Tubuh Setyanto bergetar menahan ketakutan, wajahnya pucat pasi mendengar apa yang diucapkan Wati baru saja.
Pandangan tuan Bendowo lekat menatap anak menantunya dengan dingin, isi kepalanya mulai mengingat Cermin pegawas yang diucapkan Wati.
Dulu sebelum membangun istana ini, tuan Bendowo menanamkam beberapa cermin di balik tembok bangunan rumahnya yang memiliki kegunaan sebagai pengawas semua gerak-gerik di areal rumah Bendowo.
Bendowo masih keheranan mengapa dan bagaimana Wati mengetahui keberadaan Cermin pengawas karena seingat Bendowo tak ada yang tau ketika dirinya memasang Cermin itu.
Tuan Bendowo mengambil sesuatu di laci meja kerjanya, sekarang di tangannya terpegang sebuah kaca dengan bingkai hitam berukuran satu jengkal atau kira-kira 4x8 centimeter.
Lelaki tua itu melukai ujung jarinya dan darah mulai menetes di permukaan kaca yang di pegangnya yang tak lain adalah Cermin pengawas sebagimana ucapan Wati.
Kabut tipis mulai menyeruak diantara permukaan Cermin pengawas, terlihat lamat-lamat penampakan orang sedang senpoyongan dengan pakaian putih compang camping penuh noda hitam jelaga dan rambut acak-acakan seperti tak pernah disisir dan berdiri tak beraturan layaknya bulu landak, orang itu memasuki sebuah kamar besar dan langsung menuju kamar mandi, sejurus kemudian orang itu kembali terlihat keluar dari kamar mandi dengan kondisi berbeda dengan sebelumnya.
Terlihat badannya mulai bersih dan rambut panjangnya basah terurai. Dibalik pakaian tipisnya terlihat kulit putih bersih layaknya pualam Negeri Janisari. Kondisi orang itu yang tak lain Sariwati masih sempoyongan menahan rasa pusing.
Tuan Bendowo terus mengamati kejadian yang digambarkan Cermin pengawas, Dia mengambil sebuah benda lagi dalam laci kerjanya.
Sebuah permata putih berbentuk oval dengan gagang terbuat dari kayu berukir yang diantaranya terdiri tiga kaki berbentuk burung garuda sebagai penyangganya.
Tak berapa lama setelah permata itu diletakkan didepan cermin pengawas, Visual yang ada di cermin terpantul membesar di tembok ruangan kerja tuan Bendowo sehingga semua orang yang ada di dalam ruangan itu bisa melihat apa yang terjadi didalam cermin pengawas.
Masih terlihat gadis muda yang tak lain Sariwati duduk disofa sebuah kamar dengan jari-jari memijit kepalanya yang terasa pusing.
Tiba-tiba seorang lelaki muda masuk kedalam kamar itu sambil mengamati apa yang dilakukan Wati, lelaki itu tak lain Setyanto.
Cermin pengawas terus memutar kejadian yang direkamnya sehingga tak satupun adegan luput dari pantauannya.
Terlihat dalam cermin pengawas Setyanto menyapa Sariwati.
"Kenapa kamu dek, apa yang terjadi?" kata Setyanto sambil memandang Wati yang ada didepan.
"Heemm, gue gak apa-apa, pergi lu!" kata Sariwati ketus pada lelaki didepannya. Matanya masih berkunang-kunang dan penampakan Setyanto didepannya terlihat kabur.
Setyanto tertegun malihat Sariwati dengan pakaian tipis sehingga lekukan tubuhnya terlihat jelas. Di antara kerah baju yang lupa ditutup menyembul buah dada putih berkilau laksana pepaya muda disinari rembulan dan diantara bagian bawah baju itu memperlihatkan bagian paha mulus laksana kulit bambu kuning yang terlihat hingga ke pangkalnya.
Melihat itu darah Setyanto bergolak, isi kepalanya mendidih dan degub jantungnya semakin keras berpacu. Nafasnya mulai terasa berat dan dia pun berkata
"Mau mas ambilkan air minum dek?" kata Seryanto pada Wati.
"heemm!" dengus Wati pelan dengan mata sedikit terpejam karena menahan rasa pusing akibat uap material kimia yang dihirupnya di lab tadi.
Setyanto segera beranjak ke dapur mengambilkan minuman. Namun tiba-tiba nafsu jahatnya timbul, Dia bergegas lari ke paviliun tempatnya tinggal dan mengambil sesuatu.
Tanpa diduga oleh Setyanto, Mecha istrinya memperhatikan tingkah suaminya yang mencurigakan, di ikutinya Setyanto.
Setyanto sudah sampai di dapur dan menaruh serbuk putih yang diambilnya dari kamar paviliunnya dan dituangkan pada minuman itu. Dia perlahan melangkah kembali ke kamar Sariwati.
Mecha dari kejauhan terus mengendap-endap mengikuti suaminya yang mencurigakan.
"Minumlah dek, biar badanmu lebih segar." ujar Setyanto pada Wati sambil mengulurkan gelas minuman.
Wati mengambilnya dan minum air yang dibawakan Setyanto, sejurus kemudian Wati terkulai lemas tak sadarkan diri.
Melihat itu seringai Setyanto tersungging penuh nafsu, tak terasa air liur disudut bibirnya menetes dan matanya lekat menatap dan melihat kemolekan tubuh Wati yang tak sadarkan diri.
Diangkatnya tubuh Wati ke atas kasur dan nafasnya mulai memburu penuh nafsu, Setyanto mulai menanggalkan pakainnya dan hendak menjamah tubuh Wati.
'BRUUUAKKK'
Terdengar pintu kamar Wati di tendang dari luar dan terbuka dan tiba-tiba Mecha berdiri didepan pintu dengan mata memerah penuh amarah melihat kejadian didepannya.
"BAJING*AN"
"Apa yang kalian lakukan?" pekik Mecha murka.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
DATUK
ada proyektor juga...mantap ketua burem
2021-02-05
0
IKA 🌹SSC🌷💋plf
untunglah Wati blm d apa2in
2021-02-05
0
ARSY ALFAZZA
like👍
2020-11-14
0