“Kita pergi ke ragunan.“
“Mau ke saudara apa.“
“Gak.... Lihat binatang hutan saja.“
Mereka berangkat. Keluar tol kemudian meluncur ke Ragunan. Mampir di rumah sahabatnya dewi. Setelah itu ke kebun binatang. Masih sepi. Mereka beli karcis murah. Terus beli minuman dan snack snake.
Lalu melihat lihat hingga kandang macan. Bagian burung, reptil, kura kura. Terus lihat kuda nil yang lagi dikasih makan. Dengan melemparkan pisang satu tundun langsung ke mulut lebarnya hingga kentut--kentut.
Tapi lama duduk di dekat jerapah dengan rumahnya yang tinggi sembari makan kuaci sama minum juicy lemon.
“Ayo makan kuaci.”
“Eh kalau galau liat- liat dong!” ujar security-nya sembari menggebrak kandang.
“Kenapa?“ ujar Dewi.
“Masa orang tua dipacari!“
“Biarin... bodoh amat....“
“Daripada elu tua amat.”
Pulang sudah malam. Si Lilin lagi main karaoke dengan Beni Setiano.
“Kita ke Cinere,“ ajak Dewi sembari melajukan Lamborgini Nya.
“Oke.“ Aqi menurut saja. Paling- paling nanti juga bakalan di gratis sama orang cantik yang tak tahu malu berjalan dengan orang tua tapi keriput.
Mereka langsung masuk tool dan membelok di jalan Fatmawati yang langsung mengarah ke selatan. Sampai Pondok Labu macet sedikit. Kemudian mereka ke perusahaan cabang milik keluarga si cantik. Lalu main- main saja di kota kecil itu. “Ke mall.“
“Wii ada artis.“
“Lagi syuting. Di toko buku.“
“Ikut poto yuk,“ ajak Dewi.
“Ogah.“
“Kenapa.“
“Malu.“
“Dasar pemalu!“
“Memang.“
“Kalau begitu kita beli makan,“ ajak Dewi Monika Rini sembari menunjuk toko siap saji yang sudah buka dengan aroma khas yang mengundang selera.
“Nonton saja yuk,“ ujar Aqi tak berminat makan karena sudah kenyang makan angin tadi di jalan.
Merekapun nonton di bioskop kesayangan anda yang tengah menampilkan film orang kena penyakit mengerikan, sampai digunduli seperti Gatotkaca.
“Bikin nangis ya?“ ujar Dewi sembari ngabisin tisu satu gulung buat mengusap mata cantiknya seperti didalam tadi ada anak kecil yang tersedu sedu meratapi nasib si film yang menghanyutkan jiwanya.
“Iya... Kaya nasib kita. “
Mereka kemudian pulang dengan kecepatan tinggi. Hingga pukul sepuluh sampai di Semper, rumah mereka. Yang membukakan si Lilin dengan muka cemberut akibat tergugah dari mimpi indahnya setelah tadi wisata seharian dengan si ganteng Saefudin Purwanto.
Berikutnya....
Di Blok m. Ada pameran. Mereka melihat.
“Dijual murah. Sepatu merk. Dan dapatkan hadiahnya.” Ujar penjual berpromosi.
Katanya jauh rumah. Mau dapat sepatu bagus. Dengan menunjukkan KTP.
“Aku menang!”
Kebanyakan pengunjung dari DKI, Bogor, Depok, Gang Venus. “Gua Cilacap....“
“Ayo maju sana!“ ujar Dewi. Aku maju sembari menunjukkan KTP.
“Wii.... KTP nya bener,“ kata pengundi sembari mengambilkan hadiah sepatu bagusnya.
“Gua lebih jauh,“ tiba tiba menyeruak seorang lain sembari membawa KTP.
“Dari mana?“
“Makasar.“
“Yah kalah kita. “ ujarnya kecewa. Kami meninggalkan tempat tersebut.
“Yuk nonton lagi.“
“Yang murah aja.“
“Eh di mil dong.“
“Ogah di Square saja, yang murah meriah.“
“Selisih sedikit juga.“
Mereka melihat film tukang sihir yang begitu hebat. Bisa terbang, naik sapu, naik mahluk mitologi sampai mengeluarkan ilmu ganas mengerikan.
Sementara di rumahnya di Semper,
“Ayo kita main,“ ujar Saefudin Purwanto yang datang sembari celingukan kalau si Aqi masih ada dalam rumahnya dan nanti bakalan cerewet.
“Kau Saefudin?” ujar Lilin.
“Kemana kita?“
“Main saja. Ke luar. Daripada suntuk di kontrakan melulu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
ngakak ya Allah KK sakit perut aku
2020-09-18
2