Kali ini Aqi sama Dewi jalan- jalan ke luar rumah. Biasa hari- hari sepi bakalan hilang hanya dengan perjalanan santai antara keduanya melewati jalanan ramai ibukota.
“Ayo keluar lagi jagoan ku. “
“Oke. “
“Nanti kamu kan bakalan melindungi ku yah. “
“Ya terang lah. Cowok gitu loh. “
“Hehe.. tapi sudah tua. “
“Sekate- kate luh kalau berkate-kate. “
“Dikit doang juga. “
“Terus. “
“Ayo kita mulai lagi. “
“Lewat mana yah. “
“Biasa lewat jalan biasa tar masuk tol. Terus nurutin aje jalanan halus yang lebar, baru keluar setelah sampai lokasi. Sampai kita. Jadi tak perlu lama- lama macet. “
“O gitu. “
“Iya, tenang aja aku udah apal jalanan ibu kota. “
“Termasuk yang di gang gang kecil? “
“Enggak lah. Jalan protokolnya doang, sama tempat- tempatnya di Jakarta yang begitu banyak, baru tahu aku,“ ujar Dewi Monika Rini yang asli kota.
Mereka menuju taman mini. Daerah hiburan ramai yang sangat luas melebihi tanahnya Aqi Firdaus di kampung yang juga sangat luas tapi tak ada gedungnya, alias Cuma ditanami padi sama singkong. Tapi lumayan. Sebagai orang kaya di kampung, tentu semua itu tak akan membuat dia kekurangan. Sebagai harta tak bergeraknya yang bisa difungsikan untuk berbagai macam kehidupan kesehariannya. Itu juga yang selama ini membuat usahanya jalan. Serta bisa membuatnya terkenal, hingga dianggap terpandang oleh para tetangga. Sekaligus bisa membantu mereka-mereka yang masih kekurangan dalam wujud memberi pekerjaan, atau hutang dengan bunga kecil, bahkan tanpa bunga sedikitpun. Asal hidup bertetangga saja. Kerukunan di kampung. Yang mana orang kesusahan akan dibantu. Begitu juga sebaliknya kalau dia lagi susah, maka orang-orang itu, terutama yang pernah ditolong, akan giliran membantu. Itu sudah menjadi semacam hukum adat yang berlaku tanpa perlu di tulis. Semua hanya pada saling pengertian dan rasa empati yang ada.
“Nah kita masuk.“
“Dimana parkirnya? “
“Entar juga ada. Tempat yang sangat luas. Bayar dulu di pintu masuk.“
Mereka terus masuk ke lahan wisata itu. Tempat yang sangat luas dengan kendaraan yang belum begitu banyak terparkir, tapi bus bus sudah ada yang datang.
“Mau nyoba nyetir,“ kata Dewi menyerahkan setir pada teman tuanya itu.
“Ogah, ga bisa.“
“Bisanya?“
“Pick up baru bisa.“
“Sama saja kan.“
“Beda lah, bukan pegangannya juga, masih kaku kalau langsung memegang setir dengan kondisi mesin yang kurang dikuasai. Bisa bisa nabrak nanti.“
“Hehe..... Lama-lama juga bisa.“
Mereka kemudian memarkir di tempat biasa buat memarkir dan meninggalkannya sendirian, si mobil kesayangan yang begitu mewahnya dengan warna keemasannya.
Melihat- lihat aneka permainan.
Aneka penglihatan yang belum pernah mereka lihat.
“Wah, ini dari kampung ku,“ ujar Aqi saat mereka berada di suatu anjungan dalam tempat tersebut.
“Lihat di anjungan, ya seluruh daerah ada, lah.....“
“Heboh dong....“
“Dari barat sampai timur ada.“
“Tempatku ada nih kaya gini,“ tunjuk Aqi memegang salah satu pameran yang cukup bagus dalam tempat tersebut. Tak asing dia. Malahan kalau perlu yang dia punya dibawa kesini untuk ikut dipamerkan sehingga menjadi kebanggaan. Apalagi jika laku, maka akan jadi duit.
“Jadi tak heran ya?“
“Ya, cuma bangga.“
“Hehe bisa tampil....“
“Tampil..... memang musik tampil!“
“Ditaruh di sini sih...“
“Iya. “
“Bisa beli juga loh buat oleh- oleh.“
“Mau beli? “
“Iya lah..... Nanti buat hiasan di rumah.“
“Tapi mahal.“
“Ya mahal. “
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Nofi Kahza
10 like mendarat kak🤗
2020-11-19
2
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
si aqi ihh...bkin ngakak
2020-10-03
2