Hari Yang Melelahkan

Tap Tap Tap

43 melangkah melompat melewati setiap tebing batu dan pasir. Ada beberapa pemahanan yang dimengerti 43 selama ini, bahwa hal yang menarik belum tentu menjadi aman. Sudah sewajarnya semua itu harus dipastikan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan dan mulai melangkah.

Mengitari dan terus melirik kiri dan kanan. 43 mengamati bongkahan batu yang cukup besar mencapai seukuran rumah tipe 36. Bongkahan batu ini memiliki pahatan maupun ukiran yang cukup berbeda. Tentu saja jika hanya sekilas pandang tidak akan jauh berbeda dengan yang lain, tetapi 43 memiliki penglihatan yang cukup baik.

Ditengah padang gurun panas seperti ini, jika ada batu yang terpapar sendiri tidak dekat dengan kebanyakan batu lain siapapun pasti menaruh curiga. Jika diperhatikan dengan lebih seksama malah warna cukup lebih terang sedikit dari yang lain. Kesimpulannya, ini harus diselidiki lebih lanjut.

Mereka yang berpartisipasi tentu sadar akan kebutuhan informasi untuk menemukan artefak yang tersembunyi. Sudah selayaknya untuk mendapatkan artefak yang dimaksud, harus memperhatikan hal serinci ini, walaupun terkesan sepele. Jika caesar tidak menyatakan letak pasti posisi artefak, maka satu satunya yang menjadi pilihan adalah menemukannya dengan keberuntungan atau melalui petunjuk. Bagi 43 ini sudah terlihat sebagai petunjuk.

15 menit sudah berlalu sejak 43 mulai mengitari bongkahan batu ini. 43 terdiam dan berjongkok pada salah satu puncak bukit batu kecil. Jarak dia dengan bongkahan batu ada sekitar 15 meter. Bagi 43 ini merupakan jarak aman yang bisa dia antisipasi. Kalau memang ada sesuatu yang aneh. Katakanlah itu jebakan, maka peluang dia menghindar dengan jarak segini sudah masuk dalam perhitungan. Walaupun dia ragu ada yang bisa menyelinap dia dalam keadaan siaga apalagi area terbuka.

Bamm

43 meninju batu yang menjadi pijakan dia saat ini. Serpihan batu berhamburan kemana mana tinggal tersisa beberapa yang cukup besar. Menggunakan tangan 43 mengambil batu seukuran kepalan tangan.

Pletakk

Lemparan batu itu tepat mengenai bongkahan batu. 1 menit berlalu tanpa ada gerakan apapun hanya tiupan angin sunyi. Mengambil batu lain dan terus melempar kearah bongkahan batu itu sebanyak 5 kali. Hasilnya tetap sama dan tidak ada perubahan. Merasa tidak ada bahaya sama sekali, 43 memutuskan untuk turun dan berjalan pelan dipasir menuju bongkahan batu.

Langkah demi langkah terus diambil, bukan jalan lurus kedepan malahan 43 mengitari sambil mendekat. Tidak lama berselang akhirnya 43 tiba dan hanya terpaut jarak semeter dari bongkahan batu.

ehmm...

Mata menyipit, jari tangan didagu, kening mengkerut, dan kepala agak miring sedikit. Memandang dari atas atas ke bawah, kiri kanan, kadang jongkok kadang berdiri. Selayaknya seorang master seniman yang sedang menilai suatu seni mahakarya. Adanya rincian kecil kesalahan menjadi prioritas mata ini.

Tidak menemukan apa yang dicari, 43 mendekat dan mulai mengusap dengan tangannya untuk membuang pasir yang menutupi.

Permukaannya licin dan halus

Ini pasti kerjaan caesar

Tok Tok Tok

Mengetok beberapa kali 43 merasakan kalau batu ini lebih keras dari yang lain. 43 menolak percaya dia tidak mampu menghancurkan batu ini, harga diri dipertaruhkan disini sebagai pria ta terkalahkan. Menarik sedikit lengan kebelakang dan mengepalkan jari tangan.

Bam

43 sedikit terkejut terdiam sesaat sambil melototi batu dan mulai melirik kepalan tangan miliknya. Batu bahkan tidak bergebing sama sekali.

Jancukk!!!

Kerasss eeee....

Senyum manis terukir dibibir 43, jika ada sesuatu yang keras pasti ada sesuatu yang disembunyikan didalam. Orang tidak akan menyimpan barang dalam berangkas baja yang kokoh, kecuali itu berharga.

Mundur selangkah dengan tampang serius 43 menarik tangan terkepal kebelakang siap dengan pukulannya. Tidak ingin menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu, hanya sekitar 30 persen kekuatan dari full power miliknya yang dikerahkan.

BANNNGGGGGG

Suara bergemang hampir diseluruh tebih berbatu itu. Bukannya batu hancur, malah tangan terasa kesemutan dan bergetar. Bagai menghantam baja murni yang tebal, hanya geteran tangan yang nyeri didapat 43.

Sialll

Tebal lalu, apa apaan ini batu!

Apa mungkin ini intan?

Apa yang menjadi menarik adalah setelah itu. Pasir dan batu mulai bergetar. Seiring waktu berlalu bongkahan batu yang telah ditinju 43, mulai terangkat keatas. Merasa ada yang salah, dengan sigap 43 melompat ke belakang sejauh dia bisa. Batu yang tadi mulai terangkat ke atas sedikit demi sedikit, semakin tinggi batu itu semakin berkeringat 43 melihatnya. Awal hanya bongkahan batu kecil seolah olah itu hanya mewakili 1% dari keseluruhan batu yang kini mulai tampak wujud aslinya.

RRRROOOAAARRRRRR

:::::::::: Pulau Pelangi ::::::::::

Semua raja dan ratu tertegun melihat apa yang terjadi. Tidak ada dalam bayangan mereka sesuatu seperti itu akan ada disana. Memutar mata semua tertuju kepada Caesar Jata. Celakanya Caesar hanya duduk diam sambil menyesap teh, seakan akan itu hal yang biasa. Walaupun sadar telah dipandangi, bersikap masa bodoh sudah tumbuh dan mengakar dalam dirinya.

Tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan kepada Caesar, jika tidak dimulai dari dia maka tidak ada jawaban yang mereka bisa temukan. Diskusi kecilpun mulai tumbuh diantara mereka.

Anoman membuka keheningan, "jangan bilang artefak itu ada disana, tidakah dipastikan kalah itu manusia nanti."

"Tidak aku sangka Caesar sama nyentriknya dengan dia" ucap Sanca.

"Aku harap Giro dengan yang lain tidak ikut terlibat." Kata Garuda terlihat cemas.

"Apa mungkin yang dua lainnya juga seperti ini." pungkas Anoman yang menaruh curiga.

"Hohoho, ini menarik, hohoho..." Kumiho tertawa.

:::::::::: Arena Pertempuran ::::::::::

Raungan itu begitu keras, bahkan seluruh arena dapat mendengarnya. Posisi Giro sekarang tidak terlalu jauh lagi dari pusat tengah, bahkan dia berada pada sisi bersebelahan dengan 43. Tapi untuk mencapai pulau tengah, Giro telah memacu kecepatan terbangnya yang kini terpaksa berhenti diudara dan menoleh kebelakang. Apa yang dilihatnya bahkan membuat bulu kudu merinding.

Kenapa itu ada disini!

Ada niat dihati Giro untuk berbalik dan melihat apa yang sebenarnya terjadi disana, harapannya bukan salah satu dari aliansi dia yang terlibat. Namun mengingat rencana telah dibuat dan pada akhirnya mereka semua bukan orang lemah yang akan mudah tumbang. Giro merelakan dan berbalik arah dengan kecepatan tinggi menuju pulau tengah.

:::::::::: Hutan Berkabut ::::::::::

Hiii haaa

kaka akakaka akaka

Melompat satu demi satu diantara pohon. Berayun sambil berteriak layaknya tarzan. Kalau bukan kera ya apalagi. Wiro dengan santai terus bergerak diantara pohon, tiba tiba tersentak kaget kemudian terhenti. Mulai memasang sikap siaga dengan mepet disalah satu sisi pohon. Auman keras itu membuat perasaannya tidak nyaman. Walaupun ada bebrapa getaran kecil yang terasa namun itu masih dalam tahap wajar.

Mendengar dari suaranya, Wiro memprediksi arah dan mulai memanjat puncak pohon disekitar yang lebih tinggi. Sialnya kabut itu tidak hanya menutup area pepohonan, bahkan lebih tinggi dari pohon juga. Jika Wiro melompat dari pucuk pohon tentu saja dia bisa melihat apa yang terjadi, begitu juga sebaliknya.

Kejadian ini pasti membuat siaga setiap orang. Menampakkan diri hanya membuat dia terekspos. Bagaimanapun juga tujuan dia adalah menemukan 43. Membuat dia sibuk sampai salah satu aliansinya menemuka artefak itu dan memaksa 43 dalam perang frontal secara langsung. Jika dia bisa mengalahkan 43 dalam duel 1 vs 1, itu bahkan jauh lebih baik.

:::::::::: Padang Rumput ::::::::::

"Apa mungkin itu Kolosus?" pungkas Raka penasaran.

"Aku rasa, tapi kenapa bisa ada disini?" balas Kana yang juga mulai bingung.

"Aku pikir itu mungkin bukan yang asli" ucap Raka.

"Apapun itu, aku pikir situasi sekarang tidak akan menjadi mudah" kata Kana.

Raka dan Kana yang kini berada ditengah padang rumput terbuka. Terpana melihat Kolosus dengan ukurannya yang besar menjulang tinggi kelangit. Membuat mereka dapat melihatnya dengan mudah, walau terpaut jarah yang jauh. Membuat mereka yakin untuk segera bertemu dengan Sura.

Sesuai rencana semula, mereka bertiga harus tetap dalam satu team untuk mencari artefak. Mereka menyepakati jika ada diantara mereka berada dipadang rumput. Untuk segera bergerak ketengah area padang rumput. Dengan kata lain menyisir dari tepi mulai dari titik awal sejak menginjakan kaki disana. Namun itu hanya berlaku untuk Sura, Raka dan Kana. Katakan saja mereka berada diarea hutan berkabut maupun padang gurun, titk temu ditengah area tetap berlaku.

:::::::::: Batas Gurun dan Hutan berkabut ::::::::::

Orang bodoh mana yang mau membangunkan Kolosus itu!

Sura melotot tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sepengetahuannya, Kolosus adalah sejenis golem batu berbentuk wujud yang mirip manusia. Memiliki dua tangan dua kaki dan satu kepala. Tergolong salah satu Guardian suci milik dewa, yang memiliki satu tugas yaitu menjaga. Selama tidak terprovokasi setidaknya Kolosus tidak akan menampakan diri dengan mudah kepada mahluk lain. Itulah apa yang dia ketahui dari buku sejarah. Walau tidak pernah melihat sekalipun. Ciri ciri itu membuat Sura yakin itu adalah Kolosus.

Walaupun kesal, Sura tidak berniat berada didekat Kolosus. Dia mengetahui bahwa ini mungkin bukan Kolosus asli, tapi dengan melihat ukuran itu, tidak ada niat sekecil apapun untuk mendekati Kolosus. Dia memilih lari bahkan jika harus meninggalkan teman temannya.

Kolosus terkenal dengan pertahanannya yang tinggi berbanding terbalik terhadap kecepatan. Diantara mereka berlima yang paling lambat adalah Kana, sedangkan dia tidak terpaut jauh berbeda denga Kana. Walaupun memiliki kecepatan, kekuatan mereka belum cukup untuk menghadapi Kolosus.

Melirik ke arah hutan berkabut Sura sempat ragu. Selama ini dia terus berjalan dibatas bukan karena tanpa alasan. Selain tidak suka suhu panas gurun, Sura juga tidak suka kegelapan dalam hutan. Demi mengurangi resiko terlibat dengan Kolosus, Sura melangkah maju kekedalaman hutan berkabut.

:::::::::: Gurun ::::::::::

Sial! ini kayak shadow of colossus!

Real life jauh serem eee dari cuma main game! ******!

43 tidak berani melakukan gerakan suram apapun. Tetap bersembunyi dibalik bongkahan batu, disudut yang cukup jauh dari Kolosus. Disatu sisi ada rasa takut dan khawatir, sisi lain ada rasa penasaran. Bagi 43, mungkin ada sesuatu dari hal sebesar ini. 43 masih tetap menunggu, apa mungkin dia bisa mendapatkan sepotong informasi mengenai artefak pada Kolosus.

Raungan berhenti begitu juga getaran. Merasa sedikit aman, 43 mencoba mengintip dari balik batu untuk melihat. Sedikit demi sedikit debu pasir tertiup angin, tampak Kolosus kokoh berdiri dan berdiam diri. Ketinggiannya bisa mencapai gedung berlantai 15. Seluruh badan dari kepala sampai kaki terbuat dari batu. Memiliki dua mata bersinar dan juga ada mulut. Hanya Tuhan yang tahu darimana suara itu bisa ada dari mahluk yang setiap inci terbuat dari batu.

BOOOMMMMM

Tidak ada angin tidak ada ribut, tiba tiba kolosus melancarkan pukulan dengan telapak tangannya kearah dimana 43 bersembunyi.

whuzzzz

43 mengelak kesisi.

Sepertinya posisi sekarang masih dalam jangkauan benda tu!

Banggg Banggg banggg

Tidak berhenti sampai disitu, telapak tangan yang awal kini dikibaskan ke sisi dimana 43 berada, menghantam beberapa batu besar disisi. Mengambil langkah mundur, memasuki debu pasir 43 mencoba melepaskan diri dari jarak pandang Kolosus dan mulai menyembunyikan diri dibalik batu. Tidak cukup menggunakan tangan. Kini Kolosus menggunakan kakinya untuk menghantam batu tempat persembunyian 43.

BOOM

Cehh!

apa dia punya mata dimana mana!?

Jangan bilang ada mata di batu batu ini!

Namun 43 masih berfikir positif. Walau Kolosus memiliki jangkauan serangan yang luas, tapi pasti tidak dapat bergerak leluasa dengan ukuran seperti itu. Maka 43 memutuskan lari zik zak diantara celah celah bukit batu disekitarnya untuk menutupi pandangan Kolosus. Berhenti dalam celah batu yang sempit 43 bersembunyi. Sesuai harapan, Kolosus memang masih mengejar 43 diarah tertentu dan cukup pelan saat melangkah. Tiba tiba Kolosus agak sedikit berjongkok dan menekukan kaki.

"Yarabanaa!" 43 tidak percaya apa yang dilihatnya.

BOOOM

Tidak pernah terbayangkan dalam imajinasi liarnya, untuk menemui monster besar yang terkenal karena pertahanan dan kekuatan, itu tiba tiba melompat. Bukan saja tidak mungkin, hanya saja tidak kepikiran. Kelengahan itu harus dibayar 43 cukup mahal.

Walaupun tidak terkena langsung, dampak sisa hantamanan bisa dirasakan 43 cukup serius. Apalagi jika harus terkena langsung. Terpental kesisi 43 berusaha menjaga keseimbangan dan berpijak disalah satu puncak batu. Belum sempat menarik nafas tenang, datang sebongkah batu besar yang terbang ke arahnya. Tatapan serius muncul dan mulai mengepalkan tangan.

Kaboom

Bongkahan batu besar itu hancur berkeping keping terkena pukulan 43. Tersentak 43 menoleh ke atas, terlihat telapak kaki besar tidak begitu jauh dari dirinya.

Ahh, SIAL!!

:::::::::: Hutan Berkabut ::::::::::

Melangkah pelan menelusuri semak dan hutan. Tangan berlipat didada, mata melirik kiri dan kanan. Memutuskan masuk ke hutan daripada gurun bukan pilihan benar, tapi tidak juga salah.

Kenapa harus suram sich!?

Gelap ya gelap sekali, terang ya terang sekali!

Remang remang gini kan jadi seram!

Langkah Sura semakin tidak jelas. Memandangi kedalaman hutan yang remang remang dan seram. Kaki melangkah menjauhinya mendekati arah gurun. Namun ketika mendengar ledakan demi ledakan dan gempa, kaki melangkah pada kedalaman hutan.

Ketakutan semakin menjadi jadi ketika melihat kolosus. Pikiran negatif kalau dihutan juga pasti ada monster raksasa seperti itu. Awalnya hanya mereka berenam saja yang mungkin ada disini. Kemunculan Kolosus merubah semua paradigma ini. Jika di domain gurun ada, maka tidak salah berpikir akan ada lagi ditempat lain, mengapa? karena ada 3 artefak.

Boomm Boomm Boomm

"Kok semakin dekat?" gumam Sura yang masih terus berjalan tanpa arah pasti.

Berlindung dibawah pohon, Sura menjaga posisi aman dirinya. Tidak lama berselang, serpihan batu yang cukup besar melanda area disekitar tempat dia berlindung.

Boomm Boomm Boomm

Menggigil ketakutan, Sura terlihat sedang duduk jongkok sambil menutupi kepala. Apa yang dialami Sura tidak jauh berbeda dengan perang dunia II, yang mana pesawat pengebom sedang membombardir sebuah kota. Dengan dia berada dalam kota itu.

Terdengar ledakan dimana mana. Ledakan yang terjadi membuat gema ditelinga Sura. Rasa takut telah menghantui Sura disekujur tubuhnya. Membuat kaki menjadi lemas. Ditambah ledakan yang membabi buta, Sura seperti ayam di kandang serigala. Diam membeku menunggu ajal, berharap keberuntungan masih disisi.

Ketika suasana sudah sedikit tenang. Sura yang berlindung dibalik pohon, mengintip kearah datangnya batu. Apa yang terlihat bahkan jauh lebih menyesakkan dada.

EH!

:::::::::: Gurun ::::::::::

Dengan sigap 43 menghindar kesisi. Gelombang udara yang menghantam, membuat dirinya terhuyung di udara sedikit. Tidak hanya itu, banyaknya debu pasir yang berhamburan membuat pandangan 43 menjadi sedikit suram. Sekali lagi kelengahan itu harus dibayar dengan pukulan telapak tangan Kolosus yang telah dilancarkan setelah hantaman kaki.

Boomm

Terpental ke sisi dan menghantam beberapa bukit batu kecil membuat 43 harus memuntahkan seteguk darah. Memaksa diri untuk bangkit walau kondisi berada dalam fase pusing. Jika tidak apa yang datang akan jadi sangat mengerikan. Didalam pandangan 43 sekarang melihat ada bongkahan batu besar yang lain terbang kearahnya.

Menggunakan gerakan udara dan menyamakan kecepatan batu. 43 berpijak di permukaan batu yang dilempar kearahnya. Dari situ mulai melompat ke atas untuk menghindari. Sungguh malang, lepas dari mulut buaya ternyata mulut harimau mengincar.

Kolosus tidak hanya melempar satu batu, sekarang ada 3 yang terlihat terbang ke arah 43. Domain gurun ditambah perbukitan batu menjadi ladang peluru bagi Kolosus. Dia bisa mendapatkan sebanyak dia mau dan melempar sebanyak dia suka.

Boomm Boomm Boomm

Setiap gerakan kaki menimbulkan gempa yang sangat mengerikan, bahkan cukup terasa bagi mereka yang berada disisi lain area. Sambil berlari, Kolosus tidak mengabaikan setiap batu yang berada didekatnya. Jika tangan ada kesempatan dia akan mengambil dan melemparnya ke arah 43.

Lingkungan berpasir dengan kondisi tubuh yang kritis, terlihat sangat berpengaruh terhadap pergerakan 43. Memperhatikan dengan jeli setiap lintasan batu, memperkirakan kecepatan batu dan menyamakan dengan gerak kaki di udara miliknya. Apa yang terlihat tampak 43 seperti melompat diantara baru terbang sambil bergerak mundur menjauh dari Kolosus yang kini mengejarnya.

Terus bergerak, kini hutan berkabut sudah tidak jauh lagi dari jangkauan. Harapannya, bisa menemukan salah satu dari lawan disana. Walaupun ada resiko besar dengan kondisi kritis langsung menghadapi lawan saat ini, tujuan 43 cuma satu yaitu mengalihkan perhatian Kolosus ke orang lain. Jika terus seperti ini dengan Kolosus berada dipunggung, dia bisa check out lebih awal bahkan sebelum menemukan artefak.

Terkadang sambil mundur 43 menyempatkan sedikit waktu melirik kebelakang untuk melihat batu terbang. Kali ini 43 dipaksa mundur dengan menghadap ke arah Kolosus. Bukan lagi batu besar yang dilempar kearahnya, namun sekarang sudah menjadi kerikil. Walaupun kerikil tetap saja ukuran rata rata lebih kurang sama dengan volume tubuhnya dan itu ada ratusan.

Menjadi hal biasa untuk menghindari datangnya kerikil selama kita mengetahui arah lintasan. Permasalahan yang dihadapi sekarang, Kolosus melempar batu yang sudah pecah secara bersamaan dari kedua tangan. Jika kedua lintasan kiri dan kanan lurus ke arah tengah dimana 43 berada, tentu ada peluang batu batu kecil itu akan bertabrakan satu dengan lainnya. Tabrakan itulah yang merubah arah lintasan batu yang membuat susah diprediksi. Kalau saja 43 dukun, mungkin bisa meramal arah lintasan batu. Apa daya menjadi manusia biasa biasa saja memang memiliki resiko tersendiri.

Harus beberapa kali 43 jatuh bangun terkena batu, tidak terhitung terserempet maupun dipepet batu dari dua sisi. Namun tetap teguh adalah keharusan, berhenti sama saja mati. Bersabar adalah obat mujarab saat ini.

Srrraakkkk

Terseret jatuh 43 masuk kedalam hutan, bangkit lagi dan terus berlari dengan semua luka gores yang ada.

Boomm Boomm Boomm

Batu jatuh dan menabrak pohon disekitar, tampak kerusakan ada dimana mana. Berlari terus melewati ledakan batu melintasi perpohonan, tanpa sengaja anak mata 43 merasakan sesuatu dan menoleh ke kanan.

EHH!

Pucuk dicinta ulam pun tiba, tidak perlu mencari kedalam hutan. Sura kini terlihat jongkok dibalik pohon.

"Haa.... tumbal, mampos ko!" gumam 43 dalam hati.

Sura juga sempat kaget, mengintip untuk melihat kondisi sekitar eh malah menemui setan.

"Ahh... SIAL!" teriak Sura kaget.

Mencoba bangkit berdiri dan mundur, namun sudah terlambat. Jarak mereka hanya terpaut sekitar 3 meter. Dengan cekatan 43 membanting arah menuju sura.

Bukkk

"Keuh..." Sura meringis kesakitan.

43 melancarkan tinju ke arah perut Sura yang membuatnya tersentak. Tidak sampai disitu, tangan 43 mulai  memegang lengan Sura. Sura pikir akan ada serangan kelanjutan namun 43 malah meraih lengannya. Dari pandangan Sura kejadian ini terjadi begitu cepat.

Suatu ketika 43 cukup jauh didepan dia, tiba tiba kini tepat didepan mata. Malah hutan tampak berputar mengitari dirinya. Lebih parah lagi, kini apa yang ada dimata, gurun tampak mendekat dan tiba tiba sudah tersungkur dipasir.

"Wkwkwkwkwk....Sampaikan salam aku buat si batu!" teriak 43 sambil tertawa.

Tidak perlu disuruh, 43 sudah berdesut lari kedalam hutan. Tujuan dia sudah tercapai, jadi tinggal mencari tempat aman buat melepas lelah.

Tinggal Sura sendiri masih terduduk di pasir, pada batas antara Hutan dan gurun. Sambil menatapi Kolosus dikejauhan yang masih berdiri menatap ke arah dirinya. Ketakutan yang tidak terkendali membuat Sura berkeringat dingin, walau Kolosus dengan dia masih terpaut jarak yang cukup jauh namun kaki berkehendak lain dan tidak terkendali. Apa mau dikata Sura hanya pasrah dan menutup mata.

Boomm Boomm Boomm

Hentakan kaki terus terniang di kepala Sura. Bahkan hanya berjalan saja sudah menimbulkan gempa apalagi berlari. Setiap hentakan membuat Sura terus gemetaran, namun ada yang aneh. Walau getaran masih terasa, tapi sudah agak berkurang. Begitu juga dengan suara hentakan kaki yang kian lama kian kecil, sampai pada titik suara dan getaran sudah menghilang.

Tentu saja ada tanda tanya besar dibenak Sura. Mencoba membuka satu mata untuk melirik, terukir jelas keterkejutan diwajah. Sura tidak percaya apa yang dilihatnya. Kolosus tidak ditemukan dimanapun sejauh mata memandang. Antara rasa syukur dan bingung bergejolak di otak. Bahkan Sura tampak seperti orang dungu dengan pikiran melayang dan tatapan kosong tidak jelas.

:::::::::: 15 menit berlalu ::::::::::

haha...

haha...

Sura tertawa bahagia dan terus melangkah santai kedalam hutan. Mengambil jalur yang berbeda dengan 43.

:::::::::: Hutan Berkabut ::::::::::

Disisi lain 43 berhenti sejenak sejak merasa sudah cukup jauh. Bersandar disisi pohon 43 duduk melepas lelah sambil tersenyum. Tidak ada getaran, tidak ada suara, tidak ada ledakan. Membuat hati semakin tenang, dengan kata lain misi mencari tumbal dinyatakan selesai.

Episodes
1 Malang Melintang
2 Khuldi di Hutan Pelangi
3 Dewi Sri
4 Mengejar Batas Tubuh
5 Satu Langkah Satu Pukulan
6 Satu Tinju
7 Gemini
8 Ada Udang Di Balik Bakwan
9 Mengamati
10 Sial dan Beruntung Dalam Satu Koin
11 Lari Seperti Maling
12 Aturan Baru
13 Hari Yang Melelahkan
14 Persimpangan Jalan
15 Dibalik Bayang
16 Teka-Teki
17 Semua Hal Butuh Usaha
18 ORANG YANG NANAM, KITA YANG PANEN
19 JANGAN TAMAK!
20 Akhir & Awal
21 Si Babi
22 Lelucon
23 Untung Apa Rugi?
24 Ga Ada Akhlak!
25 Legenda Antah Berantah
26 Mawar Hitam
27 Setan Berkulit Babi
28 Jalan Pedang
29 Kota Nes
30 Keindahan, Ambisi dan Uang
31 Cuma Satu Kata
32 Legenda 7 Pedang
33 Bunga Bangkai
34 Monster Hijau
35 Pahlawan Tidak Di Kenal
36 Penjara
37 KONG KALI KONG
38 Pintu Tersembunyi
39 Pertikaian
40 Hujan sebelum badai
41 Sebuah Tipuan
42 Ikutan Silau
43 Keluar Penjara
44 Gerbang Neraka
45 Memasuki Tanah Terlarang
46 Harus Berakhir Seri
47 Zodiak
48 Melihat danau berbicara samudera
49 Dataran Tengah
50 Persiapan
51 Menanam Kecerobohan Menuai Bencana
52 Kupu Kupu Biru
53 Kota Kuno?
54 Kebangkitan Iblis
55 Langit Biru
56 Sebuah Harapan
57 Menyegel Iblis
58 Keputusasaan
59 Akhir dari Bencana
60 Kemunculan Mahluk Laut
61 Jiwa Dari Pohon Kehidupan
62 Sunda Kelapa
63 LEVIATHAN ALPHA
64 Bertaruh Nyawa
65 Putri Duyung Melia
66 Orang Tua Misterius
67 Menerobos Hutan Mencari Jalan
68 Raptor
69 Membuka Segel Kutukan
70 Harta Karun Pandai Besi
71 Tidak Sesuai Rencana
72 Cerita Di Balik Si Iblis
73 Belati Hitam dari dunia hitam
74 Kota Hochi
75 Air Mata Bulan dan Buah Coral Putih
76 Akhir dari Legenda Seribu Pedang
77 Kehadiran satu dari 3 yang terkuat, Burung Hantu
78 Petir Merupakan Petaka
79 Lepas Kendali Sekali Lagi
80 Mencari Pintu masuk
81 Kota Yang Terlupakan
82 Yang Terlupakan Kini Kembali
83 MORAI
84 Salam dari penulis
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Malang Melintang
2
Khuldi di Hutan Pelangi
3
Dewi Sri
4
Mengejar Batas Tubuh
5
Satu Langkah Satu Pukulan
6
Satu Tinju
7
Gemini
8
Ada Udang Di Balik Bakwan
9
Mengamati
10
Sial dan Beruntung Dalam Satu Koin
11
Lari Seperti Maling
12
Aturan Baru
13
Hari Yang Melelahkan
14
Persimpangan Jalan
15
Dibalik Bayang
16
Teka-Teki
17
Semua Hal Butuh Usaha
18
ORANG YANG NANAM, KITA YANG PANEN
19
JANGAN TAMAK!
20
Akhir & Awal
21
Si Babi
22
Lelucon
23
Untung Apa Rugi?
24
Ga Ada Akhlak!
25
Legenda Antah Berantah
26
Mawar Hitam
27
Setan Berkulit Babi
28
Jalan Pedang
29
Kota Nes
30
Keindahan, Ambisi dan Uang
31
Cuma Satu Kata
32
Legenda 7 Pedang
33
Bunga Bangkai
34
Monster Hijau
35
Pahlawan Tidak Di Kenal
36
Penjara
37
KONG KALI KONG
38
Pintu Tersembunyi
39
Pertikaian
40
Hujan sebelum badai
41
Sebuah Tipuan
42
Ikutan Silau
43
Keluar Penjara
44
Gerbang Neraka
45
Memasuki Tanah Terlarang
46
Harus Berakhir Seri
47
Zodiak
48
Melihat danau berbicara samudera
49
Dataran Tengah
50
Persiapan
51
Menanam Kecerobohan Menuai Bencana
52
Kupu Kupu Biru
53
Kota Kuno?
54
Kebangkitan Iblis
55
Langit Biru
56
Sebuah Harapan
57
Menyegel Iblis
58
Keputusasaan
59
Akhir dari Bencana
60
Kemunculan Mahluk Laut
61
Jiwa Dari Pohon Kehidupan
62
Sunda Kelapa
63
LEVIATHAN ALPHA
64
Bertaruh Nyawa
65
Putri Duyung Melia
66
Orang Tua Misterius
67
Menerobos Hutan Mencari Jalan
68
Raptor
69
Membuka Segel Kutukan
70
Harta Karun Pandai Besi
71
Tidak Sesuai Rencana
72
Cerita Di Balik Si Iblis
73
Belati Hitam dari dunia hitam
74
Kota Hochi
75
Air Mata Bulan dan Buah Coral Putih
76
Akhir dari Legenda Seribu Pedang
77
Kehadiran satu dari 3 yang terkuat, Burung Hantu
78
Petir Merupakan Petaka
79
Lepas Kendali Sekali Lagi
80
Mencari Pintu masuk
81
Kota Yang Terlupakan
82
Yang Terlupakan Kini Kembali
83
MORAI
84
Salam dari penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!