Karin benar-benar dibuat sakit kepala atas permintaan papanya semalam. Dia bahkan sampai meminum obat sakit kepala. Dan pekerjaannya masih menumpuk semua diatas meja karena belum disentuh sedikitpun olehnya.
Karin bisa saja membawa Alvaro kehadapan papanya. Tapi itu artinya dia harus menemui pria itu lagi dan membuat drama baru supaya Alvaro mau membantunya lagi. Tapi apakah untuk untuk kali ini Alvaro mau membantunya?
David keluar dari ruangannya, dia memperhatikan Karin yang sedang melamun dengan menyangga pipinya dengan kedua tangannya.
"Apa Karin langsung terpesona pada Ken sejak pertemuan kemarin? Sampai-sampai dia tidak fokus dengan pekerjaannya," gumam David dalam hati saat melihat pekerjaan Karin yang masih menumpuk di atas meja. Wanita itu malah asik melamun.
Jika itu benar, David merasa sangat senang sekali. Itu berarti usahanya untuk mendekatkan Karin dengan Kenzo berhasil. Sebentar lagi Kenzo tidak akan kesepian lagi karena akan ada Karin yang mengisi hari-harinya.
Karin yang menyadari kehadiran bosnya langsung menegakkan punggungnya kembali. Mungkin sebaiknya dia bertanya pada David dimana Alvaro bekerja supaya Karin bisa langsung pergi menemui Alvaro sepulang kerja nanti.
Karin segera bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri David.
"Maaf Pak, boleh saya menanyakan sesuatu?" Tanya Karin.
"Tanyakan saja, Rin. Kamu mau nanya tentang Ken?" Tebak David. Dia menduga Karin sudah mulai terpesona dengan Kenzo.
Karin menggelengkan kepalanya. "Bukan Ken, Pak. Tapi teman Bapak yang satu lagi."
David mengernyitkan keningnya. "Maksud kamu Alvaro? Tapi Al itu sudah...."
Karin segera memotong ucapan David. "Saya ingin menemuinya untuk mengucapkan terima kasih. Sekaligus untuk mengembalikan jas miliknya yang dia pinjamkan kemarin." Karin terpaksa berbohong, padahal dia meninggalkan jas milik Alvaro didalam kamarnya karena dia belum sempat membawa jas itu ketempat laundry.
David menganggukkan kepalanya mengerti, dan diapun memberitahu dimana kantor Alvaro dan sebagai apa posisi Alvaro disana. Karin yang mendengar penuturan David hanya terdiam. Tiba-tiba dia kehilangan semangatnya untuk mengejar cinta Alvaro.
...💖💖💖💖💖...
Dan disini sekarang Karin berdiri, dihalaman gedung YF Group milik keluarga Adelard. Sudah sejak jam lima sore tadi dia berdiri di sana. Setelah mendengarkan penjelasan dari David, sebenarnya Karin merasa tidak pantas untuk datang ke gedung yang menjulang tinggi itu.
Namun Karin pikir dia hanya akan meminta tolong bantuan Alvaro untuk sekali lagi. Setelah itu mungkin dia akan menjauh dari pria pujaan hatinya itu. Pria seperti Alvaro pasti sudah memiliki seorang kekasih yang cantik dan selevel dengannya. Wanita seperti dirinya tidak akan masuk dalam daftar cinta seorang Alvaro Adelard.
Sebenarnya Karin merasa gugup sekali. Kalau dipikir-pikir dia ini seperti seorang wanita murahan saja yang sedang mengejar-ngejar cinta pria tampan dan kaya. Tapi demi terlihat totalitas aktingnya dihadapan papa dan tantenya, Karin rela menjatuhkannya harga dirinya untuk sekali ini saja.
Dengan memasukkan satu tangannya ke dalam kantong celananya, Alvaro berjalan dengan begitu gagahnya keluar melewati pintu utama. Seseorang sudah membukakan pintu mobil belakang untuk tuannya.
"Al..." suara Karin terdengar lirih namun mampu mengalihkan pandangan Alvaro pada sosok wanita yang sekarang sedang berdiri tak jauh darinya.
Alvaro tidak jadi naik ke dalam mobil. Dia menatap asistennya dan memberikan kode dengan anggukan kepalanya. Sang asisten pun mengerti dan bergegas masuk ke dalam mobil duluan.
"Ada apa? Untuk apa datang mencariku?" tanya Alvaro dengan nada dingin.
"Al, maukah kamu menolongku sekali lagi? Setelah ini aku janji, aku tidak akan pernah membawamu lagi kedalam masalahku," tanpa ragu-ragu Karin langsung mengutarakan maksud kedatangannya.
Karin kembali berkata. "Papaku ingin bertemu dan bicara denganmu. Aku mohon ikutlah denganku untuk menemui papaku. Aku janji ini yang terakhir, Al."
Alvaro menghembuskan nafas panjang. Dia sudah tau apa yang akan dibahas jika orang tua sudah meminta untuk bertemu. Papanya Karin pasti ingin memastikan hubungan mereka.
"Aku tidak tau ada masalah apa antara kamu dan keluarga kamu. Tapi aku tidak membenarkan kebohongan kamu. Sebaiknya kamu jujur pada keluarga kamu jika kita bukan sepasang kekasih dan kita juga tidak saling mengenal." Alvaro tidak habis pikir, bisa-bisanya Karin berniat untuk melanjutkan kebohongannya yang sudah pasti akan menjadi masalah besar untuk Karin sendiri.
Karin menggeleng. "Tidak semudah itu, Al. Jika mereka tau aku berbohong, aku pasti akan langsung dipaksa untuk menerima perjodohan yang sudah mereka siapkan. Aku tidak mau, Al. Aku hanya ingin menikah dengan pria yang aku cintai."
"Kalau begitu menikahlah dengan pria yang kamu cintai. Bawa pria itu kehadapan keluarga kamu," ucap Alvaro.
Karin tidak menjawab, dia malah menatap wajah Alvaro dengan tatapan penuh damba.
"Masalahnya pria yang aku cintai itu adalah kamu, Al." Batin Karin.
Ingin sekali Karin mengungkapkan perasaannya pada Alvaro saat itu juga, jika dia sudah jatuh cinta pada pria itu sejak pandangan pertama. Tapi apakah Alvaro akan percaya? Sedangkan mereka baru saling mengenal beberapa hari.
"Sebaiknya kamu pulang dan berhentilah membohongiku keluarga kamu. Seperti apapun kamu memaksa, aku tidak akan pernah mau untuk membantumu berbohong." Alvaro membalikkan tubuhnya dan segera masuk ke dalam mobil. Dia menyuruh asistennya untuk melajukan mobilnya.
Karin tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Dia menatap sendu kepergian mobil Alvaro yang semakin menjauh. Alvaro benar, mungkin sebaiknya dia memang harus jujur pada papa dan tantenya. Walaupun akibatnya dia harus menerima perjodohan yang sudah disiapkan.
Tanpa terasa air mata Karin menetes membasahi pipinya. Entah karena Alvaro menolak untuk membantunya atau karena Karin merasa Alvaro dan dirinya bagaimana langit dan bumi yang tidak akan mungkin bisa bersatu. Karin merasakan hatinya begitu sakit mengingat semua itu. Sejak awal seharusnya dia tidak jatuh cinta pada sosok Alvaro.
Sementara itu didalam mobil, hati Alvaro merasa tidak tenang. Dia terus memikirkan Karin. Apakah tidak apa-apa membiarkan seorang wanita pulang sendirian malam-malam begini. Apalagi ini sudah jam 9 malam.
"Putar balik mobilnya," perintah Alvaro.
"Baik Tuan." Sang asisten langsung menghentikan mobilnya dan memutar balik mobilnya melaju ke arah kantor.
Karin baru saja keluar dari area gedung YF Group saat mobil yang dinaiki oleh Alvaro kembali. Mobil itu berhenti tepat di hadapan Karin.
Alvaro segera turun dari dalam mobil dan menghampiri Karin. Dia melihat mata Karin yang memerah dan sedikit basah. Sepertinya wanita itu baru saja menangis selepas kepergiannya tadi.
"Masuklah, aku akan mengantarmu pulang," ucap Alvaro.
"Tidak perlu, terimakasih! Aku bisa pulang sendiri," jawab Karin dengan tegas.
"Jangan keras kepala. Ini sudah terlalu malam, kamu akan kesulitan mendapatkan kendaraan untuk pulang," ujar Alvaro. Entah mengapa dia merasa khawatir pada wanita dihadapannya itu.
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku masih punya kaki untuk jalan. Dan kamu benar, dari awal seharusnya aku tidak melakukan kebohongan itu. Aku akan mengatakan kejujurannya pada keluargaku. Maaf karena telah menganggu waktumu!"
Karin hendak melangkahkan kakinya untuk pergi, namun tangannya ditarik oleh Alvaro hingga tubuh mereka saling menempel dan jarak wajah mereka sangat dekat sekali.
Karin merasakan jantungnya berdegup kencang sekali. Matanya menjelajahi mata indah milik Alvaro. Bahkan dia bisa merasakan hembusan nafas pria itu diwajahnya.
Cukup lama mereka saling terdiam dan saling menatap dengan perasaan mereka masing-masing. Karin segera menurunkan pandangannya dari tatapan Alvaro. Dia ingin menjauhkan tubuhnya namun Alvaro menahan lengannya dengan kuat.
"Jangan membuatku memaksamu, Karin," ucap Alvaro membuat Karin mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Alvaro. Ini adalah untuk pertama kalinya Alvaro menyebut namanya.
"Al, apa ini artinya kamu mau membantuku sekali lagi?"
...💖💖💖💖💖...
"May, tunggu May!!" Seorang pria menarik tangan Maya dan membalikkan tubuh wanita itu hingga punggung Maya menyentuh tembok dinding ruangan apartemen.
"Aku mohon pergilah, sebelum Al pulang," dengan wajah cemasnya Maya terus memohon meminta pria dihadapannya untuk pergi dari ruangan apartemennya.
Bukannya pergi, pria itu malah mencium bibir Maya, menciumnya dengan brutal dan penuh gairah. Maya yang merasa tenaganya tidak cukup kuat untuk mendorong tubuh pria dihadapannya akhirnya hanya bisa pasrah sambil tangannya mengepal memukul-mukul dada pria itu.
...🩸🩸🩸🩸🩸...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️
kok aku ngak rela karin terus terpesona sama alvaro, mungkin karna dia suami org hurmm, alvaro mau bantu ngak tuh, eh siapa yg cium isteri alvaro wahh ada bau kecurangan nih 🤭
2024-08-03
2
🌞MentariSenja🌞
𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚗𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑 𝚐𝚊𝚔 𝚖𝚊𝚞, 𝚍𝚒𝚊 𝚊𝚓𝚊 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚙𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚒𝚜𝚝𝚛𝚒
2024-06-16
1
🌞MentariSenja🌞
𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚁𝚒𝚗, 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚘𝚑𝚘𝚗𝚐 𝚖𝚊𝚔𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚘𝚑𝚘𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚖𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚝𝚞𝚙𝚒 𝚔𝚎𝚋𝚘𝚑𝚘𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚢𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗
2024-06-16
1