bisa mengenal, melihat maupun merasakan energi ini. Secara tidak langsung, Yuna yang merupakan spirit hutan ini tidak dapat kamu kenali. Beruntung kamu bisa melihatnya dalam bentuk cahaya." kembali Caesar menjelaskan.
"Lalu aku harus bagaimana?" tanya 43.
"Ingat pohon dengan buah hijau besar?" tanya Caesar.
"Sukun?" jawab 43 sedikit ragu.
"Pohon kehidupan, Alfa dan Omega, Awal dan Akhir, KHULDI. Keberadaannya sudah ada sejak dunia ini tercipta dan akan berakhir sampai dunia ini musnah. Dengan Memakan buahnya, akan membantumu memahami arti dari dunia ini." kata Caesar.
!)''!'!$''&'!'!$'' !@''!'!!''@!''!!''!'!$'' ('@)''@!'' !!!!
Yuna menyanggah pembicaraan mereka.
"Ohhh? ok ok. Besok aku akan mencobanya." pungkas 43 yang terlihat mulai bersemangat.
"Hahhaha.. nikmati saja hangat api unggun untuk malam ini." Caesar membalas sambil tertawa.
Tidak butuh waktu lama untuk 43 terlelap. Bagaimana tidak, perut kenyang, posisi nyaman, ya udah tidur kayak ular dah tu.
!!'!'!#''@!'' @%'!'!!''('!$'' ???
!(''%'!#''!%''&'!' !(''!'!)''!'
Yuna dan Caesar terlibat dalam sebuah pembicaraan.
:::::::::: Pagi Hari :::::::::
Menatap langit langit atap bivaknya 43 termenung.
"Bentar ilang bentar datang, haiizzz..." dengan sedikit lirih 43 mengomel.
Pagi itu 43 terbangun dan berada dalam bivaknya di bawah pohon sukun. Daripada memusingkan diri bagaimana bisa dia kembali ke bivak. Serta bagaimana bivaknya bisa sebaik semula. 43 malah melangkahkan kaki ke tepi danau mencuci muka.
Merentangkan tangan dan kaki, sedikit olahraga lebih kurang 15 menit. Merasa badan sudah mulai hangat dan berkeringat sedikit. 43 mulai melepas baju dan celana meninggalkan celana futsal dan celana dalam dibadan. Mencari 3 tiang dahan, membentuknya menjadi jemuran. Mengingat semua kejadian sejak kemaren pakaian sudah selayaknya dicuci.
Brrr...
ndak di bumi atau disini, kalau dah pagi dinginnya minta ampun...
brrr...
Ndak mau aku makan udang mentah kalau tidak terpaksa, selama udang itu berada didalam air dan hidup masih amanlah. Orang pikir gampang k bikin api pake batu diketak ketok, pake kayu di puter puter, beuhh...di film aok 3-5 menit jadi, real life amatir itu bisa seharian bro...
Sambil keliling sekitar sukun dan mengamati area lingkungan, 43 terus mengoceh sana sini.
Buah buahan ini? bisa dimakan kan? masih hiduplah aku, banyak ooo...
Tapi? saran Caesar aku harus makan buah Khuldi itu! ada benarnya juga, perlu perantara untuk bisa membiasakan diri dengan dunia ini.
Memandangi dari akar sampai ujung pohon.
Tinggi lalu, cam mana mau manjat. Lebar saja mau 3 orang berpelukan baru ketemu, dahan paling bawah ada 5 meter jaraknya dari tanah...haiss..
Tanpa peralatan yang memadai 43 memutuskan menyerah dari memanjat. Jika lebar pohon seperti pohon pinang atau kelapa masih sangat mungkin untuk di panjat walaupun ada beberapa resiko. Penjolok? dengan tidak adanya parang atau sejenis itu bahkan lebih sulit lagi, 10 meter bukan jarak yang dekat. Pilihan yang tersisa hanya dengan melemparnya menggunakan kayu. Tentu saja resiko buah bisa rusak, namun selama masih bisa bermanfaat walau tidak utuh tidak akan menjadi masalah.
Mondar mandir, keluar masuk semak, coba mematahkan dahan. Apa yang dibutuhkan hanya dahan, tiang, ranting, kayu dll yang memiliki panjang sekitar 15-20 cm dengan lebar paling tidak pergelangan tangan.
"Haa.. oh my baby my love my simeleketehe \, muach muach" gumam 43 sambil mencium kayu mati ditangan*.*
Pasang posisi, mengambil ancang ancang, sedikit membidik. Tangan kanan lurus kedepan, dengan jari telunjuk ke arah buah didahan yang terdekat. Tangan kiri mutar mutar kayu lalu ditarik kebelakang... whusss... Kena? Ya melesetlah, kalau kena dipercobaan pertama itu dewa namanya. Cemplungg... kayu jatuh ke danau.
.
.
.
"Bodo bale" 43 memaki dirinya sendiri dikala melihat kayu jatuh ke air.
:::::::::: 5 menit kemudian ::::::::::
Mengambil posisi yang berlawanan dengan yang pertama.
"Whusss..." kayu terlempar tapi meleset.
Berlari mengejar kayu yang melayang jatuh, memungutnya dan kembali lagi keposisi semula.
"Whusss..." meleset lagi, kejar lagi kayu jatuh.
Tidak ada beda dengan guk guk saat ini, lol. Berulang terus sampai lemparan ke 23.
Plakk
Kayu terkena ke buah namun hanya bergoyang sedikit.
"Keras lalu!? harus lebih kuat." gumam 43 sambil melotot.
Begitu terus tanpa mengenal lelah 43 berusaha. Jika ada pilihan lain mungkin sudah saatnya menyerah dari melempar. Sempat terkena 4-5 kali dipangkal tangkai buah dari 40 lemparan. Lemparan ke 63 membuahkan hasil, buah jatuh ke tanah.
43 tersenyum, "mancing mania! mantap!"
Melangkah pelan mendekati buah, dengan santai 43 memungutnya. Ada bekas retakan dan penyok dibadan buah juga goresan di sana sini. Mengusap usap dengan telapak tangan untuk membersihkannya dari tanah dan daun. 43 mulai membolak balik memeriksa buah. Ukurannya sebesar buah melon normal. Memiliki kulit yang keras berpola mirip buah melon.
Hanya saja warnanya hijau seperti sukun dan motif kulit buah jika diperhatikan ada line hijau pekat sedikit seperti spiral berjumlah 2 spiral di permukaan kulit buah. Menghentakan buah ke akar pohon Khuldi dari bagian retakan.
Prakk
Buah terbelah 2. Bagian dalam kosong mirip buah melon. Daging buah warna emas pudar dan tidak ada biji. Mengendus sedikit 43 tidak merasakan adanya bau-bau tertentu selain bauh harum buah segar. Menjilat sedikit ada perasaan mengelitik dilidah.
"Ehhmm... tidak ada yang aneh!" gumam 43.
Mencongkel sedikit daging buah dan mulai menelannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
floki borneo
udah seperti gunung kera sakti, banyak buah 🤣🤣🤣
2021-01-31
2