Setelah menyelesaikan sarapan bersama, keluarga Pratama berkumpul di ruang keluarga seperti kebiasaan hari-hari sebelumnya.
Kebetulan pada hari tersebut adalah hari Minggu jadi tidak ada yang memiliki kegiatan di luar pada pagi hari.
AL, Marvin dan Kania sudah duduk di karpet bulu yang terbentang di depan TV, untuk para tetua duduk pada sofa yang ada. Sedangkan para remaja dan pemuda memilih duduk mengikuti AL, Marvin dan Kania.
"Jadi hal apa yang mau di sampaikan oleh Kakek, Papi dan Mami kepada kami?" Marvin bersuara mewakilkan AL dan Kania.
"Biar Kakek saja yang menjelaskan. Tapi tolong jangan ada yang memotong penjelasan Kakek bisa??"
AL, Marvin dan Kania mengangguk setuju.
Kakek mulai menjelaskan semua dari awal dimana permata keluarga Pratama sudah di temukan hingga kondisi sekarang.
AL dan Marvin yang mendengar penjelasan Kaker Arnawama tanpa sadar meremas tangan masing-masing antara terkejut dan tidak percaya dengan apa yang mereka dengar saat ini.
Begitu Kakek Arnawama selesai menjelaskan tanpa banyak kata, AL dan Marvin bergegas keluar untuk menuju ke rumah sakit dimana kesayangan mereka yang selama ini mereka ingin temukan sedang di rawat.
Melihat Marvin dan AL berlari keluar, Kania pun ikutan juga namun dirinya kalah cepat dengan keduanya.
" Sayang!! Kak Marvin!! Tungguin Nia!!"
Namun telat baik Marvin maupun AL sudah naik motor masing-masing dan meninggalkan Kania.
Kania yang melihatnya hanya melongo karena dirinya di tinggalkan.
Kepala Kania di tepuk oleh William.
"Nanti kamu bareng abang saja ke rumah sakitnya. Sudah sana siap-siap. Abang tungguin."
"Iya sayang nanti kita berangkat bersama ke rumah sakit. Biarkan saja Marvin dan AL, karena pasti mereka ingin cepat bertemu dengan Queennya."
Kania mencebikkan bibir.
"Tapi kan Nia juga ingin ketemu dengan Chacha Mih. Bukan hanya mereka berdua."
"Ya udah sih tinggal berangkat bareng kita aja. Gitu aja di bikin repot lo."
"Kenzie bahasanya!" tegur Kakek Arnawama.
Kenzie yang di tegur hanya cengengesan.
"Sudah sana pada siap-siap." Mami Priscillia meminta keluarganya untuk bersiap sebelum ke rumah sakit.
Mami Priscillia memegang lengan Kakek Arnawama menuntun masuk ke dalam rumah di ikuti anggota keluarga lainnya.
Sementara itu Marvin dan AL, keduanya memacu motor dengan kecepatan tinggi beruntung lalu lintas pagi itu cukup lenggang.
Keduanya sampai di rumah sakit hanya dalam waktu 10 menit. Rumah sakit tempat di rawatnya Queen memang berada tidak jauh dari kediaman Mansion Pratama.
Marvin dan AL segera menuju ruang rawat inap setelah sebelumnya bertanya kepada bagian informasi di rumah sakit.
Ruang rawat Queen berada di lantai teratas rumah sakit. Dimana hanya di khususkan untuk anggota kekuarga Pratama selaku pemilik rumah sakit.
Marvin dan AL telah berada di depan kamar namun kedua tidak segera masuk. Mereka sedang mengatur gejolak perasaan yang tak bisa di ungkapkan, harus senang atau sedih saat bertemu dengan kesayangan mereka.
Dengan tangan bergetar Marvin membuka pintu kamar tersebut. Hal pertama yang di lihat Marvin adalah seorang gadis remaja dengan kepala berbalut perban sedang duduk.
Marvin termenung di depan pintu, saat melihat gadis itu. Marvin tidak mempercayai apa yang sedang dilihatnya. Gadis yang selama ini selalu dalam pikiran dan hatinya keberadaannya nyata di hadapannya.
Ketiga orang yang berada di dalam kamar tersebut menyadari jika ada yang membuka pintu.
"Kalian sudah sampai Nak. Masuk Nak jangan berdiri didepan pintu seperti itu" Mamah Zailine menyapa Marvin dan AL saat melihat siapa gerangan yang membuka pintu kamar rawat putrinya.
AL dan Marvin tersadar dari rasa terkejut masing-masing segera masuk ke dalam kamar.
AL memeluk wanita pertama yang menjadi cinta pertamanya.
"AL pulang Ma."
"Selamat yang sayang atas kemenangan pertandingannya. Maaf Mama dan Papa tidak bisa datang untuk melihat kamu bertanding seperti biasa." Mama Zailine mengelus punggung putra kembarnya dengan lembut.
"It's okay Ma, AL paham kok."
Queen diam saja saat menyadari adanya orang baru masuk ke dalam kamar dan tidak mengenal suara orang yang sedang berbicara dengan sang Mama.
Marvin sendiri sedari tadi hanya diam memandang terus kearah gadisnya. Pandangan Marvin terpaku pada Queennya.
Papa Mahendra menggeleng melihat tingkah anak sahabatnya dan menepuk pundak calon menantunya.
Tepukan di bahu menyadarkan Marvin.
"Apakah luka di kepala Queen parah pa?" Lirih pelan Marvin yang hanya di dengar oleh Papah Mahendra.
Papa Mahendra belum sempat menjawab terdengar suara lembut Queen memanggil menarik atensi semua orang yang berada di dalam kamar.
"Pa."
"Iya princess ada apa?? Perlu sesuatu hem?"
"Queen mau ke kamar mandi."
"Ayo Papah bantu sayang."
"Queen bisa sendiri Pa."
"Papah tidak menerima penolakan sayang."
Queen yang hendak turun dari tempat tidur, meraba pegangan yang ada di tempat tidur. Papa Mahendra sigap membantu putrinya untuk turun dari tempat tidur dan menuntun pelan menuju kamar mandi.
Melihat itu baik Marvin maupun AL cukup syok saat mengetahui kebenarannya.
Tadi saat di rumah Kakek Arnawama belum menjelaskan secara detail kondisi Queen karena keduanya sudah terburu pergi meninggalkan mansion.
AL menegang dengan cepat menoleh ke Mama Zailine yang berada tepat di sebelahnya.
"Ma!?"
"Mata Chacha??"
Mamah Zailine menatap putra kembarnya.
"Penglihatan Princess terganggu nak. Adanya gumpalan kecil didalam kepalanya yang mengakibatkan adik kamu itu tidak bisa melihat untuk sementara waktu."
"A--apa Ma? Chacha aku tidak bisa melihat."
"Bisa melihat tapi sangat tidak di jelas AL."
"Tapi bukan permanen kan Ma?" Akhirnya Marvin mengeluarkan suara setelah tersadar dari rasa syoknya.
Mama Zailine mengangguk " dokter bilang ini hanya sementara. Beberapa saat lalu dokter yang di kirim oleh Daddy kamu sudah memeriksa keadaan Queen. Pun mengatakan hal yang sama."
"Da---daddy?"
"Iya Nak. Daddy kamu mengirim seorang dokter spesialis langsung dari Jerman untuk membantu mengobati Queen."
"Jadi Daddy sudah tahu dan Marvin tidak di beritahukan malah disuruh cari informasi sendiri dengan meminta kami kembali pulang ke Indonesia lebih awal." ucap Marvin tak percaya dengan apa yang di lakukan Daddy kandungnya itu.
" Jangan salahkan Daddy kamu boy, Papa yang meminta Daddy kamu untuk tidak memberitahu kepada kalian." Suara Papa Mahendra terdengar dari balik pintu kamar mandi yang baru saja terbuka.
"Kenapa Pa?"
"Agar kalian berdua bisa lebih fokus ke pertandingan."
"Papa tidak mau kabar ini malah mengganggu konsentrasi kalian di pertandingan. Karena papa tahu pertandingan kalian kemarin sangat amat dinantikan oleh kalian."
Baik Marvin dan AL terdiam membenarkan apa yang di katakan oleh Papah Mahendra.
Seandainya mereka mengetahui lebih awal pasti mereka akan memilih kembali ke Indonesia dan tidak jadi mengikuti pertandingan yang sangat ditunggu-tunggu oleh mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
anisa f
kok kania marvin g k rumah ortunya
kan daddy nya jg pulang k indo
2024-11-03
0
inayah machmud
akhirnya Al sama Marvin ketemu sama Queen
2024-05-30
3