Ervina tak henti hentinya memandang Lestari dan Luna secara bergantian, dia rasa penampilan mereka jauh dari kata mewah. " Mas, ini kenapa mendadak sekali?" Ucap Ervina pada Latif.
"Kamu cukup ikuti alur saya." Bisiknya pada Ervina.
"Gimana kalau Minggu depan?" Ucap Latif spontan.
Luna dan Vadio saling berpandangan satu sama lain, tidak ada yang mengira kalau prosesnya akan secepat ini.
"Saya dan istri sih setuju pak, bukan begitu mam?" Ucap Bimo meminta jawaban istrinya.
Lestari mengangguk sambil tersenyum.
Sepertinya kalian hanya memanfaatkan suami saya untuk bisnis. Ervina bermonolog dalam hati.
***
"SAH." Ucap beberapa saksi pada acara akad yang di langsungkan secara tertutup oleh masing masing kedua belah pihak Latif dan Bimo.
Untuk pertama Kalinya Vadio mencium kening Luna, itupun karena di paksa untuk mengabadikan foto, yang sebenarnya tidak di rasa penting untuknya.
Berbeda dengan Vadio, Luna menjalani acara pernikahan inidari awal hingga akhir dengan senyum tulus dan penuh haru, karena akhirnya bisa mewujudkan apa yang diinginkan kedua orang tuanya, yaitu menikah. Luna yakin pilihan orang tuanya ini akan menjadi pemimpin sekaligus pelindung untuknya.
Malam hari.
Luna dan Vadio, sudah di dalam kamar yang di dekor sedemikian rupa untuk menyambut pengantin.
"Argh ... Apa apaan sih, norak!" Ucap Dio kesal.
"Ya mungkin mereka pengen ngasih yang terbaik buat kita." Sahut Luna.
Dio langsung menatap Luna dengan tatapan tajamnya, "Yang terbaik bagi kamu dan yang terburuk buatku." Ucap Dio tanpa rasa bersalah sedikitpun dengan kata katanya yang tajam.
"Kita di persatukan tanpa cinta, aku ngerti itu. Biarlah semua berproses sebagai mana mestinya." Ucap Luna dengan sabar.
Dio tidak menanggapi ucapan Luna, pria itu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian.
Luna sedang menghapus sisa riasan di wajah dan melepas pernak pernik yang menempel pada rambutnya, konsentrasinya terganggu kala beberapa kali suara notifikasi dari ponsel Vadio, yang berada di atas nakas.
"Siapa sih? Bunyi nya terus terusan begitu, siapa tahu penting." Gumam Luna sambil berjalan ke arah ponsel Dio.
Ada 10 chat yang tertera di layar ponsel, dan Luna fokus kepada wallpaper yang terpasang ... Ini siapa? Ucapnya dalam hati.
Foto Dio yang sedang memeluk wanita, dengan senyum sumringah yang tak pernah Luna lihat dari wajah Dio, ya walaupun mereka belum lama berkenalan, tapi Dio tidak pernah menunjukan senyumannya walau sedikit, sekalipun di acara pernikahannya, dia tetap memasang wajah datar dan dingin.
"Ngapain pegang ponselku? Hah?!" Ucap Dio meninggikan suaranya, dan membuat Luna reflek menaruh ponsel Dio dengan terburu buru.
"Ng ... Tadi ponsel kamu bunyi terus, aku takut ada yang penting, udah itu aja."
Dio mendekati Luna sambil menggosokkan handuk kecil pada rambutnya yang masih basah. "Belum sehari jadi istri tapi udah gak sopan kayak gini." Ucapnya sambil mengambil ponsel dengan kasar.
"B-bukan gitu Dio, aku bener bener ga niat buat cek ponsel kamu." Ucap Luna meyakinkan suaminya.
"Minggir." Ucap Dio pada Luna yang berdiri tepat di depannya..
Luna menggeser posisinya, wanita itu bergegas ke kamar mandi, agar malam ini cepat terlewati.
Dio terlihat sedang menghubungi seseorang di balkon kamarnya. Setelah urusannya selesai, pria itu berniat untuk tidur, Dio menaiki kasur king size dan perlahan memejamkan matanya.
Luna yang baru saja berganti pakaian, hendak menaiki kasur yang sama dengan Dio, secepat kilat pria itu langsung membuka matanya karena sedikit kaget, "Mau apa!" Bentak Dio pada Luna. "Mau tidur lah, apalagi?"
Tanpa basa basi, Dio langsung melempar satu guling dan bantal ke lantai, "Tidur di situ," Ucapnya sambil menunjuk lantai.
"Hah? Gak salah? Aku bisa sakit badan Dio." Protes Luna.
"Oh ya? baguslah kalau begitu." Ucapnya sambil menarik selimut sampai ke leher dan mulai memejamkan matanya.
"Dio !!!!!" Teriak Luna.
"Tidur! Dan jangan memancing emosiku."
Luna berinisiatif mengambil stok bed cover di dalam lemari, sebagai alas tidurnya malam ini.
Dasar laki laki tidak berperasaan! Orang tuaku memperlakukan aku dengan sangat baik di rumah, mereka berharap setelah menikah, aku akan mendapat kebahagiaan yang lebih dari apa yang mereka berikan untukku. Mama ... Papa ... Perkiraan kalian salah besar, dan ini sudah terlanjur. Batin Luna sambil memandang langit langit kamarnya.
Pagi hari,
Dio menumpahkan dengan sengaja sedikit air di gelas tepat di atas wajah Luna yang masih tertidur pulas.
Tentu saja wanita itu kelabakan bukan main, "Aaaaaaa!!!!!" Teriaknya sambil mengusap wajahnya yang basah. Pandangan matanya langsung tertuju pada Dio yang sedang berjongkok di sampingnya dengan memegang gelas yang sudah kosong.
"Apa apaan ini! Laki laki gak ada etika!! semalam kamu memperlakukan aku dengan tidak layak, dan sekarang kamu malah membuat ulah lagi, nyiram wajah aku. Aku gak bisa tinggal diam... !!!!!" Ucap Luna dengan wajah memerah dan nafas yang memburu, Luna berdiri lalu berjalan dengan cepat menuju keluar kamar. Dio tidak menyangka jika Luna akan senekat itu, melapor kepada para penghuni rumah lainnya. Dan lebih parah lagi, pagi ini anggota keluarga sangat lengkap di tambah dengan kedua orang tua Luna yang menginap di mansion utama keluarga Dio.
"HEY, STOP!" Ucap Dio yang berlari dan langsung menghadang Luna dari depan.
"Minggir !" Ucap Luna mendorong Dio ke samping, tapi tidak ada hasilnya ... Karena badan Dio dan Luna yang sangat jauh berbeda.
"Mau apa? Ngadu hm?" Tanya Dio sambil menaikan sebelah alisnya.
"Kalo iya kenapa? Awas !!!!" Ucap Luna dengan nada tinggi.
Reflek Dio membekap mulut Luna dan mendorong Luna sampai wanita itu berjalan mundur dan terduduk di tepi kasur. "Di luar sana, semua anggota keluarga sedang sarapan bersama, bukan hanya keluarga saya, tapi juga keluarga kamu! Apa kamu mau mengecewakan mereka, karena aduan kamu itu?"
Luna berfikir sejenak, wanita itu sependapat dengan Dio kali ini. Dia tidak mau mengecewakan perasaan kedua orang tuanya yang sedang berbahagia, walaupun keadaan terbalik yang Luna rasakan saat ini.
"Think smart." Ucap Dio sambil mengetuk pelipisnya sendiri dengan jari telunjuknya.
"Cepet mandi, mereka nunggu buat sarapan bareng kita." Ucap Dio yang sudah berpakaian rumahan tapi terlihat rapi.
Luna berjalan cepat ke kamar mandi, wanita itu sedang malas beradu argument, karena batal membuat pelajaran atas perbuatan Dio padanya.
20 menit berlalu, Dio sudah menghentak hentakan kakinya, menunggu luna yang belum juga menampakan batang hidungnya keluar dari dalam kamar mandi.
"Mau jadi apa sih dia pagi ini? princess?" Dio terus mengomel karena terpaksa harus menunggu Luna untuk keluar kamar bersama.
Luna keluar kamar mandi dengan dress warna cream yang senada dengan kulitnya yang cerah, dengan rambut di ikat satu yang menampilkan leher jenjangnya.
"Dandan selama itu, jadinya kayak gini doang?" Ucap Dio menatap Luna dari atas hingga ke bawah.
Sebenernya penampilan Luna sangat cantik, tapi Dio sangat tidak mau mengakui itu, dia terus saja menghujat penampilan istrinya.
Luna mengabaikan semua komentar Dio, dan akhirnya mereka berdua keluar kamar dengan senyum yang di paksakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Ririn Nursisminingsih
luna jg cinta dulu biar dio terbucin2 sama kmu
2024-11-17
0
Jamayah Tambi
Isteri itu anugerah Dio.Layan macam wanita.Bukan dimusuhi
2024-10-08
0
Uthie
Wahh... seru niii kalau wanita nya gak lemah dan berani melawan juga 👍😏😏
2024-06-10
1