Luna tidak memperdulikan permintaan Kinan, karena Luna disini bukan asisten rumah tangga, jadi tidak sepantasnya Luna melayani Kinan. Dan untuk apa juga Luna menghargai Kinan sebagai tamu yang harus menyiapkan minuman, toh wanita itu juga tidak menghargai Luna sebagai istri Vadio.
Vadio melihat ke arah Luna dengan tatapan tajam. "Telinga kamu masih berfungsi kan? Kinan kehausan ini."
"Lalu?" Ucap Luna meletakan sebelah tangan di pinggangnya.
"Buatkan dia minum! Selain bodoh kamu juga ternyata sedikit tuli ya."
Luna mengepalkan tangannya kuat, bisa bisa nya Vadio bicara Setega itu demi membela wanita yang notabene nya hanya teman.
"Oke. Di tunggu." Ucap Luna dengan senyuman manisnya.
"Dio, gak usah keterlaluan seperti itu, kasian Luna" Ucap Kinan yang berpura-pura peduli.
Luna datang dengan nampan berisi 2 cangkir gelas teh hangat, di letakannya satu persatu di hadapan Vadio dan Kinan. "Silahkan." Ucapnya lalu bergegas masuk ke dalam kamarnya.
"Semangat banget aku kali ini belajar saham bareng kamu, makasi ya Dio sudah meluangkan waktu libur kamu untuk aku." Ucap Kinan yang tidak di lihat Dio sama sekali.
"Iya." Jawab Dio yang kembali dengan mode dinginnya.
Tiba tiba Kinan menyemburkan minumannya tepat di atas laptop Dio, reflek pria menjauh dari Kinan. "Kinan, apa apaan kamu?"
"Asin banget, teh nya asin !!!" Ucap Kinan yang berlari menuju dapur untuk mengambil air putih.
Dio berjalan dengan cepat ke arah kamar Luna, pria itu mengetuk pintu seperti zombie yang akan memakan korbannya hidup hidup.
"Luna!!!!!!!! Buka !!!!!"
Luna di dalam hanya bisa tertawa cekikikan tanpa suara, membayangkan wajah konyol Kinan yang nyaris sempurna merasakan asin nya air putih yang seharusnya menyegarkan.
"Apaan sih!" Teriak Luna dari dalam kamar.
"Buka dulu !" Ucap Dio yang tak kalah berteriak.
"Gak!" Ucap Luna sambil menahan tawanya.
"Diooo ..." Panggil Kinan dengan suara lemah.
Terpaksa Dio menghampiri Kinan yang sedang duduk lemas di sofa, "Kamu gak apa apa?"
"Aku jadi mual muntah Dio, keterlaluan istri kamu tuh." Omel Kinan.
"Yasudah cukup sampai sini dulu belajarnya, nanti di lanjut jika aku ada waktu luang lagi." Ucap Dio.
"Tapi aku gak bisa bawa mobil dengan keadaan kayak gini." Keluh Kinan.
Dio mengambil kunci mobil di dalam kamarnya, pria itu tetap memandang kamar Luna yang tertutup.
"Aku antar." Ucap Dio dengan wajah datar.
Senyum sumringah terpancar dari raut wajah Kinan, Kena deh kamu Luna ! Abis ngerjain aku ... Eh Dio malah anterin aku pulang. Batin Kinan.
***
Luna mengendap ngendap keluar dari kamarnya setelah di rasa situasi di luar aman.
Pintu kamar Dio terbuka, perlahan Luna menyembulkan kepalanya pada celah pintu kamar Dio, "Tidak ada orang," Ucapnya memberanikan lebih dalam lagi masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar mandi pun Dio tidak ada.
Mungkin mengantar si gatal itu. Batin Luna.
Sudah waktunya jam makan siang, Perut Luna sudah sedikit keroncongan, wanita itu memanfaatkan waktunya untuk memasak ayam goreng beserta sambal selagi Dio tidak berada di dalam apartemen, semua akan aman jaya sentosa,
Belum lama Luna menyiapkan masakan yang akan dia buat, tapi Vadio sudah kembali pulang.
Saat pintu di buka, Luna terperanjat kaget ... Loh kok dia udah pulang sih?
Dio melihat Luna yang sedang berdiri membelakanginya di dapur, pria itu langsung menghampiri untuk menanyakan maksud dari perbuatan dia tadi pada Kinan.
"Luna, apa maksud kamu kerjain Kinan kayak tadi? Dia salah apa?"
Luna lebih memilih diam, dia tetap melanjutkan aktivitasnya tanpa menganggap keberadaan Vadio.
"Wah, ternyata benar yang tadi aku bilang ... Kamu tuli sungguhan ya ternyata." Ucap Dio yang sudah sedikit emosi.
Luna membalikan badannya dengan cepat, "Iya aku tuli dan kamu bodoh!"
Vadio perlahan berjalan mendekati Luna, "Udah Berani kamu hah?"
"Kenapa engga? Minggir aku lagi masak!" Ucap Luna mendorong tubuh Dio agar tidak menghalanginya.
"Kamu harus tau batasan Luna."
"Hah batasan? Batasan apa? Justru kamu yang gak tau batasan ! Berani beraninya kamu bawa wanita lain masuk kesini, dan lebih parahnya lagi kalian berdua tidak menganggap status aku disini sebagai siapa. Lalu, dia perlakukan aku seperti seorang pembantu dan meminta aku untuk melayaninya. Apa salah jika aku membela diri sendiri dengan memberi pelajaran pada wanita gatal itu? " Ucap Luna dengan nada penekanan.
Vadio menyunggingkan senyumnya, " pertama, ini adalah rumahku, bebas bagiku membawa siapapun untuk datang kesini. Kedua, aku tidak pernah menganggap kamu sebagai apapun di hidupku. Ketiga, kamu memang pantas di perlakukan sebagai pembantu. Dan perlu kamu ingat juga ... Apapun yang kamu lakukan, akan selalu salah dimataku."
"Terserah! Intinya, jangan bawa wanita itu masuk ke dalam jika ada aku disini."
"Bukan urusanmu." Ucap Dio yang meninggalkan Luna masuk ke dalam kamarnya.
Luna berusaha melupakan semua yang terjadi, kali ini dia harus memprioritaskan isi perutnya terlebih dahulu.
***
Hari demi hari berlalu, hubungan Dio dan Luna tidak ada perbaikan sama sekali.
Padahal setiap harinya, Luna selalu berusaha melayani kebutuhan makan Dio, tapi tidak pernah sekalipun pria itu mau menyantap masakan Luna.
Hari ini Luna mengajak Karina dan Aldo untuk makan siang bersama, dengan tujuan memberitahu tentang statusnya yang sudah menikah.
Di sebuah cafe.
Luna menunjukan foto pernikahan dirinya dan Dio di ponselnya.
"Kok tega banget ga undang kita ya Do." Ucap Karina yang sedikit shock mendengar pernyataan Luna.
Aldo tidak menanggapi ucapan apapun, pria itu hanya diam dan mendengarkan cerita Luna dengan seksama.
"Ini mendadak, orang tua kami yang menginginkan. Vadio meyetujui pernikahan ini, tapi dia ingin acaranya tertutup, itu yang menyebabkan aku tidak memberitahu kalian soal pernikahan ini.
"Kamu cinta sama dia?" Ucap Aldo yang baru saja bersuara.
"Aku berusaha untuk cinta."
"Kalian gak saling cinta? Lalu bagaimana kamu menjalaninya? Kalian tinggal satu atap kan?" Ucap Aldo penasaran.
"Tinggal satu atap tapi tidak satu kamar."
"Hah?" Ucap Aldo dan Karina bersamaan.
"Iii-itu artinya kamu masih ... Virgin?" Tanya Karina polos.
Luna mengangguk, "Sebisa mungkin aku akan bertahan, aku yakin suatu saat nanti Dio akan berubah. Ini cuma soal waktu ... Aku tidak boleh mengecewakan kedua orang tuaku."
"Tapi ini gak baik buat kamu Lun." Sahut Aldo.
"Itu aja sih yang mau aku sampein sama kalian, untuk penanganannya seperti apa, biar aku yang jalani." Ucap Luna tidak mau menanggapi perkataan Aldo.
Karina memeluk Luna, "Kamu pasti bahagia kok, mungkin prosesnya memang harus seperti ini."
"Lebay ah Karin." Ucap Luna melepas pelukan sahabatnya itu.
Sebenarnya Luna terharu dengan pelukan Karin, tapi dia tidak mau menunjukkan kesedihannya itu pada dua sahabatnya.
Padahal aku bisa bahagiain kamu tanpa harus merasakan sakit dulu seperti ini Lun, aku kalah cepet ... Batin Aldo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Jamayah Tambi
Luna kanu masak untuk dirimu sendiri.Jangan layan Dio.
2024-10-08
0
Reni Anjarwani
yaa ampun kejam bgt mending kamu tinggal aja luna , dio jg duda ngapain lluna mau sama dio , mending sama aldo yg lebih perhatian
2024-06-05
2
blecky
cba si Aldo dkti Luna buat si Dio cemburu
2024-06-04
1