Tinggal dua, tambah satu, tukang sate. Mereka mengeroyok.
“Ayo maju. Temanmu sudah jatuh. “
Saat mau bangkit lagi, disepak muka orang itu. Membuat orang preman itu mendingan pura-pura pingsan. Daripada kena timpa, yang lebih maut dari ini.
Mereka maju. Dikepung nya dari segala sudut. Tak akan ada sisa ruang untuk melarikan diri, atau lolos dari penangkapan yang diakhiri dengan bogem mentah nantinya.
Aqi ngamuk lagi. Dia uraken musuh.
Tidak kena.
Ditendang pakai kaki secara sembarangan. Dia ayun secara memutar dan berharap tungkai kaki hebatnya itu menusuk bagian tubuh musuhnya.
Lolos.
Tapi tetswi Aqi mengenai preman lembek. Tak menyangka kalau tangan orang Aqi memburu keberadaannya yang tak terlindung sama sekali.
Dia meringis. Antara hendak menangis atau mendingan memanggil mamaknya di kampung. Begitu tragis rasanya.
Ditambah sepakan dengkul. Membuat musuh semakin merana. Itu yang membuat ulu hatinya nek.
Tiga jatuh.
“Hebat Aqi!“ ujar Dewi Monika Rini dengan seru girangnya. Tak menyangka si pak Aqi bisa melawan musuh yang sangat banyak sekali. Apalagi dia tadi sudah bersiap-siap jika Aqi sampai jatuh atau bonyok bonyok tubuhnya, dengan tangan mengepal, kaki menegang bersiap siap untuk cabut.
Dia pikir, perempuan ini, kalau lari kan tak diejek orang. Beda kalau laki-laki atau bencong, baru bakalan diejek habis habisan. Dianggap pengecut, atau orang yang keberaniannya sedikit sekali. Lebih lamban dari putaran merkurius yang kecepatannya secepat siput jalan santai.
“Ini lagi ayo maju. “
“Serbu. “
Tapi sepakan Aqi membuat kaki lawan kesemutan. Rasanya melebihi semut yang juga tengah kesemutan juga.
“Ah.... “
“Sialan. “
Melihat itu tukang sate kabur.
Keroyokan nya jelas tak bakalan mampu mengalahkan musuh.
Dia sudah tak menginginkan tuntutannya.
Yang satu beringin hendak mengikuti orang penjual itu.
“Jangan lari dong. “
“Aku kan sudah tak punya kawan. “
“Terus boleh lari? “
“Bagaimana yah.... “
“Sudahlah tak perlu banyak mikir. Daripada capek, mendingan gua cabut dulu ya... “
“Oke lah. “
Dengan terbirit-birit sampai cepirit si preman paling sadis dan menyeramkan itu meninggalkan si Aqi dan Dewi yang terbengong- bengong.
Serta kawannya yang mendingin tiduran sembari terkapar daripada harus menerima tonjokan maut lagi.
“Ayo pulang,“ ujar Aqi.
“Kau hebat Qi,“ kata Dewi sembari menggelayut di pundak pacar uniknya ini.
“Iyalah ikut silat sih...“
“Wih...“
“Kita terlampau jauh sekarang. “
“Tanya orang. “ Mereka menemui beberapa orang yang terbengong di dekat perkelahian tadi.
“Mang dimana mall. “
“Oh disana. Wah hebat lo anda,“ ujar penduduk sembari menunjukkan tempat yang diminta, seraya memuji kelihaian seorang Aqi.
“Hehe.... semua itu belum seberapa. Hanya kebetulan saja. “
“Ayo aku antar. “
“Jauh apa tidak sih. “
“Enggak sih, tapi cukup melelahkan, mending naik bajaj saya saja. Gak usah bayar dah,“ ujar warga yang senang dengan si Aqi Firdaus yang berhasil berantem.
“Terima kasih, cukup ditunjukkan saja alamatnya,“ ujar Aqi tak mau merepotkan orang. Sembari sedikit sok- sokan.
Mereka jalan lagi dengan diantar beberapa orang yang dengan senang mengantar orang-orang unik ini. Dengan segala kelincahan dan kehebatan yang sudah jelas terlihat, menjadikan mereka bangga. Kalau perlu ingin belajar padanya.
Sampai di pusat perbelanjaan itu, mereka mengambil mobil mewah si Dewi Monika Rini.
Didalam kendaraan dingin itu mereka menyeka keringat dengan tisu basah. Biar tak terlampau kotor dan keringat yang mengucur habis sudah, sembari menghilangkan bau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
aqi hebat. 👍👍👍
2020-09-18
2