Eunggghh.....
Suara lenguhan kecil dari brankar menarik atensi mama Zailine,papa Mahendra, mami Priscillia, papi Aryan yang berada di dalam kamar rawat Queen. Sedang keluarga yang lain ada beberapa urusan yang tidak bisa di tinggalkan
Mama Zailine berjalan mendekat untuk mengecek keadaan putrinya. Mama Zailine melihat sang putri kesayangan hanya bergumam pelan namun matanya masih terpejam. Di dalam ruang rawat tersebut masih terdapat satu perawat yang sedang memeriksa Queen.
"Kapan kira-kira anak saya akan sadar?" tanya mama Zailine.
"Dokter memperkirakan dalam waktu satu jam nona Queen akan sadar nyonya. Nanti jika nona Queen sadar tolong segera untuk memanggil perawat yang bertugas. Kalau begitu kami permisi"
"Iya silahkan"
Papa Mahendra menutup pintu karena dirinya yang paling dekat dengan pintu keluar kamar rawat Queen. Air mata mama Zailine dan mami Priscilia berjatuhan melihat kondisi permata mereka. Kepala yang dibalut perban, dengan beberapa luka yang lumayan parah pada tangan dan kaki.
"Maafkan mama sayang baru bisa menemukan kamu dengan kondisi kamu seperti ini. Mama tidak bisa menjaga Queen dengan baik. Maafkan mama." mama Zailine mencium jemari putrinya. Papa Mahendra mengusap punggung mama Zailine.
"Jangan terus menyalahkan diri sendiri, Sayang. Dalam hal ini aku yang paling bersalah karena tidak cepat menemukan putri kita. Tapi saat ini kita harus fokus pada kondisi Queen. Semoga saja tidak ada hal buruk akibat dari luka dikepalanya, Amin."
"Aamiin."
Sedang papi Aryan menghubungi kepala pelayan mereka untuk mengantarkan pakaian mereka yang maid persiapkan. Papa Mahendra juga meminta tolong salah satu asisten pribadinya yang bernama Balveer untuk mengambil beberapa perlengkapan yang dibutuhkan selama mereka menjaga Queen di rumah sakit.
Mama Zailine tak beranjak dari samping tempat tidur Queen. Mami Priscillia ditempat tidur untuk penunggu pasien. Papi Aryan, Papa Mahendra duduk di lantai yang dilapisi karpet. Sopir keluarga mereka tadi sudah datang mengantar beberapa barang dan pakaian yang dibutuhkan untuk yang menjaga dirumah sakit.
"euuuungg...." Queen membuka mata perlahan
lenguhan Queen sangan lirih tapi mampu membuat semua terjaga karena memang tak ada yang tidur lelap.
"Queen sayang." papa Mahendra menarik nafas lega mendengar lenguhan Queen dan melihat sang putri sudah mulai membuka mata perlahan tanda sang putri sebentar lagi akan sadar.
"si....siapaaa anda? kenapa ini gelap? apakah disini mati lampu?" Queen bertanya setelah dirinya sadar sepenuhnya. Matanya terlihat berkedip berulang kali.
"Ini papa sayang." papa Mahendra mengusap lembut pipi putrinya.
Papa Mahendra menatap mata Queen.
"papa? tapi Queen tidak bisa melihat anda berada dimana? Apa betul anda papa saya?"
Jantung papa Mahendra terasa berhenti berdetak. Mama Zailine menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.
"Apa betul anda papa Queen? tapi anda dimana?" Queen kembali bertanya. Nadanya biasa tapi sanggup mengiris hati yang mendengar pertanyaan Queen. Queen tidak melihat papa Mahendra yang berada sangat dekat dengannya.
Papa Mahendra berusaha tegar meski air mata sudah berjatuhan.
"Ini Papa, Sayang." Papa Mahendra menggenggam lembut jemari Queen.
"Queen tidak bisa lihat papa ya?" tanya papa Mahendra dengan suara tercekat di tenggorokan.
"Keliatan sedikit. Jadi Queen masih punya papa. Apa buktinya kalau anda papa Queen?Queen kecelakaan ya?"
"Iya sayang kamu masih punya papa, mama, papi,mami, kakek dan kakak. Bukti kalau Queen ,putri papa karena papa yang sudah mendonorkan darah papa untuk Queen dimana golongan darah Queen sama dengan papa. Juga kakak kamu melihat kalung yang kamu gunakan disaat membawa kamu ke rumah sakit. Kalung yang kamu gunakan itu merupakan kalung yang dipesan khusus oleh nenek kamu sayang."
"Kata dokter mata Queen kelilipan debu. Harus diobati dulu biar sembuh agar Queen bisa melihat papa, mama dan semuanya dengan jelas lagi."
"Kepala Queen di perban"
"Iya Sayang."
"Queen masih mengantuk, Papa."
"Queen tidur lagi ya."
"Papa jagain Queen sendirian? tidak ada keluarga yang lain ya, Pa?"
Papa Mahendra menatap mama Zailine yang berada dalam pelukan mami Priscillia. Kepala mama Zailine menggeleng. Mama Zailine tak sanggup bicara dengan Queen saat ini. Sedangkan papi Aryan serta mami Priscillia masih shock dengan kenyataan kondisi penglihatan Queen.
"mama dan yang lainnya tidur, Sayang. Queen tidur lagi ya."
"Heum"
Mata Queen terpejam. Papa Mahendra menghela nafas untuk mengusir sesak di dadanya. Queen tampak tenang tidak terpengaruh dengan kondisinya saat ini. Itu membuat papa Mahendra sedikit lega. Penglihatan Queen yang terganggu juga tidak bersifat permanen.
'Masih bisa di obati.' Papa Mahendra menghibur dirinya sendiri.
Papa Mahendra meraih bahu mama Zailine. Dibawa mama Zailine ke luar kamar. Dipeluk erat tubuh istrinya. Mama Zailine tak lagi menahan suara tangisnya. Papa Mahendra membiarkan mama Zailine menangis sepuasnya. Kemeja papa Mahendra sampai kusut karena dicengkeram mama Zailine. Dan juga basah oleh air mata istrinya. Papa Mahendra sendiri menangis tanpa suara. Sekuat apapun papa Mahendra menahan air mata, akhinya jatuh berderai juga.
Di dalam kamar, mami Priscillia duduk di dekat ranjang. Diusap lembut lengan Queen. Air mata meleleh di mata mami Priscillia. Papi Aryan bangkit dari duduk, kemudian berdiri dibelakang mami Priscillia. Papi Aryan mengusap lembut kedua bahu mami Priscillia.
"Queen pasti sembuh." Papi Aryan bicara dengan suara lirih. Untuk meyakinkan istrinya dan juga dirinya sendiri.
"Ini cobaan yang terlalu berat. Di saat kita yang baru menemukan Queen kembali setelah hampir 14 tahun lamanya. Queen harus menerima kenyataan tentang keadaannya saat ini." mami Priscillia bergumam lirih.
"Queen kita pasti kuat dan kita harus lebih kuat lagi." Papi Aryan masih mengusap kedua bahu Mamih Priscillia.
Di luar kamar.
Perlahan mama Zailine mulai tenang. Sehingga papa Mahendra membawa mama Zailine kembali masuk ke dalam kamar. Mereka berdua duduk di sofabed.
"Queen sangat tenang. Tidak terpengaruh dengan penglihatannya yang terganggu. Kita harus bisa lebih tenang dari dia. Agar bisa memberi dia semangat. Kata dokter ini hanya buta sementara, bukan buta permanen. Semoga bisa disembuhkan."
Mama Zailine masih belum juga bisa berkata-kata. Penyesalan dan rasa bersalah tak mau sirna. Semua karena ia merasa kejadian saat ini merupakan keteledorannya dirinya 14 tahun lalu dimana sang putri di bawa pergi oleh pesaing bisnis keluarga mereka. Dan keluarga mereka baru menemukan sang putri sekarang namun dalam kondisi yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja. Namun Mama Zailine sadar, ucapan papa Mahendra benar. Tak ada guna menyesal dan merasa bersalah. Queen tidak perlu itu. Yang Queen perlukan adalah semangat dan perhatian sepenuhnya dari mereka semua.
Tidak ada satu orang pun dari mereka yang bisa tidur. Semua terjaga sampai subuh. Mereka memutuskan untuk berdoa bersama di ruang perawatan Queen yang sangat luas itu. Setelah berdoa bersama, papi Aryan ke luar untuk membeli sarapan. Setelah sarapan, papa Mahendra menelepon William, memberitahu bahwa Queen sudah sadar. Papa Mahendra meminta tolong William untuk memberitahu Keenan beserta si kembar jika adik mereka telah sadar tidak mengatakan kalau Queen kehilangan penglihatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
@mmr_jjy
terharu aku baca nya/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
2025-01-28
0
inayah machmud
akhirnya Queen siuman
2024-05-30
2