Mereka berlari sekencang kencangnya. Namun kali ini sudah tak bisa cepat. Akibat sudah habis tenaganya. Udara dalam hidung juga menipis. Kelihatannya tidak pesek. Jadi boros. Berbeda kalau orangnya pesek, maka kebutuhan oksigennya juga tak banyak. Serta bisa ngirit keluar masuknya angin itu.
“Ayo lari,“ ujar Dewi Monika Rini. Melihat teman tuanya itu begitu saja sulit nafas, seakan nafasnya sudah lari meninggalkannya duluan.
“Lari terus capek!“ kata Aqi Firdaus mulai nglokro, tak bersemangat. Ingin beristirahat sejenak melepaskan segala rasa lelah yang mendera. Bahkan kalau disitu ada kasur dia ingin langsung rebahan. Menata hati, juga pikiran dan segala lelah berikutnya terhapus kan.
“Jadi?“
“Lawan....“
“Memangnya berani?“
“Iyalah.“
“Mereka banyak loh.“
“Cuma empat juga.“
“Waduh....“
“Sepuluh kagak mundur gua.“
“Maju... mereka dihabisin semua? Kau mengalahkan mereka semua?“ ujar Dewi mulai bangga.
“Kepentok jurang...“
“Yah, jatuh dong...“
Si Aqi meskipun keriput, tapi tua dan renta, bakalan menghadapi para musuh. Dia bahkan berpikiran sudah tua ini, kalau mau telentang disini juga tidak apa- apa. Mau kalah juga sudah umum. Bahkan kalau mati sekalipun sudah siap. Daripada tak ada pilihan lain.
“Nah, kalian sudah tak bisa kemana- mana sekarang,“ ujar preman jabrik dengan senangnya akibat musuh terkepung dari segala penjuru.
“Memang aku menunggu kalian,“ kata Aqi berusaha untuk tetap tenang, meskipun nafas tersengal dan kaki serasa mau copot saja.
“Jadi berani melawan kami?“
“Maju kalian, tak akan mundur.“
“Wee....” mereka saling berpandangan melihat kejaran mereka sudah mulai berani. Bagaikan ular yang siap menggigit kaki musuh yang mengacak-acak lapangan.
“Gini- gini ikutan karate gua.“
“Waduh.... ada yang sok jagoan. Mau menantang kita yang meskipun banyak tapi hebat-hebat dan perkasa,“ ujar para preman sembari meremehkan orang tua yang sok imut keriput.
“Oke kita beri dia,“ ujar yang lain. “Rasakan ini.....“ pukulan langsung dilayangkan ke muka lugu Aqi.
“Ku tangkis....“ kata Aqi Fir sembari mengeluarkan rumus 7 5 5 1 nya yang jadi andalan.
“Dan sikut menerpa.“ kata Aqi mencoba menyiku musuh. Berharap siku kuatnya itu mampu meremukkan tubuh musuh.
“Lolos bang....“ premanpun berkelit. Dia si preman gundul.
“Ih.... bisa juga kau ya..... “
Lanjut Aqi Firdaus, “Sepakanku bakalan membikin kalian merana..... “
“Apa ini kayak kaki menari saja.“ Si preman mengejek. Sepakannya lolos. Tapi dia tak menyangka. Punggung telapak tangan keriput Aqi berhasil menerpa muka lawan. Yang langsung menutup muka. Itulah saatnya kaki kanan Aqi Firdaus mendugang perut musuh.
“Kan satu kalah.“
Satu orang benar- benar tak bisa berbuat banyak, akibat sangat kuatnya pukulan Aqi membuatnya mesti terpelanting dan tiduran di tanah.
Aqi mengamuk. Dan hatinya senang apalagi musuh sudah ada yang terjatuh.
Musuh mengeroyok .
Mereka memukuli.
Aqi kerepotan juga.
Membuat dia tak waspada. Satu pemukul ditangkis. Yang lain lolos. Pipinya kena. Matanya sampai lebam. Hidungnya mimisan.
Tapi Aqi tak mundur. Memang tak bisa mundur. Kalau itu dilakukan, musuh bakalan menghajarnya habis habisan. Makanya sebisa mungkin dia bertahan.
Dia membalas dan .....
Kakinya kembali bisa mendapatkan kepala musuh. Dia menggunakan tendangan melayang dan memutar. Tentu saja menjadi sangat keras.
Dua jatuh.
Dia kena sepakan ganas. Lalu ditambah judangcuki, sama uraken. Itu yang membuat mereka jatuh. Tak kuasa menahan jurus maut dari si Aqi Firdaus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments