Kedua mata Karin mengerjap pelan saat merasakan pantulan sinar matahari menerobos masuk melalui jendela kaca. Nuansa kamar dengan dekorasi berwarna cream itu kini nampak terlihat begitu indah. Semalam Karin tidak sempat untuk melihat lebih detail tempat itu karena pikirannya tengah dikalutkan oleh kenyataan tentang status Alvaro yang sudah menikah.
Karin bergegas untuk bangun, dia melihat sekelilingnya, dan tidak melihat keberadaan Alvaro didalam kamar itu. Karin meraba tubuhnya sendiri, pakaiannya masih utuh dan memang tidak terjadi apa-apa semalam. Semalam mereka hanya berciuman setelah itu Karin tertidur di pelukan Alvaro.
"Al??"
Karin jadi teringat dengan Alvaro, sepertinya Alvaro pindah ke kamar lain setelah Karin tidur semalam. Diatas nakas ada sebuah paper bag besar, karena penasaran Karin beranjak bangun dari tempat tidur dan membuka paper bag itu. Sebuah dress brokat pendek berwarna merah beserta dengan pakaian dalam ada di dalamnya.
Wajah Karin merona malu menatap pakaian dalam yang berwarna senada dengan warna dress. Saat dirinya tumbuh remaja dulu, tante Lidia adalah orang pertama yang memperhatikan dan membelikan semua kebutuhannya sebagai seorang remaja yang tengah mengalami masa pubertas. Sesuatu hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang ibu untuk anak gadisnya yang mulai menginjak usia remaja tak Karin dapatkan, karena saat itu kedua orang tuanya sudah bercerai dan mamanya memilih untuk pergi meninggalkannya.
Dan tante Lidia adalah orang yang selalu menjaga Karin dengan ekstra, dia tidak mengijinkan ada satu anak pria-pun untuk mendekati Karin karena tidak ingin Karin sampai terjerumus dalam pergaulan yang salah. Itulah sebabnya setelah Karin dewasa Lidia begitu gencar untuk mencarikan pria yang menurutnya baik dan tepat untuk Karin. Seorang pria yang akan mencintai dan menyayangi Karin dengan tulus. Dan tentunya Lidia harus memastikan pria pilihannya adalah seorang pria singel.
Namun sayangnya semua keinginan itu bertentangan dengan Karin, tak ada satupun dari pria-pria itu yang bisa mengetuk pintu hati Karin. Dari sejak itu Karin mulai memilih untuk sering tidak pulang ke rumah dan menginap di rumah Dhea. Semua demi menghindari perjodohan dari tantenya. Dan lebih gilanya lagi, Karin malah terjerat pada pesona Alvaro, seorang pria yang ternyata sudah berstatus sebagai suami orang.
Tak ingin bersedih terlalu lama dengan mengingat masa lalunya, Karin memilih pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekarang mungkin Alvaro sudah menunggunya, siang ini juga mereka harus kembali ke kota, apalagi Karin belum memberikan kabar pada Dhea karena ponselnya rusak.
...💖💖💖💖💖...
"Dimana Karin, Dhe?" Sekali lagi Lidia bertanya pada Dhea.
Dhea nampak gelagapan. "Oh Karin, dia... Dia baru saja pergi keluar. Tadi bos-nya menelfon katanya ada urusan pekerjaan yang sangat penting dan mendadak, Tan." Dhea terpaksa berbohong karena tidak ingin Karin dapat masalah gara-gara tidak pulang semalaman. Karin pasti merasa sangat sedih dan terpukul setelah tau Alvaro sudah memiliki seorang istri.
Lidia mengernyitkan keningnya. "Masa sih, Dhe? Bukan lagi pergi ketemuan sama pacarnya yang bernama Alvaro itu kan? Tumben sekali pak David memberikan pekerjaan dihari libur pada Karin."
Lidia mengambil ponselnya dari dalam tas dan ingin menghubungi Karin. Namun segera dicegah oleh Dhea.
"Eh, Tan, jangan di telfon. Nanti Karin malah kena marah sama bosnya. Namanya kerjaan ya gak ingat waktu, Tan. Biar nanti kalau Karin pulang biar Dhea bilang kalau Tante kesini nyariin dia. Mending sekarang Tante pulang dan masak dulu di rumah, kasihan om Ardi kalau sampai kelaparan," ujar Dhea mencoba mengalihkan pikiran Lidia. Dalam hati Dhea terus mengumpat gara-gara Karin dia harus ikutan berbohong juga.
Lidia tidak langsung mempercayai ucapan Dhea. Dia merasa ada yang disembunyikan oleh Dhea. Lidia sudah mengenal Dhea sejak lama sebagai sahabat akrab Karin. Kedua sahabat itu pasti akan saling membantu dalam segala hal, termasuk berbohong.
...💖💖💖💖💖...
Dengan mengayunkan langkah kakinya, Karin berjalan keluar kamar untuk mencari keberadaan Alvaro disana. Karin nampak celingak-celinguk karena dia memang tidak paham dengan seluk beluk rumah itu. Hingga dia mendengar sebuah suara seseorang sedang berbicara di telefon. Karin mencari arah sumber suara itu dan melihat Alvaro sedang bertelfonan dengan seseorang.
"Iya, May. Sore ini juga aku pulang." Ucap Alvaro. Rupanya Alvaro sedang menelfon Maya, sajak pagi-pagi buta Mata terus saja mencoba menghubunginya.
"Baiklah, kalau begitu hati-hati, sayang. Aku menunggumu pulang, dan aku mencintaimu."
"Aku juga men...." Alvaro tidak melanjutkan kata-katanya saat melihat Karin sudah berdiri disamping tembok, wanita itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah samping saat melihat Alvaro menatapnya.
"Nanti aku akan menelfonmu lagi." Alvaro memutuskan sambungan telefonnya dengan Maya. Dia berjalan menghampiri Karin yang sudah nampak cantik dengan dress yang dia siapkan.
Mata Karin sudah basah, dia buru-buru menyeka sudut matanya dengan jari-jari tangannya sebelum air matanya sempat terjatuh. Karin kembali menatap Alvaro yang sudah sampai di depannya dan berpura-pura tersenyum.
Alvaro mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Karin. Tanpa bertanya dia tau jika Karin hanya berpura-pura tersenyum didepannya.
"Al, aku lapar. Apa yang akan kita makan untuk sarapan?" Tanya Karin mencoba mengalihkan perhatian Alvaro.
"Ikut denganku, aku sudah menyiapkannya untuk kita," ajak Alvaro, digandengnya tangan Karin dan dibawanya ke arah meja makan.
Karin menatap meja makan yang sudah dipenuhi oleh berbagai macam makanan. Alvaro sudah menyiapkan semua itu untuk mereka, bahkan Alvaro sampai tidak tidur semalaman karena dia terus memandangi wajah Karin yang sedang tertidur pulas di pelukannya.
"Baju yang kamu pilihkan ini sedikit kekecilan, apa kamu menyamakan ukuranku dengan ukuran-nya?" Tanya Karin dengan kata penekanan diakhir kalimat.
Alvaro nampak sedikit terkejut, baju itu memang dipesan dibutik langganan Maya, jadi wajar saja jika pegawai disana mengira baju itu dipesan untuk Maya.
"Maaf jika kamu tidak nyaman, aku menyuruh orangku untuk membelinya untukmu. Aku tidak tau kalau...."
Karin segera memotong ucapan Alvaro. "Tidak masalah, aku menyukainya." Lagi-lagi Karin memaksakan sebuah senyuman diwajahnya untuk menutupi luka di hatinya.
Karin membalikkan badannya dan menarik kursi untuknya duduk. Diambilnya dua potong roti tawar dan ditaruhnya di atas piringnya. Alvaro yang sedari tadi termenung segera menarik kursi bersebrangan dengan Karin. Dia tidak berani bersuara lagi karena Karin hanya diam tertunduk sambil mengunyah rotinya yang sudah diolesi dengan selai coklat.
Setelah selesai mengisi perut mereka yang kosong, tibalah saatnya mereka untuk kembali ke kota. Sebelum pulang Alvaro lebih dulu mengajak Karin pergi ke pantai untuk menikmati pemandangan di pesisir pantai. Alvaro ingin mengukir kenangan indah setiap bersama dengan Karin.
Langkah-langkah kaki berlarian, meninggalkan jejak kaki diatas pasir. Alvaro berlari mengejar Karin, meraih pinggangnya dari arah belakang dan memutar tubuh wanita-nya. Senyuman bahagia tergambar di wajah keduanya, untuk sesaat mereka lupa dengan hubungan terlarang yang sedang mereka jalani sekarang.
"Jadi ini yang ingin kamu tunjukkan padaku? Terimakasih, Al." Ucap Karin saat Alvaro sudah menurunkan tubuhnya. Saat ini Karin sudah berdiri menghadap Alvaro dan melingkarkan kedua tangannya dileher Alvaro. Sementara tangan Alvaro memegang pinggang Karin.
Alvaro menganggukkan kepalanya dan membenahi rambut Karin yang sedikit berantakan karena hembusan angin, menyelipkannya kebelakang telinga.
Karin mengusap tengkuk kepala Alvaro dan menatap sayu mata pria-nya. "Setelah kita kembali nanti, apa kita bisa bertemu seperti ini lagi, Al?"
"Tentu..."
Karin tersenyum dan dikecupnya bibir Alvaro sebentar. Keduanya kembali berlari menyusuri bibir pantai, menikmati masa-masa berdua. Setelah ini mungkin akan butuh waktu lama bagi mereka untuk bisa menghabiskan waktu bersama lagi.
Setelah puas bermain di pantai Alvaro membawa Karin untuk mengantarkan wanita itu pulang ke rumah. Namun Karin meminta Alvaro untuk mengantarkannya pulang ke rumah Dhea saja. Karin belum siap bertemu dengan papa dan tantenya yang cerewet. Jika pulang ke rumah pasti Karin akan diceramahi macam-macam, apalagi sudah seminggu lebih Karin belum pulang ke rumahnya.
Mobil Alvaro berhenti tidak jauh dari gerbang rumah Dhea.
"Disini saja, Al. Sebaiknya kamu juga pulang, istri kamu pasti sudah menunggu kamu dirumah," ucap Karin tanpa menoleh ke arah Alvaro.
Alvaro tau jika Karin tadi sempat mendengar pembicaraan dirinya dengan Maya di telefon. Dia mencoba untuk tersenyum dan mengusap rambut Karin dengan lembut.
"Besok pagi aku akan menjemputmu," ucap Alvaro membuat Karin menoleh ke arahnya.
"Tidak perlu, Al. Aku tidak mau pak David memergoki kita dan menduga-duga tentang hubungan kita. Biar aku berangkat sendiri saja," jawab Karin menolak keinginan Alvaro untuk menjemputnya.
"Aku akan tetap datang untuk menjemputmu," ucap Alvaro yakin.
"Tapi, Al...." Karin tidak melanjutkan kata-katanya saat Alvaro menaruh jari telunjuknya dibibir Karin.
"Aku akan tetap datang untuk menjemputmu," sekali lagi Alvaro mengulang kalimatnya. Kemudian dia bergegas turun dari dalam mobil dan membukakan pintu mobil untuk Karin.
Karin meraih tangan Alvaro dan menggenggamnya erat saat mereka sama-sama sudah turun dari dalam mobil.
"Aku masuk dulu, Al." Ucap Karin yang dijawab anggukan oleh Alvaro.
Dengan berat hati mereka saling melepaskan genggaman tangan mereka, Karin melangkahkan kakinya mundur tanpa melepaskan pandangannya dari Alvaro. Sesampainya di pintu gerbang seorang satpam penjaga pintu membukakan pintu gerbang untuk Karin.
Setelah Karin masuk, Alvaro mengambil ponselnya dari saku jaketnya dan menghubungi seseorang.
"Rahasiakan apa yang terjadi semalam pada siapapun, terkhusus Maya!"
...💖💖💖💖💖...
Karin menekan tombol bel rumah Dhea, tak lama seseorang membukakan pintu untuk Karin. Memperhatikan penampilan Karin dari atas sampai bawah, wanita itu menatap Karin dengan tatapan menyelidik.
"Darimana saja kamu, Karin???"
...🔥🔥🔥🔥🔥...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
🌞MentariSenja🌞
𝚒𝚝𝚞 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚝𝚎 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚜𝚊𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚁𝚒𝚗.
2024-06-17
1
🌞MentariSenja🌞
𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝 𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐,
2024-06-17
1
🌞MentariSenja🌞
𝚊𝚙𝚊𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚍𝚒𝚑 ...𝚢𝚐 𝚊𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚌𝚊𝚙𝚕𝚘𝚔𝚊𝚗
2024-06-17
1