Karena terus mendapatkan desakan dari David, Karin terpaksa ikut naik satu mobil dengan Kenzo. Sebelum mengantarkan Karin ke tempat kerjanya, Kenzo lebih dulu mengajak Karin pergi ke butik untuk membelikan Karin baju serta pakaian dalam karena tidak mungkin Karin memakai pakaian yang sudah kotor itu sampai jam pulang kerja.
Sementara Karin terus mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Sebisa mungkin dia berusaha bersikap tenang tadi didepan Alvaro, tapi tetap saja dia salah tingkah dan berakhir dengan membuat malu dirinya sendiri.
Seorang pegawai butik berjalan menghampiri Karin dan memberikan paper bag yang berisi pakaian kotor Karin dan jas milik Alvaro.
"Terimakasih." Karin langsung menerima paper bag dan jas berwarna navy itu.
Kenzo berjalan menghampiri Karin yang sudah selesai mengganti pakaiannya.
"Berapa semuanya, Pak? Biar saya ganti." Karin bertanya pada Kenzo. Dia berniat untuk mengganti pakaian yang sudah dibayarkan oleh Kenzo tadi.
"Jangan sungkan, Rin. Anggap saja itu hadiah dariku sebagai ucapan perkenalan kita. Dan kamu tidak perlu memanggilku dengan sebutan Bapak, aku bukan bos kamu. Kamu bisa memanggilku Ken saja." Kenzo mengambil alih paper bag ditangan Karin dan mempersilahkan wanita itu untuk berjalan didepan.
Mereka berdua berjalan keluar butik dan kembali memasuki mobil. Kenzo memperhatikan jas milik Alvaro yang sedang dipangku oleh Karin. Karin seperti tidak mau melepaskan jas itu dari pegangannya.
"Mau aku bantu mengembalikan jas itu pada pemiliknya?" tawar Kenzo.
Karin menggeleng pelan. "Biar aku saja yang mengembalikannya nanti. Mau aku laundry dulu."
Tentu saja itu hanya alasan Karin saja. Malam ini dia ingin tidur dengan memeluk jas itu dulu. Agar dia bisa mencium aroma tubuh Alvaro yang melekat dijas itu. Selain itu dia juga bisa menjadikan jas itu sebagai alasan untuk bertemu dengan Alvaro lagi.
"Ya sudah kalau itu mau kamu." Kenzo tidak memaksa lagi. Dia menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya menuju ke kantor David.
...🌹🌹🌹🌹🌹...
Malam ini Alvaro pulang ke apartemennya lebih awal. Dia melihat Maya yang sedang menyiapkan makan malam untuk mereka. Lebih tepatnya Maya hanya menghangatkan kembali makanan-makanan itu. Masakan itu dimasak oleh seorang asisten rumah tangga yang memang dipekerjakan dari pagi hingga sore oleh Alvaro.
"Al, kamu sudah pulang? Kamu mau makan malam dulu atau mau mandi dulu?" tanya Maya sambil menaruh piring berisi lauk diatas meja makan. Kemudian dia berjalan menghampiri suaminya yang berdiri tidak jauh darinya.
"Aku mandi dulu saja." Alvaro mengusap wajah Maya sambil tersenyum hangat. Kemudian dia melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar.
"Al, tunggu!" panggil Maya membuat langkah Alvaro terhenti. Pria itu membalikkan badannya dan menatap Maya.
"Ada apa, sayang?" tanya Alvaro.
"Dimana jas-mu? Kenapa kamu tidak memakainya?" tanya Maya saat menyadari Alvaro hanya mengenakan kemeja putih saja. Biasanya suaminya itu pulang masih dengan berpakaian lengkap.
Alvaro menatap tubuhnya sendiri. Dia bahkan sampai lupa jika dia sudah tidak memakai jasnya dari siang karena dia pakai untuk menutupi tubuh Karin saat di restauran tadi siang.
"Sepertinya aku meninggalkannya di sofa kantor. Tadi aku buru-buru karena takut kamu menungguku pulang, jadi aku sampai melupakan jasku." Alvaro terpaksa berbohong, dia tidak ingin Maya salah paham jika dia menceritakan yang sebenarnya.
Setelah menjawab seperti itu, Alvaro melangkahkan kakinya kembali ke arah kamar. Walaupun Alvaro tidak melakukan sesuatu yang salah, dia hanya berniat untuk menolong Karin saja tadi. Tapi tetap saja, jika dia bercerita seperti itu pada Maya, istrinya itu pasti akan cemburu dan mengira dirinya sudah merespon wanita lain.
Maya begitu percaya dengan ucapan Alvaro. Selama ini suaminya itu tidak pernah berbohong padanya. Alvaro adalah pria sekaligus suami yang baik bagi Maya. Pria itu selalu mengerti dan sangat memahami Maya. Dan yang paling penting, Maya sangat yakin jika Alvaro sangat mencintainya.
Didalam kamar mandi, Alvaro menyalakan air shower hingga guyuran air mulai membasahi tubuhnya yang sudah bertelanjang dada. Alvaro mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan menyibakkan rambutnya kebelakang.
"Tiga ratus ribu, aku rasa itu cukup. Tolong bantu aku hanya dengan menjawab iya."
"Ini bayaranmu tempo hari. Terimakasih karena sudah membantuku."
Suara itu tiba-tiba mengusik pikiran Alvaro, membuatnya teringat dengan Karin. Rupanya wanita yang mengakui dirinya sebagai pacar didepan keluarganya adalah sekertaris David. Dia memang sudah lama sekali tidak pernah berkunjung ke perusahaan sahabatnya karena sangat sibuk sekali. Hingga Alvaro tidak tau jika David memiliki sekertaris gila seperti Karin.
Harus Alvaro akui, Karin memang cantik dan menarik. Wanita secantik Karin harusnya sudah memiliki seorang kekasih. Tapi kenapa wanita itu malah berbohong dan membayarnya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya tempo hari?
Namun semua itu bukanlah urusan Alvaro. Mungkin Karin memiliki alasan tersendiri mengapa harus sampai berbohong dihadapan keluarganya. Mungkin saja pacar Karin sedang berada di luar kota, atau mungkin Karin memang masih jomblo. Karena David sepertinya memiliki niat untuk menjodohkan Karin dengan Kenzo tadi siang.
...💖💖💖💖💖...
Sama halnya dengan Alvaro, saat ini Karin juga sedang memikirkan pria itu. Malam ini Karin terpaksa pulang ke rumah karena papanya menelfon dan memintanya untuk pulang.
Saking asyiknya dengan dunianya sendiri, Karin sampai tidak menyadari kehadiran papanya di dalam kamarnya. Ardi sudah mengetuk pintu kamar Karin sampai beberapa kali, namun tidak ada jawaban hingga Ardi membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu. Dia melihat Karin yang sedang duduk di tepi ranjang dengan memeluk sebuah jas yang Ardi yakini sebagai jas milik Alvaro.
"Karin?" panggil Ardi membuat Karin terkesiap kaget dan menatap papanya yang sudah berdiri didepannya.
"Pa-Papa... Kapan Papa masuk?" tanya Karin. Dia merasa sangat malu sekali pada papanya karena kepergok sedang senyum-senyum sendiri.
Ardi tidak langsung menjawab, dia duduk di tepi ranjang, disamping Karin.
"Alvaro, sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengannya?" tanya Ardi pada Karin.
"Ehhh,, itu....." Karin nampak gelagapan untuk menjawab. Pasalnya dia juga baru dua kali bertemu dengan Alvaro.
"Karin, Papa hanya tidak ingin kamu terjebak dalam hubungan yang salah. Papa ingin memastikan Alvaro adalah pria yang tepat untuk kamu. Pria itu bukan berstatus suami orang kan?"
Bukan tanpa alasan, Ardi ingin mengenal lebih jauh kekasih putrinya. Dia tidak ingin apa yang terjadi di masa lalunya sampai terulang pada Karin. Ardi tidak ingin Karin sampai kecewa. Dia hanya ingin melihat putrinya bahagia.
Melihat penampilan Alvaro yang nampak berwibawa membuat Ardi takut jika pria itu tidak bersungguh-sungguh menjalin hubungan serius dengan putrinya. Apalagi dengan keadaan status sosial mereka yang berbeda. Mungkinkah Alvaro tulus mencintai Karin?
"Te-tentu saja bukan. Mana mungkin Karin menjalin hubungan dengan suami orang, Pa. Karin masih waras!" Karin berbicara tanpa menatap papanya. Sepertinya dia masih berniat untuk melanjutkan kebohongannya tentang siapa Alvaro sebenarnya.
Ardi tersenyum dan mengusap lembut rambut Karin. Dia bisa melihat jika putrinya itu benar-benar sedang jatuh cinta.
"Bisakah kamu mengajak Alvaro datang kemari besok malam? Papa ingin bicara dengannya?"
Deg...
...💖💖💖💖💖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
dewidewie
waduh Karin
2024-06-14
1
Kak Meyla
Bener lagi, suami orang tuh pak🤣
2024-05-31
2
Kak Meyla
Ko langsung berubah bukannya tadi cuek sma karin🤔
2024-05-31
1