Bab 8 : TPSO

Sepasang mata Karin tak lepas dari sosok Alvaro yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Pria dengan postur tubuh tinggi tegap itu selalu nampak mempesona dimata Karin. Dia bahkan sampai menggigit bibir bawahnya untuk memastikan bahwa sosok yang ada dihadapannya itu adalah benar nyata.

"Al? Apa yang kamu lakukan disini? Tadi kamu bilang harus mengurus pekerjaan?" Mendapatkan pertanyaan dari David, Alvaro mengalihkan pandangannya dari Karin dan beralih menatap David dan Kenzo secara bergantian. Kedua sahabatnya itu sedang menatapnya dengan tatapan bingung saat melihat kehadirannya yang tiba-tiba disana.

Alvaro menatap Karin kembali, tatapannya kali ini lebih seperti mengintimidasi. Jelas-jelas semalam asistennya sudah mengantarkan wanita itu pulang sampai ke rumah. Tapi apa yang dilakukan Karin? Dia malah ikut pergi setelah mobil yang mengantarkannya pergi.

"Semalam sekertarismu ini datang menemuiku. Dan aku menyuruh asistenku untuk mengantarkannya pulang sampai kerumah. Tapi tiba-tiba di pagi harinya dia dikabarkan menghilang. Aku tidak mau disalahkan atas apa yang terjadi pada wanita ini." Alvaro berkata dengan begitu dinginnya, membuat Karin memalingkan wajahnya kesamping, merasa tidak suka dengan kalimat-kalimat penuh penekanan yang diucapkan oleh pria itu.

"Tenang saja, Al. Karin-ku ini baik-baik saja. Untung ada Ken yang menjaganya sejak semalam, bukan begitu Ken?" David menepuk pundak Kenzo dan mengedipkan sebelah matanya.

Kenzo hanya tersenyum dan menggeleng-geleng pelan melihat kelakuan David. Sepertinya David benar-benar berniat untuk menjodohkan dirinya dengan Karin.

Karin menatap Kenzo. "Ken, maukah kamu menyuapi aku makan? Aku merasa sangat lapar sekarang."

Ketiga pria itu langsung menatap Karin saat mendengar permintaan Karin. David merasa usahanya untuk menjodohkan Karin dan Kenzo sudah berhasil. Padahal Karin sedang merasa kesal pada Alvaro. Bagaimana tidak, dia pikir pria itu datang kesana karena khawatir padanya.

"Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Alvaro tak ingin berlama-lama disana. Dia harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dulu dikantor, sebelum pulang ke apartemen untuk menjemput Maya. Sore ini mereka akan pergi berkunjung ke kediaman orang tua Alvaro.

Karin hanya bisa menatap sedih pada sosok yang sudah menghilang itu. Padahal dia masih belum puas memandangi wajah Alvaro. Seandainya mereka hanya berdua saja diruangan itu, Karin pasti sudah mencegah kepergian Alvaro.

Sayangnya ada David dan Kenzo disana, hingga Karin membiarkan Alvaro untuk pergi begitu saja. Karin segera mengambil alih piring dan sendok ditangan Kenzo saat pria itu hendak menyendokkan nasi untuknya. Tadi dia tidak bersungguh-sungguh meminta Kenzo untuk menyuapinya.

Setelah melangkahkan kakinya beberapa langkah menjauh dari ruangan dimana Karin tengah dirawat, Alvaro berpapasan dengan papa dan tante Karin. Mereka saling menghentikan laju kakinya dan saling menatap.

Ardi tersenyum senang melihat kehadiran Alvaro disana. Dia semakin yakin jika Alvaro adalah benar kekasih putrinya. Itu artinya Karin tidak membohongi dirinya.

"Nak Alvaro? Kamu juga ada disini?" tanya Ardi yang dijawab anggukan kecil oleh Alvaro.

Ardi menoleh ke arah Lidia yang berdiri di sampingnya. "Temuilah Karin lebih dulu, aku ingin bicara dulu dengan Nak Alvaro."

"Tapi Mas...."

"Ikuti saja perintahku." tegas Ardi yang tidak bisa ditolak lagi oleh Lidia. Dengan ragu-ragu wanita itu melangkahkan kakinya pergi keruangan dimana Karin tengah dirawat, meninggalkan Ardi dan Alvaro berdua disana.

Dua orang pria terpaut umur cukup jauh itu berdiri dengan saling berhadapan. Sepertinya ini adalah momen yang tepat bagi Alvaro untuk mengatakan sejujurnya pada papa Karin jika dia dan Karin tidak memiliki hubungan apapun.

"Maaf, Om. Sebenarnya saya dan Karin tidak...."

"Nak, tolong jaga Karin dan jangan sakiti dia. Sejak usia 10 tahun, Karin sudah kehilangan sosok seorang ibu. Om dan mamanya Karin memutuskan untuk bercerai karena sudah tidak ada kecocokan diantara kami," ucap Ardi dengan menundukkan wajahnya sedih.

"Karin selalu merasa kesepian, dia selalu menanyakan dimana mamanya, kenapa mamanya tidak pulang," bendungan air mata mulai menggenang dikedua bola mata pria berumur 55 tahun itu. "Om tidak bisa menjawab jujur padanya, hanya kebohongan dan kebohongan yang semakin menumpuk yang Om berikan sebagai jawaban untuk Karin," dengan jari telunjuk dan jari jempolnya, Ardi mengusap bendungan air mata dikedua matanya.

Ardi kembali mengangkat wajahnya dan menepuk pundak Alvaro dengan tangan kanannya.

"Berjanjilah Nak, kamu tidak akan pernah menyakiti hati dan perasaan Karin. Om bisa melihat jika Karin sangat mencintai kamu. Tolong jaga Karin!"

Kalimat itu seperti sebuah pukulan benda keras dalam diri Alvaro. Bagaimana mungkin dia berjanji untuk menjaga wanita lain disaat dia sendiri sudah memiliki seorang istri. Namun saat mendengar cerita papa Karin tadi, hati Alvaro merasa terenyuh. Dia tidak mengira jika wanita yang dia anggap gila ternyata memiliki kisah hidup yang kelam.

Alvaro merasa sangat tersudut sekarang, diantara dia harus jujur atau malah harus terlibat lebih jauh lagi atas kebohongan Karin. Apalagi dengan kondisi papa Karin yang memiliki riwayat penyakit jantung. Membuat Alvaro bingung untuk mengambil keputusan.

...🌹🌹🌹🌹🌹...

Malam ini Alvaro dan Maya pergi mengunjungi kediaman keluarga orang tua Alvaro. Dan sekarang mereka sedang menikmati makan malam.

Hubungan Maya dan kedua mertuanya memang sangat dekat, apalagi Maya adalah menantu pilihan yang memang sengaja dijodohkan dengan Alvaro. Satu tahun pertama menjadi anggota keluarga Adelard membuat Maya merasa sangat bahagia, selain memiliki suami yang tampan dan sangat mencintainya, dia juga memiliki mertua yang sangat menyayanginya seperti menyayangi putri kandungnya sendiri.

Namun di tahun kedua pernikahan mereka, Maya mulai terusik dengan pertanyaan-pertanyaan soal anak. Dia juga sudah mencoba memeriksakan dirinya kedokteran kandungan. Dan dokter bilang tidak ada masalah yang serius, semuanya normal. Mungkin memang belum dikasih saja dan mereka harus lebih bersabar dan berusaha lagi.

"Bagaimana kabar orang tua kamu, May? Apa mereka masih liburan diluar negeri?" tanya Tuan Mike yang adalah papa dari suami Maya. Saat ini mereka sudah duduk di ruang tengah, ruang santai keluarga.

"Masih Pa. Mungkin bulan depan mereka baru kembali," jawab Maya. Kedua orang tua Maya dan adik laki-laki Maya memang sedang pergi liburan ke Jepang.

"Bagaimana jika malam ini kalian menginap saja disini? Besok kan hari libur, sekalian mama ingin ngobrol-ngobrol banyak sama Maya. Bagaimana Al?" Nyonya Riana menatap kearah sang putra yang duduk di sofa bersebrangan.

"Al??" sekali lagi Nyonya Riana memanggil, namun tetap tidak ada sahutan.

Kedua tangan Maya menyentuh lengan suaminya dan mengguncangnya pelan. Membuat Alvaro segera tersadar dari lamunannya.

"Sayang, mama bertanya padamu." ucap Maya.

Alvaro menganggukkan kepalanya. "Ya, Ma. Al dan Maya akan menginap malam ini. Kalau begitu, Al permisi ke kamar dulu."

Melihat sikap tak biasa suaminya membuat hati Maya bertanya-tanya. Sejak kemarin dia melihat sikap aneh pada sang suami. Maya memandangi punggung suaminya yang semakin menjauh dan menghilang dibalik tembok ruangan yang memisahkan ruang tengah menuju ke arah kamar mereka.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

🗣️Author : Ruwet-ruwet kamu Al 😆 salah sendiri datang kerumah sakit 😆

Terpopuler

Comments

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

makin ruwet yaa jadi termenung sendiri si al wkwk.

2024-08-03

1

dewidewie

dewidewie

memang ruwet , bagaimana nasip Karin

2024-06-14

1

Kak Meyla

Kak Meyla

Kamu sendiri yang bikin ruwet al ngak mau jujur dengan ayah karin

2024-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!