Lilin dihampiri Beni Setiano. Pemuda keren ini membawa mobil berwarna merah marun yang sangat bagus dan paling modern di kelasnya.
“Halo. “
“Hai...“ jawab Lilin sembari membukakan pintu.
“Lagi santai. “
“Iyalah, tak kerja. Kalau kerja diganggu si Aqi terus.“
“Sekarang dimana dia?“ tanya Beni Setiano.
“Entahlah, lagi main sama cewek pembawa mobil keren,“ prasangka nya. Apalagi beberapa orang sudah mengadukan semua itu padanya. Dengan bumbu-bumbu pemanis sehingga bisa membuat telinga lebih kemerahan karenanya.
“Kalau begitu kita main yuk. “
“Kemana? “
“Main saja, mumpung tak ada yang menggangu,“ ajak Beni yang semakin senang dengan tidak adanya musuh, saingannya demi sehelai hati sang pujaan ini. Dengan begitu harapannya untuk segera mendapatkan perasaan si cewek akan segera terwujud. Bahkan mungkin akan digapainya hingga akhir pernikahan indah di ujung pelaminan manisnya.
“Baiklah. Aku dandan dulu ya. “
“Ah... tak perlu. Begitu juga sudah cantik kok.“
Mereka akhirnya pergi hanya untuk sekedar main. Menentramkan pikiran serta menghilangkan segala penat yang selama ini mengganggu pikirannya. Kesehariannya. Juga pada kehidupan yang mulai akan di bangun pada usia yang terasa masih dini ini. Dan kali ini merupakan ujung dari suatu awal kehidupan menjelang pendewasaan diri. Langkah berikutnya adalah suatu pilihan. Hati mereka yang mesti menancapkan pada garis awal, untuk diteruskan menjangkau akhir kehidupan selayaknya pada garis yang harus dicapai.
Rencana kali ini mau pergi ke Pulau Gadung. Sebuah pulau yang aneh. Terletak di tengah lautan kendaraan dan para penumpang.
Disana nanti akan melihat pasar. Yang penuh dengan pedagang di tepiannya. Yang berderet disela-sela ramainya kendaraan serta para penumpang.
Menyusuri jalanan Tipar Cakung. Jalan ini termasuk lebar, meskipun tak selebar jalan tol yang biasanya dibuat dua arah atau lebih. Ini cuma satu jalur.
“Nah asyik kan. “
Hanya dengan anggukan Lilin menjawab, “ramai sekali yah?“
“Iya, Jakarta gitu loh. “
“Kenapa gitu?“
“Mereka sudah mulai beraktifitas. “
“Mau melakukan kegiatan kerja?“
“Iyalah, kalau tak kerja tidak makan. “
“Begitu vitalnya makanan yah? “
“Iya dong tanpa makan manusia mati, tanpa makan kita lemah, tanpa makan akan mudah terkena penyakit,“ ujar Beni Setiano berkomentar seperti seorang juri di audisi saja.
“Wah macet. “
“Paling paling ada kendaraan besar tengah parkir atau keluar dari rumah rumah produksi. Yang mengganggu jalan dan mengakibatkan lainnya menunggu.“
Mereka terus berjalan, meski terkadang merayap. Menyelip diantara kendaraan yang terjebak kemacetan supaya perjalanan cepat sampai tanpa menghabiskan waktu dijalanan.
Sampai Cakung.
“Disini kita parkir. “
“Wah sudah penuh.“
“Kita terlambat. “
Parkir di dekat terminal. Mereka mengikuti petunjuk yang diberikan sama petugasnya yang meskipun adal edel, tapi sangat konsisten dalam mengatur kendaraan, hanya demi lima ribu perak yang nanti akan jadi 5 rupiah NKRI.
“Ini terminalnya?“
“Iya.“
“Sedikit mengerikan yah?“
“Kata orang begitu. “
“Banyak copet dan penjahat yah? “
“Mungkin juga. Sebab disini banyak orang, ada pendatang ada para penjual asongan, serta yang menganggur. “
“Mereka juga menginginkan banyak rejeki meskipun terkadang didapat dari cara cara yang kurang baik. “
“Terus...... “
“Ya itu, akhirnya segala pekerjaan menjadi ada disini. Tapi tidak semua orang melakukan pekerjaan yang jelek. Lebih banyak yang bertabiat bagus. “
Lalu jalan kaki.
Sembari mencari keringat sembari berolahraga dengan tak sadarnya. Dengan begitu akan sehat tanpa perlu banyak biaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Andrias CPC
iya
nanti sore tak mampir 😁
2020-09-24
1