"Luna udah pulang Tante?" Tanya Kinan.
"Udah tuh, kayaknya capek dia ... langsung masuk kamarnya. Biarkan saja, tidak usah di perdulikan." Ucap Ervina santai.
"Cukup. Tidak usah panggang terlalu banyak. Aku sedang tidak berselera ... Ini hanya untuk mama dan kamu kan?"
"Oh begitu ya, oke." Ucap Kinan yang langsung meletakan beberapa daging ke atas piring.
Kinan, Ervina menikmati hasil masakan Dio di meja makan, sedangkan Dio .. Pria itu menyibukkan diri dengan memainkan ponselnya.
***
Luna memakan sepotong roti yang ada di dalam tas kerjanya, wanita itu mengganjal perutnya untuk sementara sambil menunggu para manusia di luar kamarnya pergi.
Pukul 21.00
Entah apa yang membuat Kinan dan Ervina sangat betah berad di dalam apartemen Vadio, padahal pria itu tidak menanggapinya. Vadio terus menyibukkan diri dengan laptopnya ... sampai kedua wanita itu undur diri, Vadio baru memasuki kamarnya.
Saat akan memasuki kamarnya, sejenak Vadio berhenti memandang pintu kamar Luna yang tertutup rapat, entah apa yang ada di dalam benaknya saat ini.
Sedangkan di dalam sana, Luna menempelkan sebelah telinganya di balik pintu kamar ... Mendengarkan dengan seksama apakah masih ada orang orang yang di hindarinya?
Terdengar suara pintu kamar Vadio yang tertutup, Luna menegaskan bahwa sudah tidak ada orang di luar sana.
Perlahan Luna membuka pintu kamarnya, nyaris tanpa suara .
Luna mengendap ngendap berjalan ke arah dapur, betapa terkejutnya saat melihat peralatan masak yang berserakan dan bekas makanan yang ada di atas meja, membuat Luna menghela nafasnya panjang.
"Sungguh tidak adil!!" Umpat Luna sambil tangannya cekatan membereskan semuanya.
Dengan cepat Luna merapihkan meja makan terlebih dahulu, lalu mencuci peralatan masak yang menumpuk di wastafel.
"Karena pekerjaan dadakan ini, aku jadi lapar maksimal." Luna berniat hanya akan menggoreng telur untuk lauk makan malamnya kali ini, tapi karena energinya lumayan terkuras Luna menambahkan menu mie instan.
Mama, Luna disini bebas mau makan mie instan sesering mungkin.
Matanya berkaca membayangkan betapa protektif kedua orang tuanya melarang Luna jika sering makan makanan instan, sedangkan disini ... tidak ada yang memperdulikannya, di anggap keberadaan nya saja sangat tidak mungkin.
Luna menyantap mie dan telur goreng beserta nasi dengan lahap, seperti tidak makan tiga hari jika di lihat oleh orang lain.
Setelah itu Luna tidak lupa untuk membersihkan kembali peralatan dan bekas makannya agar Vadio tidak mengomel.
Pagi hari,
Vadio bangun sepagi mungkin, berniat untuk membersihkan peralatan semalam, pria itu sangat lelah semalam dan memutuskan untuk membersihkan nya esok pagi, tapi pemandangan yang di lihat pagi ini adalah ruangan yang rapi, bersih dan wangi.
Luna sudah bersiap berangkat bekerja, pagi ini wanita itu sedang enggan untuk membuat sarapan di apartment, dia berniat untuk membelinya di jalan saja. Toh Vadio juga pasti akan menolak, moodnya sedang tidak baik hari ini ... Dari pada ada pertengkaran antara dirinya dan Vadio, Luna lebih memilih mengindari pria itu.
Saat Vadio tengah bersiap di dalam kamarnya, terdengar suara pintu kamar Luna terbuka lalu tertutup. Suara itu cukup mengehentikan aktivitas Vadio yang sedang memasang kancing kemejanya, pria itu mendengar dengan seksama dari dalam kamar, hanya itu yang dia dengar ... Setelah itu tidak ada suara apapun.
Beberapa menit kemudian,
"Kemana wanita itu?" Ucap Vadio yang sudah selesai bersiap dan akan pergi bekerja. Biasanya pemandangan pagi yang dia lihat sudah hampir seminggu ini adalah wanita yang sedang memasak dengan semangatnya, walaupun hasilnya selalu tidak di hargai oleh Vadio.
Mobil Luna baru saja keluar dari apartemen, memutar musik kesukaannya cukup membangkitkan moodnya kembali pagi ini.
Di jalan Luna melihat beberapa penjual makanan yang sedang menjajakan dagangannya, mata nya menangkap pria yang tidak asing, memakai baju olahraga dengan celana pendek di atas lutut dengan tubuh putih dan tinggi, Aldo sangatlah menjadi idaman wanita di sekitarnya, kecuali Luna.
"Si Aldo ngapain tuh?"
Luna menepikan mobilnya, lalu keluar menghampiri Aldo yang terlihat sedang membeli makanan.
"Aldo?" Panggil Luna.
"Hey, Lun... kok Disni?
Luna memegang perutnya yang sudah keroncongan, "Laper, liat kamu lagi jajan ... Jadi kepengen juga." Ucapnya sambil tersenyum.
"Yuk, aku temenin." Ajak Aldo membantu Luna merekomendasikan makanan yang menurutnya enak.
Luna dan Aldo dengan ceria berpindah dari satu jajanan ke jajanan lain, di dalam mobil Vadio tidak sengaja melihat kebersamaan Luna dan Aldo yang tengah tertawa lepas sambil menyantap makanan di kursi panjang yang disediakan pedagang disana.
"Ternyata enak enak makanan di sini, aku baru loh turun buat mampir, biasanya cuman lewat doang."
"Aku nih joging buat turunin kalori, eh ketemu kamu malah nambah kalori, jajan nya banyak banget."
"Sekali kali gpp ya al temenin aku." Ucap Luna tersenyum.
"Aku yang makasih, akhirnya secara gak sengaja kita bisa jalan jalan berdua." Sahut Aldo yang memandang Luna.
Degh ... Jantung Luna berdegup kencang, Aldo belum tau tentang pernikahannya. Cepat atau lambat aku harus menceritakan semuanya pada Aldo dan Karina.
Vadio yang melihat itu menyunggingkan senyumnya, "Murah juga ternyata kamu." Itu kata yang keluar dari mulutnya saat melihat Luna dari kejauhan.
Saat jalanan lengang, Vadio melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, entah kenapa pria itu sedikit kesal dan ingin segera sampai ke kantor.
***
Beberapa Minggu berlalu, sikap Dio kepada Luna makin menjadi.
Weekend kali ini Vadio memilih untuk beristirahat di apartemen, pria itu menyuruh Luna membersihkan semua sudut apartemen terkecuali kamarnya.
Rencana Luna untuk pergi jalan jalan dengan Karina gagal, akibat tugas dadakan yang di perintahkan oleh Vadio.
Luna sudah seperti asisten rumah tangga, dengan lap dan kemoceng yang berada dalam genggamannya.
*Bel berbunyi
Luna membuka pintu, ternyata perempuan yang tidak tahu diri itu datang berkunjung, siapa lagi kalau buka Kinan.
"Hai, Lun." Sapa Kinan dengan pandangan yang sedikit meremehkan, karena melihat penampilan Luna yang memakai kaos oversize dengan rambut di Cepol dan alat kebersihan yang di pegangnya.
"Oh, hai ... "
"Aku masuk ya, udah janjian sama Vadio kok."
Luna tidak menjawab apapun, wanita itu memberi jalan agar Kinan bisa masuk, dan langsung menutup kembali pintunya.
"Hay Kinan, udah datang aja pagi pagi." Sapa Vadio hangat.
Kinan sedikit tercengang pagi ini, Dio tidak dingin seperti biasanya ... pria itu bersikap baik padanya sekarang, kesempatan ini sangat di gunakan sebaik mungkin oleh Kinan.
Sedangkan Luna, wanita itu pura pura tidak melihat kebersamaan suaminya dan seorang wanita yang mengaku hanya teman itu berdekatan sangat tidak wajar.
"Lun, bisa ambilkan minum?" Ucap Kinan tak tahu diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Jamayah Tambi
Oi ambik sendiri.Tak ada tangan.Dah la dtg rumah orang.Klu aku bagi racun aja
2024-10-08
0
Uthie
Hadeuhhhh... balas dongg Luna 👍😡
2024-06-10
2
blecky
Dio udh mulai cmburu kwkwkwkw
2024-06-08
0