Dio merasa ada yang tidak beres dengan dirinya, tujuan untuk membuat Luna menyerah pada pernikahannya melenceng 360°, Rasa peduli tiba tiba muncul begitu saja saat Dio hendak melakukan sesuatu yang membuat Luna sedih atau sakit hati.
Mauryn, aku harus bagaimana? Janji setia yang aku ucapkan padamu waktu itu sepertinya akan ku ingkari. Sebisa mungkin aku sudah menahannya, tapi itu menyiksa diriku sendiri.
"Saya permisi pak", ucap Indra yang sudah tidak mendapat respon apapun, karena sedari tadi Dio hanya diam termenung.
Andaikan asisten nya tahu, bahwa bos nya ini sedang berkelut dengan fikirannya sendiri, bimbang memilih cinta di dunia yang berbeda, atau cintanya di dunia yang sama.
*Plakkk
Dio menampar bibirnya sendiri berkali kali, "Fikiran macam apa yang ada di kepalaku tadi, Mauryn maafkan aku, aku akan lanjutkan perjuanganku untuk tetap setia kepadamu sayang." Ucap Dio sambil memijat pelan kepalanya.
"Aku tidak peduli pada Luna, sama sekali tidak peduli." Dio terus berulang mengatakan itu agar teringat pada tujuan awalnya untuk membuat Luna menyerah pada pernikahannya.
***
"Kamu harus menjadi guruku di Indonesia Lun," Ucap Vian saat melihat beberapa koleksi design pakaian yang Luna buat.
"Kakak yang lebih hebat, sampai sekolah di luar negri pula."
"Benar kan apa kataku Vian, Luna ada peluang untuk menjadi designer besar, aku sudah beberapa kali menjadi model beberapa brand, tapi aku selalu lebih sreg pada design yang Luna buat." Ucap Aldo Pada Vian.
"Sebaiknya kamu ikut event besar Lun," Saran Vian.
"Aku sudah daftar untuk menjadi sponsor fashion show di Singapore, semoga itu menjadi awal yang baik untuk aku mengibarkan sayap di luar Indonesia." Ucap Luna dengan penuh semangat, karena dua orang pria yang di hadapannya tak henti hentinya memberi dukungan.
"Terimakasih Aldo sudah sabar menunggu keputusan aku ikut event ini." Luna mengelus pundak sahabatnya itu.
Aldo membalas dengan senyuman ramah, "i'll be there for you Lun."
Lagi lagi Vian di suguhkan dengan adegan manis yang di tampilkan oleh sepasang manusia yang katanya hanya sahabat itu.
Aku melihat ada sesuatu yang lebih dari pada sahabat diantara kalian. Dan ini akan memudahkanku. Batin Vian.
***
Di apartemen.
"Dio maaf aku pulang terlambat," Ucap Luna yang melihat Dio sudah menggunakan pakaian santai dan menonton tv.
"Tidak pulang pun tidak masalah." Ucapnya.
"Sebegitu tidak berharganya aku? Hm?" Luna berjalan perlahan menghampiri Aldo.
"Eits ... Tetap disitu, jarak normal antara Kita tidak boleh kurang dari satu meter."
"Kalau aku tidak mau, bagaimana?" Ucap Luna yang makin melangkahkan kakinya mendekat pada Dio.
"Cobalah, kalau kamu benar-benar ingin menantang ku."
Dengan cepat Luna menghamburkan tubuhnya memeluk Dio, "Akhirnya bisa peluk suami juga." Ucap Luna dengan gemas.
"Lepas, Luna lepas!! Murahan sekali kamu jadi wanita, aku tidak ingin dekat dekat denganmu, LEPAS !" Bentakan terakhir dari Dio ternyata mengalirkan listrik kecil pada hati Luna.
Perlahan Luna melonggarkan pelukannya, dan akhirnya wanita itu melepaskan kedua tangannya yang sedari tadi membelit tubuh Dio.
"Harus aku bentak dulu kayak gitu baru kamu nurut hah?!! Asal kamu tahu, di hatiku hanya ada Mauryn seorang."
"Mm-mauryn? siapa?"
"Calon istriku."
Luna langsung menjauhkan tubuhnya dari dio, Wanita itu berlari masuk ke kamar dengan tangis yang sudah tidak bisa di bendung lagi."
Sedangkan Dio sibuk mengatur nafasnya yang sedari tadi naik turun, berat baginya meneruskan kata bahwa Mauryn sudah meninggal dunia, Dio tidak sanggup mengatakan itu, karena cintanya pada Mauryn masih begitu besar.
***
Di dalam kamar, Luna menangis sejadi jadinya ... Pernyataan Dio tadi sungguh membuatnya merasa menjadi wanita jahat dan tidak berperasaan terhadap sesama wanita.
Wanita macam apa aku ini, secara tidak sadar aku sudah merebut Dio yang ternyata sudah mempunyai calon istri. pantas saja jika Dio tidak pernah dan tidak mau mencoba untuk mencintaiku.
Tidak ada yang menjelaskan pada Luna tentang kejadian pahit yang pernah di alami Dio, sekalipun orang tuanya sendiri ... Bimo tidak pernah bercerita pada Luna.
Sekarang Luna beranggapan sudah merebut Dio dari calon istrinya itu.
Pantas saja dia membenciku. Dio tidak salah, disini aku yang salah. Luna terus merutuki dirinya sendiri.
***
Ponsel Luna.
Grup chat.
Luna : Bagaimana jika kita keluar untuk sekedar menikmati angin malam, sudah lama bukan kita tidak seperti itu?
Karina : saat ini juga? Aku tidak bisa Luna, maaf. Aku sedang ada acara keluarga di luar kota.
Luna : Oke Karin, tidak masalah.
Luna mematikan layar ponselnya, wanita itu memilih untuk menggambar saja. Karena biasanya dengan dia menggambar akan melupakan semua masalah yang ada.
30 menit kemudian.
Beberapa bola kertas memenuhi tempat sampah di kamarnya. Luna benar benar tidak bisa memikirkan apapun, selain perkataan Dio.
Luna sangat ingin bertemu dengan calon istrinya Dio yang bernama Mauryn itu, Luna sudah memutuskan akan melepaskan Vadio dan meminta maaf padanya.
Ponsel Luna berbunyi Notifikasi group chat.
Aldo : Tunggu di depan apart, aku jemput sekarang.
Luna : Oke sip.
21.00 Luna sudah bersiap dengan sweater rajutnya dan juga celana santai.
Luna berjalan dengan cepat melewati Dio, Pria itu hanya melirik sekilas lalu fokus kembali pada layar televisinya.
Anggap saja aku hidup dengan batu disini! Batin Luna saat menutup pintu dan berjalan menuju lift.
*Di mobil Aldo.
"Jam segini mau kemana Nuna?" Tanya Aldo dengan lembut.
"Aku kayaknya pengen roti bakar yang ada di pinggir taman kota ."
"Let's go, anterin orang ngidam." Ledek Aldo.
Luna mendelikan matanya tajam pada sahabatnya itu, "Ngidam dari Hongkong!"
"Eh iya lupa, kan masih —"
"Do, jangan sampai aku minta puter balik buat pulang ya." Jawab Luna dengan nada datarnya.
"Oke oke, maaf Nuna."
"Nuna, Nuna .... Luna hey, main ganti ganti nama orang aja." Ucap Luna memanyunkan bibirnya.
"Nuna, panggilan gemes dan sayang dari aku."
*Blush
Pipi Luna mendadak memerah karena malu, Kata kata Aldo sangat bisa membuatnya seperti di istimewakan layaknya pasangan. Sepertinya Luna akan lebih bahagia jika mendapat perlakukan itu dari Dio, tapi dia sadar, itu tidak akan mungkin pernah terjadi.
Warung roti bakar taman kota.
"Apa yang membuat nunaku seperti ini? Jika ada masalah tolong berbagi padaku." Ucap Aldo.
"Tidak ada, hanya ingin saja."
"Luna." Ucap Aldo yang berubah menjadi nada dingin.
"Apa? betul Aldo aku hanya ... Hanya ..."
"Bener? Ga kenapa kenapa? Hm?"
Tak terasa satu tetes air mata lolos begitu saja, bahkan itu terlihat jelas oleh Aldo.
Luna yang sudah kepalang basah terpergok menangis langsung menutupi wajah dengan kedua tangannya.
"Jangan tanya begitu aku jadi sedih." Ucapnya sambil sesenggukan.
"Ck." Aldo berdecak kesal, dia tidak tahu masalahnya apa, tapi saat ini dia sangat ingin memukul wajah Dio.
Tangannya bergerak untuk mengusap kepala Luna naik turun.
Aldo tidak memaksa untuk Luna bercerita tentang masalahnya, jika wanita itu tidak bersedia. Yang terpenting emosi Luna sudah terluapkan dengan menangis.
Malam ini Aldo merasa berguna menjadi sahabatnya, karena berhasil menghibur Luna perlahan lahan dan melupakan kesedihannya.
Di apartemen.
Dio sedang melakukan panggilan telpon.
Dio : Nyari satu orang aja gak becus!
Indra : Saya sudah cek semua cafe dan tempat orang berkumpul di sekitar apartemen tapi tetap tidak ada pak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Ririn Nursisminingsih
udah lun tinggalin aja gengsi dipelihara dio
2024-11-17
0
Jamayah Tambi
Kenapa cari.Biarkan saja Luna kekuar.Kamu apa peduli.Dia kan cuma isteri diatas kertas
2024-10-08
0
pisces
nari siapa dia, klo. nari. luka gak usah dicarilah kan kamu berusaha keras gak peduli kan, jgn sia2kan usahamu, biarkan luka ato lepaskan dia biar dia bisa bahagia
2024-06-09
2