Semalaman mereka istirahat, setelah lelah seharian dari kampung dengan kondisi jalan yang kurang mengenakkan untuk bisa terlelap di kursinya. Selain itu karena jarak yang demikian jauh, membuat kurang nyaman dalam istirahat. Tidak pada tempat yang layak.
Banyak nyamuk. Besar-besar. Semua suka menggigit. Barangkali tak hanya yang wanita, nyamuk cowoknya juga. Entah yang nyamuk jantan buat apa, kali saja untuk reproduksi seperti si betina. Sehingga keduanya berdarah sama.
Hal itulah yang membuat waktu-waktu yang berjalan membuatnya hampir tak bisa tidur.
Plak!
“Aqi!” ujar Lilin sembari keluar dari kamar dan membawa-bawa selimut yang tergerai.
”Kenapa?”
”Tak bisa tidur.”
”Aku juga. Banyak nyamuk," kata Lilin mengeluh.
”Aku mau nyari obat nyamuk dulu ya,” ujar Aqi. Kali saja dengan begitu istirahat berikutnya bisa nyaman.
”Jangan lama-lama, mengantuk nih.”
Terpaksa ke warung. Nyari obat nyamuk oles. Itu yang paling praktis dipakai di daerah misterius ini. Banyak sekali nyamuk, sebanyak penduduknya.
”Beli obat nyamuknya,” ujar Aqi Firdaus.
”Ya.”
Dia kemudian memberikan obat itu pada Lilin. Baru setelahnya dapat tidur dengan lelap, setelah mengolesi seluruh bagian terbukanya. Dan menggunakan pendingin yang telah terpasang sebagai bagian dari fasilitas kamar tersebut.
Esoknya bangun cukup kesiangan setelah semalaman bertarung dengan nyamuk-nyamuk nakal yang suka gigit-gigit.
Kemudian berusaha mencari kerja.
“Aku mau pergi.”
“Kemana?“
“Nyari-nyari.“
“Aku ikut.“
“Lo ngapain.“
“Iyalah. Ini jakarta. Aku khawatir denganmu yang belum berpengalaman di tempat ini. Kota ramai yang terkadang lebih keras dari rimba sesungguhnya.“
“Mana boleh?“
“Harus!“
Lilin membiarkan saja. Dia keluar rumah dan naik kendaraan Metromini yang dari Pulo Gadung ke Tanjung Priuk, kebetulan lewat didepan rumah.
Tapi dia kebingungan. Maklum dari kampung. Hampir tak pernah ke kota besar. Yang lebih gede dari dinosaurus manapun. Dia ke kota paling hanya ikut darmawisata sekolah. Itu juga sebentar. Yang hanya bisa melihat suasana lewat jendela samping yang tertutup rekannya yang sudah mabuk. Makanya kalau menghafal daerah demikian tak akan maksimal.
Akhirnya dia hanya mengikuti si Aqi Fir.
”Nah naik ini.”
”Mau kemana mencarinya?”
”Ya nyari lah, sampai ketemu.”
Sampai di terminal sambung mikrolet. Dengan kendaraan kecil bisa sambil melihat-lihat, mana tahu ada yang memerlukan pekerjaan. Yang biasanya ditempel di depan rumah. Memakai tulisan tangan, atau memakai komputer andai ingin rapi. Disitu biasanya orang-orang rumah produksi, banyak memerlukan tenaga. Disini mereka hanya butuh buruh harian. Yang akan dipekerjakan kala perlu saja. Kalau tidak, maka mereka tidak ada tanggungan.
”Naik kendaraan kecil, biar mudah turunnya.”
”Ya.”
”Terus kemana kita?”
”Turun!”
Mereka kemudian menemui temannya di Bahari. Disitu temannya Aqi dari kampung, ada yang sudah menetap dan menjadi warga di kampung tersebut.
”Wah Aqi, kapan datang?” ujar temannya senang, dengan kedatangan rekan sekampung yang sama-sama pernah bermain kala kecil.
”Tadi.”
”Dengan siapa? ”
”Istriku dong.”
"Cantik ya? ”
”Iyalah. ”
Setelah cipika cipiki,
“Ada pekerjaan tidak?“
“Ada kalau mau.“
“Apa itu?“
“Menyapu sama cleaning service-nya.“
“Bagaimana Lin?“
“Tak apa lah, sementara ini.“
Dapat di sekitar rumahnya. Itu keinginannya. Biar bisa berkumpul. Saling mengawasi. Juga memberi petunjuk. Meskipun kerja seadanya. Tapi berusaha untuk dapat bertahan dan tinggal di kota serta bisa mencari pengalaman baru buat Lilin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
GendAyu
agak gak ngerti, si lilin kabur dr si aqi karena gak mau dinikahin si aqi. tapi kok kaburnya malah sama si aqi???
2020-09-21
2
Tika
Serius nanya thor. Udah nikah belooooom sih???
2020-09-19
2
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
ulluuhh sweet bngtt aqi
2020-09-17
2