Sajak Sang Simpanan
Alice tengah berjalan anggun memutari seluruh ruang pesta. Dengan gaun violetnya yang panjang tanpa lengan dan bibir merah darah, ia tampak seperti dewi penggoda malam ini. Rambutnya yang panjang ia sanggul tinggi, menampakkan lehernya yang jenjang. Sepasang anting imitasi berwarna emas menghiasi telinganya.
Semoga saja ia segera menemukan targetnya. Alice merasa tak akan bisa bertahan lebih lama lagi malam ini. Nuraninya telah menjerit memberontak dengan kejam.
Ia tersenyum lelah. Sebelumnya ia berpikir bahwa rencana yang ia susun akan semudah menjentikkan jari. Akan tetapi, sepertinya dugaanya salah besar.
Alex, suami sialan itu telah menjadi tragedi tebesar dalam hidupnya yang singkat. Dua tahun menjalani rumah tangga bersamanya hanya menghasilkan bencana. Wajahnya yang tampan dan riang ternyata adalah topeng iblis yang sesungguhnya. Siapa sangka pernikahan yang Alice agung-agungkan hancur di tangan suaminya sendiri.
Alex berhasil menghambur-hamburkan semua aset Alice selama masa pernikahan mereka. Menyewa wanita lain, bermain judi, dan berfoya-foya telah menjadi kebiasaan yang mampu lelaki itu tutupi. Dengan bodohnya, Alice berperan menjadi wanita yang patuh tanpa mengeluh sedikit pun. Ia dengan lapang dada menjadi ibu rumah tangga dan menyerahkan segala kepemilikan asetnya kepada sang suami. Siapa sangka kebodohanya berujung kehancuranya sendiri.
Dua bulan lalu setelah kematian suaminya dengan wanita lain dalam sebuah kecelakaan karena terdeteksi mengemudi dengan mabuk, ia dikejutkan dengan catatan hutang Alex dari banyak pihak. Hampir seluruh aset milik Alice telah dijadikan jaminan oleh Alex. Lelaki itu terlalu licik memalsukan banyak tanda tangan bermaterai istrinya sendiri dalam semua perjanjian yang ia lakukan.
Sekarang, sebagai istri dan satu-satunya pewaris Alex, Alice harus memutar otak agar semua aset miliknya mampu ia pertahankan. Segala cara telah ia lakukan tetapi berakhir buntu. Dia telah mendatangi banyak bank untuk mengajukan pinjaman dan ditolak, karena ternyata ia dan Alex telah lama masuk dalam daftar hitam mereka. Alice juga telah mencoba meminta pinjaman pada banyak kolega yang dulu dimiliki almarhum ayahnya saat masih hidup, tetapi tak ada satu pun yang menerimanya karena Alex telah banyak melakukan kesepakatan yang tak jujur dengan mereka.
Alice mencoba mencari pekerjaan yang layak, tetapi penghasilanya jauh dari target jumlah hutang yang harus ia lunasi. Hutang tersebut semakin membengkak setiap bulanya dan selalu berubah menjadi lebih besar setiap saatnya. Ia tak lagi memiliki keluarga dekat, jadi mustahil untuk membagi bebanya dengan orang lain. Satu-satunya keluarga yang ia miliki adalah suaminya yang telah sukses membuat kehancuran besar bagi hidup Alice.
Setelah segala cara gagal ia dapatkan, Alice memutuskan untuk bertindak gila.
Satu-satunya aset yang masih ia miliki adalah pesonanya. Alice memiliki tubuh yang indah dan berlekuk di tempat-tempat yang semestinya. Parasnya cantik dengan nuansa eropa dan timur tengah. Tekstur wajahnya yang klasik membuatnya memiliki keanggunan yang unik. Matanya yang berwarna cokelat emas mampu memberi sorot tajam dan menggoda di saat yang bersamaan. Rambut merahnya yang bergelombang seolah memberi kesan tangguh. Satu-satunya kekurangan yang ia miliki adalah pengalamanya dengan lelaki.
Satu-satunya lelaki yang ia ijinkan untuk menyentuh hanyalah suaminya. Sayangnya Alex beranggapan bahwa Alice adalah wanita dingin yang kuno jika menyangkut ranjang. Jadi, Alice terpaksa mengakui bahwa ia memang minim pengalaman. Sangat minim.
Dengan pengalaman yang minim inilah sekarang Alice bertekad mendapatkan lelaki mapan yang siap menerima wanita simpanan. Seorang laki-laki kaya dengan kemurahan hati seperti dewa dan mampu memberinya pasokan uang untuk menutup hutang. Alice tak peduli setua apa lelaki itu atau seburuk apa wajahnya. Ia hanya perlu kemampuan finansialnya untuk menopang Alice.
Alice telah menjadikan pesta amal yang ia datangi sebagai ajang pencarian. Acara ini adalah jenis acara yang akan didatangi orang-orang kaya dari banyak kalangan. Dia hanya perlu mencari seorang lelaki yang benar-benar kaya untuk ia jadikan sebagai donor keuangan.
Namun, ternyata tak semudah itu. Kaum lelaki yang datang di acara ini sebagian besar telah membawa pasangan wanita. Mustahil bagi Alice menggoda mereka di hadapan pasanganya masing-masing. Beberapa di antara mereka ada yang datang seorang diri, tetapi dari gelagatnya mereka laki-laki baik yang tidak tertarik memiliki simpanan.
Alice sebenarnya sudah menemukan dua kandidat yang mendekati keinginanya. Yang pertama adalah seorang lelaki paruh baya. Dia menunjukkan ketertarikan pada Alice, tapi orang itu terlalu suka mengumbar kemesraan dan sulit menjaga rahasia. Akan sulit bagi Alice untuk menjalin hubungan sebagai wanita simpanan secara terang-terangan. Alice tak ingin semua kolega dan karyawanya tahu ia seorang wanita simpanan. Dia butuh seseorang yang menjaga rahasia.
Kandidat yang kedua adalah seorang lelaki berusia awal empat puluh dengan ketampanan di atas rata-rata. Dia mampu mengartikan maksud tersembunyi Alice dan menanggapinya dengan antusias. Hanya saja lelaki itu memiliki kecenderungan melakukan hubungan keras dan dominan. Alice mundur perlahan meninggalkanya. Dia jelas tak ingin terjebak dengan lelaki penganut BDSM atau semacamnya.
Setelah lelah berkeliling di lantai pesta, Alice memutuskan keluar ke taman belakang. Dia butuh udara segar untuk menjernihkan pikiranya dan menyusun strategi baru.
Lampu-lampu taman menjadi sebuah pemandangan yang indah di malam hari. Sinar bulan yang menyorot samar menambah keanggunan alam. Suara angin yang mendesau seolah menciptakan harmoni tersendiri.
Alice berjalan menyusuri jalan setapak menuju sebuah gazebo. Bangunan kecil itu tampak menjanjikan ketenangan di antara hiru pikuknya pesta.
Alice berdiri terpaku saat ia menyadari ada seorang lelaki yang telah berada di gazebo terlebih dahulu darinya. Lelaki dengan jas hitam dan celana senada yang tengah berdiri memunggunginya. Alice berbalik arah berniat untuk mencari tempat lain tapi kemudian ia urungkan. Bukankah lelaki itu tengah berdiri seorang diri tanpa wanita di sisinya? Alice harus mencoba mendekatinya.
Alice berjalan dengan langkah yang menggoda saat mendekati target. Dia meluruskan beberapa ikal rambutnya yang membandel dan dengan tergesa merapikanya secara kilat. Alice menelan ludah merasakan aura yang sangat mendominasi saat ia telah berada di dekat sang lelaki.
"Hi Sir, bagaimana lelaki sepertimu mengasingkan diri di tempat ini tanpa seorang pun wanita yang menemani?" Alice menyandarkan kedua tanganya di pembatas Gazebo dengan cara yang menurutnya seksi.
Saat berbalik, Alice terkejut mendapati lelaki tersebut mengenakan penutup mata di sebelah kiri seperti seorang bajak laut. Apakah sebelah matanya mengalami kebutaan?
"Mungkin karena aku tak tertarik ditemani dan mungkin juga karena wanita tak terlalu tertarik menemani lelaki cacat sepertiku," ucapnya penuh sarkatis.
Jadi karena cacat. Separah apa sehingga ia memilih menutupinya?
Meskipun lelaki itu mengakui dirinya cacat, namun tubuh dan auranya menyiratkan kekuatan yang sangat mendominasi. Alice memperkirakan usia lelaki itu mungkin sekitar tiga puluh lima. Otot tubuhnya tampak terjaga dengan baik. Bahkan sangat baik. Tulang wajahnya bertekstur kuat seakan menampakkan karakternya yang keras. kulitnya kecokelatan secara alami.
Bahkan dengan kecacatan yang diakuinya, lelaki ini masih saja menguarkan aroma kepemimpinan yang kental. Seolah ia memiliki kekuatan menggerakkan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Pandangan matanya menunjukkan keangkuhan yang tak disembunyikan. Alice merasa tak yakin sanggup menggoda lelaki sepertinya. Ia bahkan tak memiliki pengalaman sebagai penggoda sama sekali. Tetapi sudah kepalang basah untuk mundur. Dia harus mencoba peruntunganya kali ini.
"Itu tergantung dari apa yang sanggup kau tawarkan agar wanita bersedia menemanimu," ucap Alice penuh makna.
"Memang apa yang kaum wanita harapkan?"
"Mungkin jaminan materi, uang, berlian, atau semacamnya." Alice mengedipkan salah satu matanya, berusaha menggoda senatural mungkin.
"Jadi mana yang akan kau pilih yang sanggup kau berikan?" Alice perlu menjangkau lebih dalam seberapa besar kemampuan finansial lelaki itu sebelum ia melangkah lebih jauh. Meskipun jika dilihat dari busana yang ia pakai jelas memiliki nilai yang tak sedikit.
"Aku mampu memberikan semuanya. Tetapi apa yang wanita itu mampu berikan terhadapku? Aku menyukai totalitas dalam segala hal Ms ...."
"Alice White, panggil saja Alice, dan anda Mr?"
"Anson Mallory," ujarnya mengulurkan tangan. Alice menyambutnya dan merasakan getaran yang kuat dalam genggaman tangan Anson.
"Jadi Anson, apakah kau telah menjadi suami atau pun tunangan seseorang?" Alice perlu memastikan segalanya. Dia tak ingin tiba-tiba dicabik-cabik wanita lain tanpa persiapan.
"Tidak. Apa yang sebenarnya coba kau tawarkan padaku Alice? Apa yang sebenarnya kau incar?" tanyanya tersenyum sinis.
Mental Alice langsung surut di tingkat terendah. Dia meringis menyadari nilainya telah merosot tajam sebagai wanita baik-baik. Sekarang, dia tak lebih dari sekadar wanita penggoda tak bermoral. Orang tuanya pasti akan menangis lirih di surga menyaksikan satu-satunya anak perempuan mereka berdiri menghadang kehancuranya sendiri.
"Aku menawarkan diri sebagai wanita simpananmu jika kau bermurah hati membagi sebagian dari dollarmu, Anson. Dengan syarat-syarat yang berlaku tentunya," katanya ringan seolah mereka sedang membicarakan perbedaan cuaca.
Anson berjalan mendekat ke arah Alice. Dia mengamati secara menyeluruh diri wanita itu dari bagian atas hingga bawah, seolah tengah meneliti barang yang hendak ia beli. Alice tidak pernah merasa ditelanjangi seperti ini meskipun gaunnya masih melekat erat di tubuhnya.
"Kau melemparkan diri pada orang cacat sepertiku begitu saja? Seputus asa apa sebenarnya dirimu AliceM" katanya dengan cara yang terdengar kejam di telinga Alice.
Ya Tuhan. Selama ini Alice selalu memandang rendah sederetan wanita penggoda milik Alex. Ia tak pernah menyangka untuk menjadi salah satu dari mereka, dibutuhkan keberanian besar dengan meninggalkan semua rasa malu yang tersisa. Sebatas mana ia nanti mampu bertahan dengan jalan ini?
"Apa itu artinya aku ditolak olehmu, Anson?"
"Aku tak yakin wanita sepertimu bisa bertahan dengan kekurangan fisikku, Alice."
"Mungkin jika kau memberikan harga yang pantas, aku mampu bertahan dengan segala keadaan."
Bagus Alice. Kini kau terdengar semakin murahan.
"Jadi berapa hargamu?" tanya Anson semakin sinis. Pandanganya kian meremehkan, seolah Alice seonggok barang tak bermakna.
Alice tersenyum pahit. Mungkin ini tak akan membawa hasil sesuai yang ia inginkan. Sikap Anson bahkan lebih parah dari pada dua lelaki yang ia dekati sebelumnya. Alice tak terkejut jika nanti akhirnya Anson menolak dirinya. Hanya saja, sikapnya secara terang-terangan melukai harga dirinya terlalu jauh.
"Aku tak ingin terlibat hanya satu atau dua malam. Aku menginginkan hubungan semi permanen. Mungkin sekitar enam bulan. Jadi kurasa akan lebih mudah jika aku memberikan tarif total kebutuhanku selama enam bulan." Alice telah mengalkulasikan semua hutang peninggalan Alex yang jumlahnya jauh dari kata sedikit. Jumlah yang cukup mengejutkan itu tidak bisa ia tutup dengan semalam atau dua malam melalui misi gilanya. Dia membutuhkan banyak uang sehingga akan lebih mudah memberi jangka enam bulan. Jumlah itu bisa membantu menutupi semua kebutuhanya.
Alice menyebutkan sejumlah uang yang cukup besar. Anson tertawa sinis, seolah menunjukkan bahwa Alice adalah wanita yang terlalu matrealistis. Semakin pembicaraan ini berlanjut, semakin kacau emosi Alice menghadapi Anson.
"Kau memiliki gaya hidup terlalu glamor dengan jumlah pengeluaran yang tak masuk akal," ujarnya menaikkan sebelah alisnya.
"Bukankah yang terbaik membutuhkan harga yang terbaik pula?" ucap Alice berani.
"Bahkan dari seluruh wanitaku, tak ada yang tarifnya melampaui setengah dari permintaanmu."
Alice mengerjapkan matanya menyadari sesuatu. Jadi Anson bukanlah jenis lelaki yang mengalami krisis wanita dalam hidupnya. Memang bukan hal yang mengejutkan sebetulnya. Meskipun Anson mengakui kecacatanya, dia tetap saja memiliki nilai lain yang mampu membuat wanita meliriknya.
Baiklah. Mungkin dari awal, pembicaraan ini memang tak akan membawa hasil apa pun untuk Alice.
"Aku tak akan memaksakan kehendakku jika kau tak berminat, Anson. Maaf mengganggu waktumu," kata Alice santai bermaksud pergi meninggalkan gazebo.
Dia tak ingin diremehkan lebih parah lagi oleh Anson. Sedikit banyak harga dirinya masih sensitif untuk diperlakukan serendah itu. Meskipun sebenarnya Alice sendirilah pemicunya.
"Sebenarnya apa yang kau miliki yang menjadi penawaran mahalmu?" kata Anson kritis mencoba menghalangi jalan Alice.
Alice terpaku. Dia tak memiliki jawaban apa pun untuk Anson. Alex selalu mengatakan sebagai istri, ia terlalu dingin. Dia tak memiliki keahlian apa pun yang diharapkan kaum lelaki. Alice tak bisa memberikan tarian sensual, melemparkan gesture menggoda ataupun cara-cara lain yang meningkatkan libido kaum adam. Satu-satunya aset hanyalah tubuhnya, yang kata orang terlihat menarik. Dan aset itu telah ia pamerkan dengan gaun violetnya malam ini. Apalagi yang bisa ia tunjukkan pada lelaki di depanya?
"Aku ingin menguji apakah kau bisa bertahan dengan wajahku yang sebenarnya," kata Anson melepas penutup matanya. Sebuah bekas luka tampak terlihat mengerikan di sepanjang mata kananya. Alice mengamati luka itu dan menyadari bahwa Anson pastilah telah mengalami hal buruk dalam hidupnya.
Mungkin sebagian wanita akan merasa jijik atau pun terganggu dengan keberadaan bekas luka itu.
Namun bagi Alice, ia tak merasa terusik sama sekali. Dia bisa menerimanya dengan sebuah penerimaan yang tulus.
Anson berdiri mendekat, membuat jantung Alice berdetak cepat. Lelaki itu terlalu mendominasi dirinya. Alice meneguk ludah merasa gamang. Tiba-tiba, Anson menatapnya penuh arti dan tersenyum penuh kepuasan.
"Mari kita bicarakan syarat-syaratnya," kata Anson ringan,berhasil membuat jantung Alice berdegup tak beraturan.
Itu artinya, Alice berhasil menjadi calon simpanan Anson.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-08-02
0
HazëL
nulis lg dong mbak tor... aq blm banyak menemukan nopel2 bermutu.
2022-09-27
0
Putri Kanayya
awal yg bagus thor.. koq aq bru nemu ni novel yaaa.. senangny hatikuuuuu
2022-08-25
0