Bab 6 : TPSO

"Al, apa ini artinya kamu mau membantuku sekali lagi?" tanya Karin.

Bukannya menjawab, Alvaro malah membalikkan tubuh Karin dan mendorongnya masuk ke dalam mobil hingga wanita itu terduduk di jok belakang mobil.

"Antarkan wanita ini pulang sampai kerumahnya," perintah Alvaro pada asistennya yang sudah duduk di kursi pengemudi. Sang asisten menganggukkan kepalanya dan langsung melajukan mobilnya saat Alvaro menutup pintu mobil.

Alvaro menatap kepergian mobilnya yang pergi membawa Karin. Dia bahkan tidak memperdulikan teriakan Karin dari dalam mobil sejak tadi. Alvaro memang tidak berminat untuk membantu Karin. Akan lebih baik jika dia tidak ikut campur terlalu jauh dalam urusan pribadi Karin.

Alvaro pulang dengan mobil lain. Dia melajukan mobilnya menuju apartemen. Sesampainya di apartemen Maya langsung menyambutnya dengan sebuah pelukan dan senyuman hangat.

"Kenapa kamu belum tidur?" Tanya Alvaro, diusapnya lembut rambut Maya. Kemudian Mereka saling melepaskan pelukannya dan saling menatap.

"Aku sengaja menunggumu, Al. Aku merindukanmu," jawab Maya bersungguh-sungguh. Dia memang sangat merindukanmu sosok hangat suaminya. Apalagi sudah lama mereka tidak melakukan olahraga malam karena kesibukan masing-masing.

Kedua tangan Maya berpindah dari pinggang ke leher Alvaro. Dia melingkarkan tangannya disana, membuat tubuh mereka kembali tidak berjarak. Maya mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya dibibir suaminya.

Alvaro memberikan lampu hijau, dia membalas ciuman Maya. Memindahkan tangannya ke punggung Maya dan merabanya lembut disana. Bahkan sekarang mereka saling memejamkan mata, menikmati setiap lu-ma-tan yang mampu membangun hasrat dalam diri masing-masing.

Kaki mereka melangkahkan menuju kamar, tanpa membiarkan ciuman mereka saling terlepas. Tangan Maya bergerak membuka jas dan kemeja yang Alvaro pakai, hingga kini pria itu sudah bertelanjang dada dan masih menyisakan celana panjangnya yang masih melekat ditubuh.

Mereka saling menjatuhkan diri mereka diatas ranjang dengan posisi Alvaro diatas tubuh Maya. Ciuman mereka semakin panas dan hasrat mereka sudah sampai di ubun-ubun.

"Al...."

Alvaro nampak terkejut saat mendengar sebuah suara memanggil dirinya, itu terdengar seperti suara Karin. Dia sampai membukakan matanya dan menjauhkan wajahnya dari wajah Maya. Mata yang tadi sudah dipenuhi kabut gairah kini berubah menjadi tatapan bingung.

"Ada apa, Al?" Tanya Maya yang masih berada di bawah kungkungan Alvaro. Dia melihat ekspresi suaminya seperti sedang kebingungan.

Alvaro menelan salivanya sendiri dan kembali menatap Maya. Dia menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak ada apa-apa, sayang. Sebaiknya aku mandi dulu biar terlihat lebih segar." Alvaro segera bangun dari atas tubuh Maya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Melihat sikap suaminya yang tiba-tiba aneh membuat Maya bingung. Biasanya Alvaro akan langsung menuntaskan hasratnya tanpa menjedanya jika mereka sudah memulai. Tapi apa yang terjadi tadi? Disaat naf-su sudah di ubun-ubun, Alvaro malah meninggalkannya diatas ranjang dan memilih untuk pergi mandi.

Sementara itu di dalam kamar mandi Alvaro lebih merasa bingung lagi. Bisa-bisanya dia mendengar suara Karin memanggilnya saat dirinya sedang bermesraan dengan Maya. Apa sekarang dia sudah ketularan gila gara-gara Karin?

"Ada apa denganku? Bagaimana bisa aku mendengar suara wanita gila itu tadi?" batin Alvaro bertanya-tanya. Dia membiarkan tubuhnya basah dibawah guyuran air shower sambil matanya terpejam mengingat wajah Karin.

...🌹🌹🌹🌹🌹...

Diruang tamu yang nampak sederhana, Ardi tengah duduk sendirian sembari menunggu kepulangan putrinya. Jam di dinding sudah menunjukan hampir pukul 10 malam, namun belum ada tanda-tanda Karin pulang. Sebagai seorang ayah, Ardi tentu merasa sangat cemas dan khawatir.

"Sudah jam segini kok Karin belum pulang. Apa dia jadi mengajak Alvaro kesini?" Tatapan Ardi tertuju pada pintu depan yang sengaja tidak ditutup dengan rapat, hingga saat Karin pulang nanti dia bisa langsung mendengarnya.

Lidia datang menghampiri sang kakak dengan membawakan secangkir kopi ditangannya. Dia meletakkan cangkir kopi itu diatas meja, lalu duduk di kursi yang berbeda dengan kakaknya.

"Memangnya kamu percaya dengan ucapan Karin tempo hari, Mas? Aku kok gak yakin ya kalau yang Karin kenalkan kemarin itu beneran pacar Karin," ucap Lidia yang tidak mempercayai ucapan Karin. Bisa saja Karin membayar seorang pria untuk berpura-pura menjadi pacar Karin.

"Tapi Karin menyimpan jas pria, Mas yakin itu jas pacar Karin yang bernama Alvaro kemarin." Ardi tidak ingin berfikiran negatif terhadap putrinya. Meski sedikit ragu tapi dia mencoba untuk tetap percaya pada putrinya. Apalagi dia bisa melihat jika Karin seperti sedang jatuh cinta.

Lidia menghela nafas panjang. "Mas! Kamu tidak lupa dengan apa yang sudah mbak Anita lakukan bukan? Aku hanya tidak ingin Karin salah jalan seperti mamanya. Itulah sebabnya aku ingin mencarikan pria yang pantas untuk Karin."

Ardi nampak terdiam mengingat pengkhianatan mantan istrinya padanya dulu. Anita lebih memilih pergi bersama pria lain yang lebih kaya dan mapan. Bahkan Anita melupakan kewajiban sebagai seorang ibu pada Karin. Wanita itu benar-benar menghilang dan tidak pernah sekalipun mau menjenguk putrinya sendiri.

Bertahun-tahun Ardi menutupi semua kebenaran itu dari Karin. Ardi tidak ingin Karin mengecap jelek ibu kandungnya sendiri. Walaupun yang dilakukan oleh Anita adalah salah, namun Ardi tidak ingin Karin menjadi anak yang durhaka kepada ibu kandungnya.

"Aku tidak lupa, dan tidak akan pernah lupa. Tapi ini semua tidak ada hubungannya dengan hubungan Karin dan pacarnya," mata Ardi nampak berembun, dia tidak bisa melupakan apa yang pernah terjadi di masa lalu. Sebuah pengkhianatan yang begitu menyakitkan.

"Jelas sangat berhubungan, Mas! Kamu lihat pria bernama Alvaro kemarin. Dia adalah pria kaya dan mapan. Memangnya apa pesona Karin sampai bisa menaklukkan pria kaya dan tampan seperti Alvaro? Kecuali, jika Karin sudah pernah tidur dengannya!!"

Dengan sorot mata berapi-api, Ardi segera bangun dari duduk. Percakapan kecil mereka kini terdengar seperti sebuah perdebatan.

"Lidia!! Jaga bicaramu!! Putriku tidak serendah itu," bentak Ardi. Matanya memerah menahan emosi mendengar ucapan adiknya yang membicarakan hal buruk tentang Karin.

Lidia ikut bangun dari duduknya. "Mas, sama seperti kamu, aku juga ingin yang terbaik untuk Karin. Kita tidak tau siapa Alvaro dan bagaimana jika ternyata pria itu sudah beristri? Aku tidak mau Karin menjadi seperti mamanya yang menjadi perusak rumah tangga orang dan penghancur rumah tangganya sendiri!

Deg...

Seketika tubuh Karin seperti tidak bertenaga setelah mendengar percakapan dua orang didalam sana. Tangannya meraba-raba tembok seperti mencari sesuatu untuk berpegang, supaya dia bisa menopang tubuhnya sendiri. Genangan air mata sudah membendung dikedua mata indahnya.

"A-apa? Jadi, mamaku adalah seorang pelakor?"

...💖💖💖💖💖...

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

heran deh bapak nih anak sampai dipaksa2 mau dijodohkan,, stresslah dia

2024-08-12

1

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

dih tantenya kenapa sih diri sendiri juga ada masalah sebuk dgn masalah keponakan dgn alasan ingin yg terbaik, mulut mu itu mau ku cabein level berapa si lidia, ngak pasal karin mendengar yg tidak2 pasal mamanya haish.

2024-08-03

1

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

🌹𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚊𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛 😍

2024-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!