Pada waktu selanjutnya, mereka berjalan-jalan dengan kendaraan mewahnya Saefudin Purwanto, teman Lilin yang ketemu di kota itu. Mereka lewat perempatan Semper yang ramai, lalu Koja dan muter pada persilangan jalan tersebut.
Kemacetan mengular di simpang lima itu. Jalanan sempit. Tak sebanding dengan banyaknya kendaraan yang melintas. Apalagi tak hanya kendaraan kecil yang ringan, tronton dan truk jumbo juga melewatinya. Padahal kalau di daerah jalan itu sebenarnya sudah sangat lebar. Tapi disini lain. Hanya seperti lorong saja. Bahkan walau cuma berjalan kali juga akan sulit melewatinya.
Keadaan parah ini yang membuat lama perjalanan. Meskipun jarak tempuhnya tak terlampau panjang. Bahkan dengan jalan, sudah sampai. Hanya dengan adanya pendingin, maka tak terlampau risau akan rasanya. Tetap dingin dan nyaman. Itu juga yang membuat perjalanan lama itu tak terasa dan lewat begitu saja. Tahu-tahu sudah sampai pada tujuannya.
“Kita kesini dulu,“ ujar Saefudin yang kali ini memakai baju hijau-hijau.
“Di plaza?“
“Iyalah...“
“Terus?“
“Mana tahu ada baju yang cocok. Kita ambil sesukanya nanti,“ ujarnya sembari memarkir mobil dalam tempat yang masih banyak luangnya. Dia masuk pada daerah parkiran mobil. Kalau penuh biasanya motor juga ditaruh disitu, pada sela-sela mobil yang lowong. Namun kali ini masih banyak tempat yang bisa diisi. Sehingga dengan mudah menempatkan mobil diantara kendaraan sesama yang ukurannya tak jauh beda.
“Ayo masuk.“
Mereka menyusuri elevator yang datar memanjang. Menuju lantai demi lantai. Biasanya meninggi dan tiap trap tangganya nampak nyata, kali ini datar memanjang saja. Hingga tak terasa kalau mereka sudah berada di lantai lainnya.
“Tinggi yah.“
“Iya. Nah sini dulu kita jalan jalan.“
“Ini baju merah. Kayaknya cocok buatmu.“
“Tapi dadanya keliatan. Aku nanti nggak enak....“
“Terus?“
“Mahal pula.“
“Gak papa. Harga segitu sudah biasa disini,“ kata Saefudin sembari meraba-raba dompet saktinya yang berisi kartu kartu gesek melulu.
“Ih......“
Akhirnya tak jadi beli. Mereka hanya melihat lihat sekeliling plaza tersebut untuk selanjutnya keluar tanpa membeli apa-apa dan melaju kembali dengan kendaraannya.
Mereka jalan terus. Menyelip diantara mobil mobil mewah. Antara lain Lamborgini, Ferrari, mersi, bahkan rol rois. Mahal pokoknya.
Dengan canggihnya Saefudin menyetir meliuk diantara kendaraan mewah itu.
Kemudian mereka mampir di grosir terbesar di asia.
“Kita kesini.“
“Apalagi ini, gede banget.“
“Sejenis pasar.“
“Ih pasar tingkat.“
“Disini semua tingkat soalnya lahannya sempit.“
Mereka kemudian berhenti lagi dan langsung memilih milih barang-barang yang banyak.
“Ini murah. Warnanya putih. Pakai mahkota pula. Bagus kan?“
“Iyalah.“
“Beli ya.“
“Ogah.....“
“Lo kenapa lagi?“
“Terlalu mahal, lagipula aku malu kalau mesti memakai mahkota diantara para perempuan cantik ibukota."
“Terus mau beli apa?“ ujar Saefudin kebingungan pada apa keinginan gadis kampung yang sulit sekali dibuat senang untuk perjalanan kali ini.
“Kita jalan-jalan dulu. “
“Dibawah ini hanya swalayan. “
“Barangnya bagus-bagus. “
“Ini baru. “
“Apaan. “
“Inilah. “
“Makan. “
“Iya. “
“Di lantai atas. “
“Biasanya gitu makanan berada di atas pada tiap-tiap gedung perbelanjaan. Apalagi pada “
“Ayo mampir. “
“Banyak ya jenisnya. “
“Iya. “
“Kuliner yang menyehatkan hidung.“
“Abisin nanti ya.... kalau kita beli makanan.“
“Oke . “
Mereka kemudian melihat-lihat makanan apa yang bakalan mengisi perut mereka yang kali ini tengah dirundung kelaparan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments