"Ma, dimana Al? Sejak bangun aku tidak melihatnya," tanya Maya pada mama mertuanya. Dia terpaksa menginjakkan kakinya di dapur, berjalan mendekati mama mertuanya yang sedang memasak dengan dibantu oleh dua orang asisten rumah tangga.
Arini segera menghentikan aktivitasnya mengiris bawang putih, dia menoleh ke arah menantunya yang sudah nampak segar dan wangi. Arini tersenyum hangat pada wanita berusia 27 tahun itu.
"Sudah bangun May? Al bilang dia ada urusan sebentar dikantor. Nanti juga dia kembali," jawab Arini.
"Mending kamu bantuin mama masak dulu yuk sambil nungguin Al pulang," ajak Arini. Wanita itu kembali dengan aktivitasnya mengiris bumbu-bumbu dapur yang akan dia pakai untuk memasak sayur.
"I-iya, Ma," jawab Maya ragu-ragu.
Memasak memang bukanlah kebiasaan Maya. Di apartemen ada seorang asisten rumah tangga yang memang sengaja dipekerjakan khusus untuk memasak dan bersih-bersih dari pagi hingga sore hari. Hingga Maya tidak perlu repot-repot untuk memikirkan pekerjaan rumah.
Drdrdttt... Drdrdttt...
Ponsel Maya bergetar, dia menatap layar ponsel ditangannya dan melihat ada panggilan masuk dari seseorang yang akhir-akhir ini terus saja mengganggunya.
"Ma, Maya pamit ke kamar mau angkat telefon dulu," pamit Maya yang dijawab anggukan oleh Arini.
Maya pergi meninggalkan dapur menuju ke kamarnya. Dia segera menggeser tombol hijau dilayar ponselnya karena seseorang terus saja mencoba menghubunginya hingga berkali-kali.
"Sudah aku bilang jangan menggangguku lagi. Sekarang aku sedang ada di rumah Al, dan aku tidak mau Al sampai curiga dan mengira kita punya hubungan yang macam-macam!!" tegas Maya pada pria yang sedang menelfonnya.
Maya langsung memutuskan sambungan telefonnya tanpa mendengar jawaban lebih dulu dari seseorang di seberang sana. Kemudian dia mencari kontak Alvaro dan mencoba menelfon suaminya. Tidak biasanya Alvaro pergi ke kantor dihari libur, Maya hanya ingin memastikan saja jika Alvaro benar-benar sedang ada pekerjaan.
...🔥🔥🔥🔥🔥...
Karin menjauhkan wajahnya, dibukanya kedua matanya dan ditatapnya wajah sang pujaan hatinya dengan tatapan sayu. Mungkin Alvaro akan berfikir jika dirinya sudah gila dan begitu agresif. Namun, Karin tidak peduli, setidaknya dia merasa lega karena sudah berani mengungkapkan perasaannya pada Alvaro.
"Kamu tidak akan percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Tapi aku percaya, karena aku mengalaminya. Dan cinta itu adalah kamu, Al." Karin melepaskan cengkeramannya dari jaket Alvaro. Dengan wajah tertunduk, Karin melangkahkan kakinya mundur beberapa langkah.
Alvaro hanya mampu memandang Karin tanpa bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri. Perasaannya begitu campur aduk, ingin sekali dia menyanggah ucapan Karin, namun bibirnya begitu kelu untuk berucap.
Alvaro ingin marah pada Karin karena telah berani menciumnya. Tapi melihat kesedihan yang tergambar di wajah Karin membuat Alvaro merasa tidak tega untuk memarahinya.
Karin mengangkat kembali wajahnya, membuat tatapan mereka kembali terkunci. Tatapan yang mampu membuat Alvaro merasakan sebuah getaran yang aneh dalam dirinya.
"Bohong jika aku tidak merasa sakit saat kamu tidak bisa menerima perasaanku, Al. Tapi aku sangat sadar siapa diriku. Mendambakanmu, bagaikan pungguk merindukan bulan." Karin menyeka air matanya, sadar jika cintanya tidak akan mungkin terbalas.
"Aku akan pulang dan akan menceritakan semuanya pada keluargaku. Setelahnya, mungkin aku akan menerima perjodohan yang sudah mereka siapkan untukku."
Mendengar ucapan Karin, hati Alvaro semakin teriris. Dia ingin mengabaikan perasaan Karin, namun hati dan pikirannya seperti bertentangan. Beberapa hari ini wanita itu telah mampu mengusik hidupnya, membuatnya tidak bisa tidur dengan selalu memikirkannya.
Namun, Alvaro mencoba menyangkal perasaannya sendiri, dia yakin apa yang dia rasakan pada Karin bukanlah cinta. Dia hanya kasihan saja pada Karin. Apalagi setelah mendengar cerita dari papa Karin kemarin saat dirumah sakit, Alvaro semakin yakin jika dia hanya merasa kasihan.
"Biar aku mengantarmu pulang dan membantumu menceritakan semuanya pada keluargamu. Bagaimanapun aku sudah terlibat sampai sejauh ini, aku tidak mungkin membiarkan kamu dimarahi sendirian." Alvaro yakin perasaannya pada Karin hanya kasihan, bukan cinta. Itulah sebabnya dia ingin membantu Karin untuk menjelaskan pada keluarga Karin tentang kebohongan Karin tempo dulu.
"Terimakasih, Al. Aku pulang sendiri saja, kamu tidak perlu datang untuk menemuiku lagi." Karin membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya pergi menjauh dari Alvaro.
Baru saja Alvaro ingin pergi mengejar Karin, ponselnya berdering dan ada panggilan masuk dari Maya. Istrinya itu pasti curiga dan tidak percaya jika dirinya sedang berada di kantor.
"Halo, May," sapa Alvaro mengangkat telefon dari Maya.
"Sayang, kamu dimana? Mama bilang kamu sedang ada pekerjaan penting. Memangnya sepenting apa pekerjaan itu sampai kamu pergi tanpa pamit padaku?" tanya Maya.
"Tunggulah sebentar, aku akan segera kembali." Alvaro memilih untuk tidak menjawab pertanyaan beruntun Maya. Dia segera menutup sambungan telefonnya dan kembali menatap ke arah kepergian Karin.
Alvaro melihat Karin sudah tidak ada disana, wanita itu sudah menghilang dari pandangan matanya. Dan Alvaro tidak berniat untuk mengejarnya, dia tidak ingin memberikan harapan pada Karin. Walaupun Alvaro sendiri tidak tau bagaimana perasaannya sekarang ini. Hanya dengan melihat kesedihan Karin bisa membuat hati Alvaro ikut merasakan sedih.
"Tidak, aku tidak boleh jatuh cinta pada Karin." Alvaro mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Lebih baik sekarang dia pulang ke rumah orang tuanya untuk menjemput Maya. Alvaro yakin Maya adalah satu-satunya wanita yang bertahta dihatinya.
...🔥🔥🔥🔥🔥...
Ardi merasa sangat bahagia sekali melihat hubungan Karin dan Alvaro. Dia sangat berharap Alvaro benar-benar serius dan tidak akan pernah mengecewakan ataupun menyakiti Karin.
"Kamu lihat sendirikan? Karin-ku tidak mungkin berbohong. Buktinya nak Alvaro sampai datang kemari untuk menjemput Karin," ujar Ardi dengan bangga. Dia sangat mempercayai ucapan putrinya.
Lidia menarik nafas panjang, dalam hatinya seperti ada yang mengganjal tentang hubungan Karin dan Alvaro. Namun sebagai seorang tante, Lidia juga sangat berharap Karin bisa bahagia dengan pria pilihannya.
"Ya, mas, aku salah. Mulai sekarang aku tidak akan mencarikan pria untuk dijodohkan dengan Karin lagi," ucap Lidia.
"Mas tau kamu sangat menyayangi Karin dan ingin yang terbaik untuk Karin. Tapi kita juga tidak bisa memaksakan Karin untuk menjalani sesuatu yang tidak sesuai keinginannya. Biarkan Karin bahagia dengan pilihannya. Mas yakin, Karin pasti tau apa yang terbaik untuknya."
Lidia menganggukkan kepalanya setuju. Selama ini belum pernah ada pria yang Karin kenalkan sebagai kekasih, karena Karin selalu menutup diri dari para pria yang mendekatinya. Itulah sebabnya Lidia selalu mencoba mencarikan pasangan yang baik untuk Karin, walaupun harus selalu berakhir penolakan dari Karin.
Dari balik pintu Karin mendengarkan percakapan papa dan tantenya. Air matanya kembali menetes membasahi pipinya. Papanya begitu percaya dengan kebohongannya. Jika sudah begini, apa Karin tega untuk mengatakan sejujurnya pada dua orang didalam sana.
...💖💖💖💖💖...
🗣️ Boleh minta ulasan, gift dan vote-nya kakak-kakakku 😊 Silahkan tinggalkan komentar-komentar bijak kalian supaya bisa menjadi motivasi author dalam melanjutkan ceritanya 🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
sherly
mumet sendiri jadinya karin
2024-08-12
2
Kak Meyla
Ayahnya karin udah berharap lebih, apa yang terjadi jika suatu saat dia mengetahui kebohongan anaknya.
2024-06-02
1
Rona Risa
tega aja... daripada bohong terus, makin ambyar nanti jadinya
2024-05-22
1