bab 20

"jadi siapa bang nama gadis itu??"suara papa Mahendra mengagetkan mereka semua. Saking asyik nya mengobrol di depan kamar Queen mereka tidak menyadari jika Papah Mahendra baru saja keluar dari lift untuk menghampiri Putri bungsunya. Namun yang dilihatnya malah anak-anak berkumpul di depan kamar Sang Putri di mana mereka sedang beradu argumen satu dengan yang lainnya.

"Pa--papa"

"Kenapa boy kaget gitu? Seperti ada yang disembunyikan dari papa."

"Jadi ada yang mau ngasih tahu papah apa yang terjadi di sini?? Bukannya langsung turun ke ruang makan. Malah pada kumpul di sini."

Ken menggelengkan kepala "nggak ada apa-apa kok Pa. Kita cuma lagi bahas masalah homeschooling."

"Yakin boy. Tadi kalau nggak salah Papa sempat dengar ada tuh yang bahas tentang gadis yang kamu suka boy."

Ken menelan ludah kasar bingung ingin menjawab apa pertanyaan papanya tersebut.

"William, Al? Ada yang mau disampaikan kepada papah? Papa menunggu loh ini."

Al melirik ke arah Ken, tentu saja Ken mengetahui dan menggelengkan kepala meminta Al jangan memberitahukan kepada papanya tentang masalah gadis yang disukainya. Tentu saja hal itu di dilihat oleh Papa Hendra.

"Jadi nggak ada yang mau ngomong. Apa perlu Papa cari tahu sendiri? Al kamu mau diam sampai kapan. Kalian tahu kan seberapa mudah Papa mencari informasi yang kalian sembunyikan."

William menatap tegas Papa Hendra seraya menjawab pertanyaan dari Papa Mahendra"nggak ada yang kita sembunyikan kok Pa. Ini tadi adik-adik pada protes ke Marvin kenapa dia pindah homeschooling sendiri tidak memberitahu kepada mereka. Itu aja kok Pah yang kita bahas tadi."

Papa Mahendra mengangguk-anggukkan kepala mencoba menerima jawaban dari anak kakaknya itu.

"Oke kalau masih nggak ada yang memberitahu ke Papa saat ini. Papa akan mencoba mencari tahunya sendiri. Dan kamu Ken jika Papa sudah dapat informasi tersebut Papa harap kamu menghadap ke Papa Oke boy."

"Sudah sekarang semua ya ayo turun ke ruang makan sebelum Mami dan Mama kalian teriak dari ruang makan."

Benar saja sebelum Papa Mahendra beserta anak-anaknya melangkah menuju lift terdengar sebuah panggilan keras dari arah ruang makan memanggil mereka.

"Anak-anak ayo turun udah jam berapa ini kalian gak pada sekolah!!! Ini kakek sudah menunggu di ruang makan dari tadi!! Apa perlu mami hampiri kalian satu-satu."Mami Priscillia berteriak dengan keras sehingga suaranya menggelegar seluruh rumah.

"Nah kan Mami kalian sudah teriak ayo cepat turun nanti ibu negara bisa mengomel di ruang makan"ajak Papi Aryan kepada anak-anaknya.

Anggota keluarga yang masih berada di lantai 3 buru-buru masuk dalam lift ada juga yang turun ke ruang makan menggunakan tangga.

***

Di ruang makan

Mama Zailine dan Mami Priscillia dari tadi mondar-mandir dari dapur ke meja makan untuk menata makanan yang telah selesai mereka masak tentu saja dibantu oleh beberapa pelayan.

"Mbak ini udah selesai semua kan ya?"

"Udah Lin. Ini tinggal nyiapin piring-piring dan gelas-gelas aja sih. Itu biar bagian pelayan aja yang lakuin."

"Oke deh Mbak kalau gitu aku mau ke kamarnya ayah dulu mau lihat ayah sudah bangun atau belum."

"Iya Lin coba dilihat ayah jam segini kok belum keluar dari kamar."

Mama Zailine pun melenggang pergi menuju kamar kakek Arnawama yang berada tidak jauh dari ruang makan.

Mami Priscillia melihat jam di dinding yang berada di ruang makan. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi namun anak-anak mereka serta suaminya dan adik iparnya belum ada yang turun dari lantai atas.

Sehingga Mami Priscillia mau tidak mau mengeluarkan suara emasnya untuk memanggil mereka segera turun ke ruang makan. Bersamaan itu Mami Zailine datang bersama kakek Arnawama.

"Belum ada yang turun ke bawah nak??"kakek Arnawama bertanya kepada mami Priscillia saat melihat ruang makan masih kosong belum ada satupun anggota keluarganya yang berada di situ.

"Belum ada ayah nggak tahu kenapa ini pada belum turun. Sepertinya Priscillia harus mengeluarkan suara emas Priscil yah. Sebentar ya yah."Mami Priscill pun berjalan ke arah tangga dan bersiap mengeluarkan suara emas yang memanggil seluruh anggota keluarganya.

Teriakan menggelegar dari suara emas Mami Priscillia pun sontak membuat seluruh anggota keluarga yang masih berada di lantai atas buru-buru turun ke bawah.

Kakek Arnawama dan Mama Zailine pun hanya bisa geleng-geleng kepala karena memang setiap pagi hal seperti ini sering terjadi.

Dengan bersedekap dada Mami Priscillia melihat anak-anaknya, suami ,adik ipar dan keponakannya ada yang keluar dari lift ada juga yang turun dari tangga.

"Sudah jam berapa ini. Lihat kakek sudah nunggu kalian dari tadi. Apa perlu Mami ngomel-ngomel dulu dan teriak kayak tadi setiap hari untuk manggil kalian."

"Aih mamiku yang cantik pagi-pagi gini jangan marah-marah dong nanti cantiknya ilang loh."Kenzie mencoba merayu sang mami agar tidak mengeluarkan omelannya pagi itu.

"Nggak usah coba ngerayu mami deh Zie nggak ada pengaruh sama sekali. Cepat ke ruang makan."

"Iya iya Kanjeng ratu anakmu ini akan menuju ke ruang makan."

"Kenzieee!!!"

Kenzie pun segera berlari menuju ruang makan takut kena omelan tambahan dari mamih Priscillia.

Anggota keluarga Pratama dan Marvin serta Kania minus Daddy Mike memulai sarapannya pagi itu. Daddy Mike pada tengah malam buru-buru pergi ke Italy Karena perusahaan yang di sana ada beberapa masalah yang harus ditangani langsung oleh Daddy Mike.

"Hari ini jadwal terapi Princess yang pertama kan ya?"pertanyaan Mama Zailine yang memecahkan keheningan yang ada.

"Loh bukannya besok ya Ma. Setahu Marvin jadwal terapi Queen itu besok. Sebentar coba Marvin cek jadwalnya di iPad."

Marvin pun membuka ipad-nya dan mencari jadwal terapi milik Queen.

Dan ternyata benar seperti yang diucapkan oleh Mama Zailine jika hari ini adalah jadwal terapi Queen yang pertama.

"Gimana Vin benar kan hari ini jadwal terapi Princess?"

"Iya Ma betul."

"Kalau kayak gitu biar mama dan Mami aja yang nemenin Princess untuk terapi hari ini."

"Nggak usah Ma biar Marvin aja."

"No no no, tadi malam Daddy kamu kirim pesan ke Papa kalau pagi ini kamu harus cek lokasi kantor pusat perusahaan Daddy kamu Vin."

"Hal ini harus kamu lakukan dan tidak boleh dibantah Vin, itu instruksi yang disampaikan Daddy kamu kepada papa tadi malam."

Marvin hanya bisa pasrah menerima instruksi dari didinya tersebut sehingga dirinya tidak bisa menemani Queen untuk terapi pertama kalinya.

"Baik Pah nanti setelah sarapan Marvin akan siap-siap untuk cek ke lokasi."