Bab 7 : TPSO

Lidia dan Ardi menoleh ke arah pintu saat mendengar seperti ada suara dari balik pintu. Merasa khawatir jika Karin sudah pulang dan mendengar perdebatan mereka barusan, Ardi berjalan mendekati pintu dan membuka lebar pintu itu, ternyata tidak ada siapa-siapa disana. Mungkin saja Karin tidak pulang malam ini dan memilih menginap di rumah Dhea lagi.

Sementara Karin sedang berlari dengan butiran air mata yang tak mau berhenti keluar dari sepasang mata indahnya. Hatinya begitu kalut mengingat apa yang dia dengar barusan. Wanita yang dia agung-agungkan dalam hatinya selama ini ternyata adalah seorang wanita yang tega meninggalkan suami dan anaknya demi mengejar cinta suami orang.

Langkah kaki Karin semakin jauh, hingga kini dia tengah berdiri di persimpangan jalan. Matanya menatap pada jalanan aspal yang kosong, tak terdengar suara kendaraan yang melintas. Tatapan yang sendu, mata yang sembab dan jiwa yang kalut tengah bersatu dalam dirinya. Ingin rasanya dia berteriak sekeras mungkin untuk meluapkan rasa marah dan kecewa dalam dirinya.

Sesekali Karin menyeka air matanya, dia nampak celingak-celinguk melihat sekelilingnya, tempat dia berdiri sekarang memang sangat sepi.

Karin merasakan kedua kakinya sangat pegal sekali. Hampir 4 jam dia berdiri di depan kantor Alvaro tadi. Walaupun akhirnya pengorbanannya berakhir sia-sia karena Alvaro tidak mau membantunya untuk memuluskan kebohongannya.

"Al, seandainya sekarang kamu ada dihadapanku, bolehkah aku memelukmu?" Lirih Karin. Sayangnya semua itu hanya akan menjadi mimpi bagi Karin, pria itu tidak mungkin akan datang di hadapannya sekarang.

Dari kejauhan cahaya lampu mobil menyorot pada Karin. Nampak sebuah mobil berwarna merah melaju kearahnya dan berhenti tepat disamping Karin.

Seseorang turun dari kursi pengemudi dan berjalan menghampirinya Karin.

"Karin?"

Karin ingin menjawab panggilan itu, namun bibirnya terasa begitu kelu untuk menjawab. Dia hanya bisa menatap wajah pria yang sedang berdiri dihadapannya dengan pandangan yang semakin lama semakin memudar.

Karin memegangi kepalanya yang terasa sangat berat sekali. Tiba-tiba tubuhnya terasa seringan kapas dan pandangannya mulai gelap. Tubuh jenjangnya hampir saja luruh keatas aspal, beruntung sebuah tangan kekar lebih dulu menangkap dan membawa tubuh Karin ke dalam pelukannya.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

Sejak semalam Alvaro tidak bisa tidur. Dia terus teringat dengan Karin. Alvaro tau ini salah, bagaimana bisa dia memikirkan wanita lain saat sudah ada Maya disisinya.

Alvaro berusaha keras untuk menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya hari ini. Tapi tetap saja dia tidak bisa berkonsentrasi. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk datang ke perusahaan David. Dia hanya ingin memastikan Karin baik-baik saja setelah berkata jujur pada keluarganya tentang hubungan mereka yang adalah sebuah kebohongan.

Sesampainya di lantai paling atas gedung yang menjulang tinggi itu, Alvaro mengedarkan pandangannya pada meja yang terletak tidak jauh dari ruangan kerja David. Namun meja itu kosong, tidak ada sosok Karin yang sedang duduk disana. Mungkin saja wanita itu sedang berada di dalam ruangan David.

Pintu ruangan kerja David terbuka, nampak David keluar dengan terburu-buru dan wajah yang terlihat cemas. Mata David menatap pada layar ponselnya yang berada ditangannya, dia seperti sedang mencoba menghubungi seseorang.

"David?" Panggil Alvaro membuat langkah kaki David berhenti dan menatap pada sahabatnya yang sudah berdiri tidak jauh darinya.

"Al? Kamu disini?" Tanya David berjalan mendekat ke arah Alvaro. Tidak biasanya Alvaro menginjakkan kaki di perusahaan miliknya.

"Ada apa? Sepertinya kamu terlihat cemas sekali?" Tanya Alvaro.

David mengangguk dengan keningnya yang berkerut, menandakan dia memang sedang mencemaskan sesuatu.

"Karin. Karin tidak pulang semalam," jawab David membuat Alvaro tercengang.

David melanjutkan kembali ucapannya. "Sejak pagi aku mencoba menghubunginya tapi ponselnya tidak aktif. Biasanya jika tidak masuk kerja dia akan mengabariku lebih awal. Tadi aku mencoba menelfon keluarganya dan katanya semalam Karin tidak pulang. Mereka juga sudah mencoba menghubungi teman Karin tapi katanya Karin juga tidak menginap di rumah temannya."

Hati Alvaro merasa tidak tenang setelah mendengar penjelasan dari David. Pikirannya melayang pada kejadian semalam. Dia sudah menyuruh asistennya untuk mengantarkan Karin pulang sampai kerumahnya. Dan tadi pagi dia juga sudah menanyakan pada asistennya untuk memastikan semalam Karin pulang sampai kerumahnya dengan selamat.

"Oya, Al. Kemarin Karin sempat menanyakan alamat kantormu. Apa dia datang menemui kamu kesana? Kemarin aku memberinya ijin pulang lebih awal karena dia bilang ingin menemui kamu untuk mengucapkan terima kasih sekaligus mau mengembalikan jas yang kamu pinjamkan tempo hari."

Alvaro menganggukkan kepalanya. "Ya, dia memang datang menemuiku."

David nampak berkacak pinggang dan menghembuskan nafas kasar. Otaknya mulai berfikir dengan keras dan mulai menduga-duga apa yang terjadi pada Karin semalam.

"Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Karin, Al? Bagaimana jika setelah pulang menemui kamu, Karin mendapatkan musibah dijalan. Karin adalah wanita yang cantik, bagaimana jika ada pria hidung belang yang mencoba melecehkannya dan...." David tidak melanjutkan kata-katanya, dia dan Alvaro saling menatap dengan satu pikiran yang sama.

Drdrdttt... Drdrdttt....

Ponsel David bergetar, ada panggilan dari Kenzo disana. David segera mengangkat telefonnya dan bicara dengan serius di telefon. Alvaro hanya menyimak apa yang dibicarakan oleh David dan Kenzo.

"Al, Karin bersama dengan Kenzo ternyata. Semalaman Kenzo bertemu dengan Karin dijalan dan Karin pingsan. Aku mau menyusul ke rumah sakit, apa kamu mau ikut denganku?" Ucap David setelah menutup panggilan telefon.

David merasa sangat lega sekali karena Karin tidak kenapa-kenapa. Sebagai bos, dia juga merasa bertanggung jawab atas keselamatan Karin. Itulah sebabnya dia selalu menyuruh Karin untuk pulang lebih awal ketimbang dirinya. Apalagi Karin adalah seorang wanita.

"Tidak, aku masih banyak pekerjaan yang harus aku urus dikantor," tolak Alvaro dengan wajah datarnya.

David mengangguk mengerti. "Ya sudah, kita turun bareng. Aku mau lihat keadaan Karin."

Kedua pria itu melangkahkan kakinya turun ke lantai bawah dengan menggunakan lift. Mereka saling berpisah dihalaman depan kantor dengan menaiki mobil masing-masing.

David melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit. Sesampainya disana dia langsung bertanya pada bagian resepsionis untuk menanyakan ruangan dimana Karin tengah dirawat.

Sementara itu disebuah ruangan nampak Kenzo yang sedang membujuk Karin untuk makan, karena sejak sadar dari pingsannya Karin tidak mau memakan apapun dan hanya berdiam diri saja.

"Rin, makan sedikit aja, biar kamu bisa minum obat," bujuk Kenzo dengan memegang piring berisi nasi beserta lauknya. Saat ini dia sedang berdiri di samping brankar yang diduduki oleh Karin.

Sebenarnya Karin sudah diperbolehkan untuk pulang, namun Kenzo sedang menunggu David datang dengan membawa keluarga Karin untuk menjemput.

"Ken!!" Panggil David membuat Karin dan Kenzo menoleh ke arah pintu dimana David sudah berdiri disana.

David melangkahkan kakinya menuju ke arah brankar tempat Karin sedang duduk sekarang. Dia menarik nafas lega karena melihat Karin baik-baik saja. Walaupun wajah wanita itu nampak pucat dan matanya sedikit sembab.

"Syukurlah Rin kamu baik-baik saja. Saya juga sudah menelfon keluarga kamu untuk datang kemari," saat dijalan tadi David sempat menelfon tante Karin dan memintanya untuk datang ke rumah sakit.

"Pak, apa Bapak datang kemari sendirian?" Tanya Karin mengalihkan topik pembicaraan.

David menganggukkan kepalanya. "Ya, saya datang sendiri. Memangnya kamu berharap saya datang dengan siapa?"

Karin tidak menjawab, raut wajahnya nampak kecewa mendengar jawaban dari bosnya. Ditatapnya pintu ruangan yang sedikit terbuka. Meskipun sangat mustahil, namun dia sangat mengharapkan kehadiran Alvaro disana.

Mata Karin nampak berkaca-kaca, wajahnya menunduk sedih. Ingatan tentang percakapan papa dan tantenya semalam masih tertanam dengan jelas dibenak Karin. Seandainya saja dia bisa melihat wajah Alvaro, mungkin itu bisa menyembuhkan sedikit kekecewaan dihatinya saat ini.

"Apa kamu suka sekali menyusahkan orang lain?"

Suara itu mampu mengalihkan perhatian Karin untuk menatap kearah pintu kembali. David dan Kenzo pun ikut menoleh ke pintu. Nampak Alvaro sudah berdiri diambang pintu dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong celananya. Sebuah senyuman kecil tergambar diwajah Karin, melihat sang pujaan hati sedang berdiri menatapnya.

...🌹🌹🌹🌹🌹...

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

menurut q Karin baiknya sana Kenzo aja... sama sama masih jomblo... daripada sama Al yg sudah beristri

2025-02-06

1

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

karin begitu mengharap alvaro yaa, gmana kalau dia tahu alvaro ternyata suami org apa dia masih berharap gitu, jgn nanti ada yg bilang kamu sama seperti ibumu karin hurmm.kalau betul ibumu gitu kasian sekali kamu karin. 😢

2024-08-03

2

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

𝚔𝚊𝚛𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙 𝚔𝚎𝚍𝚊𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚊𝚕𝚟𝚊𝚛𝚘, 𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚒𝚊 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐, 𝚊𝚙𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙?

2024-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!