Setelah Anson dan alice saling berbagi malam, Anson selalu bersikap dingin dan menjaga jarak. Alice menatap hampa punggung Anson. Anson tak pernah sekalipun memeluknya dengan mesra. Tak ada kehangatan yang tersisa dari laki-laki itu untuknya. Bagi Anson, Alice hanya berfungsi menghangatkan ranjangnya, tak lebih. Komunikasi satu-satunya yang selaras hanyalah hubungan dangkal dari kesepakatan mereka.
Mungkin pada awalnya Alice memang tak mengharapkan apapun dari partner hubunganya. Ia hanya membutuhkan uang. Dan ia bertransaksi dengan cara yang praktis. Selama uang mengalir, apapun bisa ia hadapi.
Setelah ia mengenal Anson, emosi asing Alice tumbuh dengan sangat cepat dan menakutkan. Dia menginginkan Anson dengan cara yang sangat luar biasa. Semua tindakan Anson memberinya arti yang lebih dalam.
Alice mulai berharap dia bisa merengkuh Anson, mendapatkan pelukan dan perhatianya. Dia ingin sekali saja mendapatkan kehangatan Anson yang sesungguhnya.
Emosi yang Alice miliki semakin menakutkan dirinya sendiri. Dia bahkan tak memiliki emosi sekuat ini untuk Alex ataupun Daniel. Hanya Anson yang sanggup menimbulkan perasaan asing ini.
Tetapi Alice sadar dengan semua keterbatasanya. Di mata Anson ia hanyalah seonggok daging tak bermakna. Tak berharga. Tak bernilai.
Dia hanya akan semakin diperoloknya lebih dalam lagi jika mengutarakan emosinya. Dianggap sebagai wanita bodoh yang tak tahu diri.
Cinta adalah emosi yang kuat. Mampu menghancurkan dan mampu dihancurkan.
Tidak. Jangan lagi. Ia tak ingin hancur. Alice harus melanjutkan semua ini seperti biasa, menyembunyikan perasaanya dan berpura-pura menjadi wanita murahan.
Harga dirinya telah hancur. Jangan sampai perasaanya ikut dihancurkan juga oleh Anson jika lelaki itu mengetahui yang sebenarnya.
Mingkin dia gila, sebut saja begitu. Dia menginginkan cinta, pada orang yang tak seharusnya. Di matanya, Alice hanya seonggok daging tanpa memiliki arti. Tak ada perasaan, tak ada jiwa, tak ada apapun yang patut untuk dihargai.
Alice tak bisa menyalahkan Anson. Bagaimanapun juga ia sendiri yang telah datang pada lelaki itu dan mematok harga setinggi langit hanya untuk melepaskan diri dari jeratan hutang. Siapapun lelaki yang berada di posisi Anson pastilah akan merendahkan dirinya.
Teringat hutang, membuat hati Alice dipenuhi amarah yang tak berkesudahan dengan Alex. Mantan suami Alice telah berhasil menjungkir balikkan hidupnya dalam waktu yang singkat. Jika saja ada sebuah penghargaan untuk pengacau paling potensial, Alice pasti akan menunjuk Alex sebagai kandidat utama.
Dalam semua hal, lelaki itu telah membuat hidupnya hilang arah. Dia seperti boneka kertas yang terombang-ambing tanpa arah. Mudah dihancurkan dan mudah disalah gunakan. Sialnya, dari kehancuran itu Alice memilih Anson sebagai penyelamat tunggal. Dia menyerahkan segalanya, bahkan jiwanya kepada lelaki itu. Sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan.
Alice mengerjapkan mata, merasa bimbang. Cinta adalah perasaan yang paling rapuh. Mungkinkah ia dengan bodoh menyerahkan kelemahanya begitu saja pada orang ini? Dimana akal sehatmu Alice? Dimana kewarasanmu?
Alice tertawa getir. Ia memperolok dirinya sendiri karena telah jatuh begitu dalam pada orang yang tak seharusnya ia sentuh. Seandainya saja ia bisa mengulang waktu, ia pasti akan memilih lelaki lain sebagai partner untuk melakukam kesepakatan gilanya. Lelaki yang tak memiliki pengaruh sedalam Anson.
Mungkin ini karma. Mungkin juga ini permainan takdir. Dia telah mengambil langkah mudah hanya untuk menutupi semua tanggungan hutangnya. Kini, semua itu seolah memjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
🦋 Jihan Kim 🐝
kebanyakan kata bermonolog sndiri ketimbang percakapannya
2021-05-03
0
Julee
suka...
2020-08-11
0
👑☘ɴͪᴏͦᴠᷤɪͭᴛͤᴀᷝ💣
another highly recommended story!!!
bbrapa typo tak masalah bnyk d NT ini -bahkan yg ranking 5 besar pun, tak luput dr typo. sy syuka style n pembawaan otor. jg narasi yg ga bosenin.
2020-08-08
0